Tuesday, October 25, 2016

Makalah Pengantar Ilmu Ekonomi

TUGAS PAPER

CINA, INDIA DAN INDONESIA 2030 DALAM KERJA SAMA
“TRIUMVIRAT ASIA”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi

Di susun Oleh :

Ibnu Aprilyanto



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad ke-21 adalah abad milik Asia. Pada tahun 2050 separuh lebih produk nasional bruto dunia bakal dikuasai Asia.China, menggusur Amerika Serikat, akan menjadi pemain terkuat dunia, diikuti India di posisi ketiga. Lalu, apa peran dan di mana posisi Indonesia waktu itu?
China dan India dengan segala ekspansinya, berdasarkan sejumlah parameter saat ini dan prediksi ke depan, sudah jelas adalah pemenang dalam medan pertarungan terbuka dunia di era globalisasi, di mana tidak ada lagi sekat-sekat bukan saja bagi pergerakan informasi, modal, barang, jasa, manusia, tetapi juga ideologi dan nasionalisme negara.
Sedangkan Indonesia tertera dalam indeks 60 negara gagal tahun 2007 (failed state index 2007)ukuran secara umum dalam pengukurun indeks ini antara lain, pemerintah pusat sangat lemah dan tak efektif, pelayanan umum sangat jelek, korupsi dan kriminalitas menyebar, ekonomi rakyat merosot.
Negara paling gagal adalah sudan, irak somalia, afganistan, zimbawe, timor-timor, myanmar, konggo, ethiopia, haiti, uganda dll. Dengan kata lain kita disejajarkan dengan negara-negara tersebut, betapa menyedihkan negara kita saat sekarang ini sedangkan pada tahun 1990-an kita merupakan salah satu calon macan asia.



B.Tujuan pembahasan


1. Mengetahui Penyebab Pesat Nya Peningkatan Ekonomi Cindia (Cina Dan India)
2. Mengetahui Solusi Atau Terobasan Apa Yang Bisa Kita Capai Di Masa Depan
3. Memberikan Gambaran Peluang Yang Bisa Kita Raih Bersama Cina Dan India Nantinya


BAB II

A. LOMPATAN BESAR

Ketika China membuka diri pada dunia dua dekade lalu, orang hanya membayangkan potensi China sebagai pasar raksasa dengan lebih dari semiliar konsumen sehingga sangat menarik bagi perusahaan ritel dan manufaktur dunia. Belakangan, China bukan hanya menarik dan berkembang sebagai pasar, tetapi juga sebagai basis produksi berbagai produk manufaktur untuk memasok pasar global. China awal abad ke-21 ini seperti Inggris abad ke-19 lalu.
China tidak berhenti hanya sampai di sini. Jika pada awal 1990-an hanya dipandang sebagai lokasi menarik untuk basis produksi produk padat karya sederhana, dewasa ini China membuktikan juga kompetitif dalam berbagai industri berteknologi maju. Masuknya China dalam keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) semakin melapangkan jalan bagi negeri Tirai Bambu ini untuk menjadi kekuatan yang semakin sulit ditandingi di pasar global.
Di sektor padat karya, seperti tekstil dan pakaian jadi, diakhirinya rezim kuota di negara-negara maju membuat ekspor China membanjiri pasar dunia dan membuat banyak industri tekstil dan pakaian jadi di sejumlah negara berkembang pesaing harus tutup. Pangsa ekspor pakaian dari China diperkirakan akan melonjak dari sekitar 17 persen dari total ekspor dunia saat ini menjadi 45 persen pada paruh kedua dekade ini.
Hal serupa terjadi pada produk-produk berteknologi tinggi. Bagaimana China menginvasi dan membanjiri pasar global dengan produk-produknya, dengan menggusur negara-negara pesaing, bisa dilihat dari data WTO berikut.
Pangsa China di pasar elektronik AS meningkat dari 9,5 persen (tahun 1992) menjadi 21,8 persen (1999). Sementara pada saat yang sama, pangsa Singapura turun dari 21,8 persen menjadi 13,4 persen. Kontribusi China terhadap produksi personal computer dunia naik dari 4 persen (1996) menjadi 21 persen (2000), sementara kontribusi ASEAN secara keseluruhan pada kurun waktu yang sama menciut dari 17 persen menjadi 6 persen.
Pangsa China terhadap total produksi hard disk dunia juga naik dari 1 persen (1996) menjadi 6 persen (2000), sementara pangsa ASEAN turun dari 83 persen menjadi 77 persen. Pangsa China untuk produksi keyboard naik dari 18 persen (1996) menjadi 38 persen (2000), sementara pangsa ASEAN tergerus dari 57 persen menjadi 42 persen.
Semua gambaran itu jelas memperlihatkan China terus naik kelas, membuat lompatan besar dari waktu ke waktu, dan pada saat yang sama terus memperluas diversifikasi produk dan pasarnya. Gerakan sapu bersih China di berbagai macam industri—mulai dari yang berintensitas teknologi sangat sederhana hingga intensitas teknologi dan nilai tambah sangat tinggi—ini semakin mempertegas posisi China sebagai the world’s factory memasuki abad ke-21.
Sementara pada saat yang sama, negara-negara tetangganya justru mengalami hollowing out di industri manufaktur berteknologi tinggi dengan cepat. Di industri berintensitas teknologi rendah yang cenderung padat karya, China menekan negara-negara seperti Vietnam dan Indonesia yang basis industrinya masih sempit, yakni teknologi yang tidak terlalu complicated dan bernilai tambah rendah.
Sementara di industri yang berintensitas teknologi tinggi, China semakin menjadi ancaman tidak saja bagi negara seperti Taiwan dan Korsel, tetapi juga AS dan Jepang. China tidak hanya membanjiri dunia dengan garmen, sepatu, dan mainan, tetapi juga produk-produk komputer, kamera, televisi, dan sebagainya.
China memasok 50 persen lebih produksi kamera dunia, 30 persen penyejuk udara (air conditioners/AC), 30 persen televisi, 25 persen mesin cuci, 20 persen lemari pendingin, dan masih banyak lagi.

