Mikul Keduwuren, Mendem Kejeron—aliahsan27.blogspot.com
Mulyono pernah menjadi ketua RT. Di masa kepemimpinannya, jalan kampung selalu bersih, keamanan terjaga, dan warga hidup rukun. Namun, tidak banyak yang tahu bagaimana ia mencapainya. Banyak yang menganggapnya bijaksana, meski ada juga yang menyebutnya keras dan culas.
Bowo, ketua RT yang baru, adalah mantan anak buah Mulyono. Terpilih dengan harapan membawa angin segar dan perubahan. Namun, bayang-bayang Mulyono selalu menghantui. Setiap langkah Bowo, selalu ada perbandingan dengan Mulyono.
Suatu hari, ada keributan kecil di pos ronda. Beberapa pemuda mabuk membuat keonaran. Bowo segera turun tangan, mencoba menyelesaikan masalah dengan damai. Tapi, suara-suara sumbang mulai terdengar. "Kalau zaman Pak Mulyono, begini sudah habis dihajarnya," ujar salah satu warga.
Mulyono yang mendengar hal itu merasa tersanjung. Namun, di hatinya ada rasa khawatir. Ia tahu metode kerasnya dulu tidak selalu benar. Bowo, dengan caranya yang lebih lembut, sebenarnya lebih bijak. Tapi, ia tahu warga sudah terbiasa dengan caranya yang keras.
Bowo mencoba berbagai cara untuk merangkul warganya. Ia mengadakan gotong royong, diskusi warga, nonton film bareng dan berbagai acara sosial. Namun, selalu ada yang membandingkan. "Dulu, zaman Pak Mulyono, ini lebih cepat selesai," ujar yang lain.
Mulyono, merasa bersalah, memutuskan berbicara dengan Bowo. "Mas Bowo, saya tahu sulit berada di bawah bayang-bayang saya. Tapi, ingatlah, setiap pemimpin punya caranya sendiri. Saya yakin dengan cara Anda, kampung ini akan lebih baik."
Bowo tersenyum. "Pak Mulyono, saya menghormati Anda. Saya juga ingin belajar dari kesalahan dan kelebihan Anda. Tapi, saya ingin membuat jalan saya sendiri, bukan hanya mengikuti jejak Anda."
Malang, 20 Oktober 2024
Ali Ahsan Al Haris
Pak Mulyono adalah Jokowi, Pak Bowo adalah Prabowo. Begitulah yang saya tangkap. Wkwkw
ReplyDelete