B. INOVASI

Bagaimana China bisa melakukan itu semua? Ada beberapa faktor. Pertama, perusahaan-perusahaan teknologi asing, menurut Deloitte Research, sekarang ini berebut masuk untuk investasi di China, antara lain agar bisa memanfaatkan akses ke pasar China yang sangat besar dan bertumbuh dengan cepat. Kedua, perusahaan-perusahaan lokal yang menarik modal dari investor China di luar negeri (terutama Taiwan) juga semakin terampil memproduksi barang-barang berteknologi tinggi.
Tidak statis di industri padat karya yang mengandalkan upah buruh murah, China kini mulai lebih selektif menggiring investasi ke industri yang menghasilkan high end products dan padat modal. Ini antara lain untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja murah yang mulai berkurang ketersediaannya.
Ketiga, perguruan-perguruan tinggi di China mampu mencetak barisan insinyur baru dalam jumlah besar setiap tahunnya, dengan upah yang tentu relatif murah dibandingkan jika menyewa insinyur asing. Setiap tahun, negara ini menghasilkan 2 juta-2,5 juta sarjana, dengan 60 persennya dari jurusan teknologi (insinyur). Sebagai perbandingan, di Indonesia lulusan jurusan teknologi hanya 18 persen, AS 25 persen, dan India 50 persen.
Untuk mendukung pertumbuhan industri teknologi tinggi padat modal yang menghasilkan high end products, pemerintahan China juga sangat agresif mendorong berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D), sejalan dengan ambisinya menjadi The Fastest Growing Innovation Centre of the World, dengan tahapan, strategi, dan implementasi yang sangat jelas untuk sampai ke sana.
Hampir di setiap ibu kota provinsi ada R&D centre-nya. Positioning strategy ini mengindikasikan China mulai masuk babak kedua dalam pembangunan ekonominya.
Ketiga, negara ini relatif memiliki infrastruktur yang sangat bagus untuk mengangkut komponen dan barang dari luar dan juga di seluruh penjuru negeri. China, dengan 1,3 miliar penduduk, memiliki 88.775 kilometer jalan arteri dan 100.000 kilometer jalan tol, atau rasio panjang jalan per sejuta penduduk 1.384 kilometer.
Sebagai perbandingan, Indonesia dengan 220 juta penduduk baru memiliki jalan arteri 26.000 kilometer dan jalan tol 620 kilometer (121 kilometer per sejuta penduduk). Itu pun sebagian besar dalam kondisi rusak. Pelabuhan-pelabuhan di China sudah mampu melayani seperlima volume kontainer dunia dan negara ini terus membangun jalan-jalan tol dan pelabuhan-pelabuhan baru.
Keempat, kebijakan pemerintah yang sangat mendukung, termasuk perizinan investasi, perpajakan, dan kepabeanan. Kelima, pembangunan zona-zona ekonomi khusus (20 zona) sebagai mesin pertumbuhan ekonomi sehingga perkembangan ekonomi bisa lebih terfokus dan pembangunan infrastruktur juga lebih efisien.
Hasilnya, tahun 2004 China berhasil menarik investasi langsung asing 60,6 miliar dollar AS dan 500 perusahaan terbesar dunia hampir seluruhnya melakukan investasi di sana. Bagaimana kompetitifnya China bisa dilihat dari hasil yang dicapai tersebut. Dimana China kelihatan sudah memperhitungkan segala aspek untuk bisa bersaing dan merebut abad ke-21 dalam genggamannya.
Hal serupa terjadi pada India yang mengalami pertumbuhan pesat sejak program liberalisasi dengan membongkar ”License raj" pada era Menteri Keuangan Manmohan Singh tahun 1991. India kini sudah masuk tahap kedua strategi pembangunan ekonomi dengan menggunakan teknologi informasi (IT) sebagai basis pembangunan ekonominya.
Hampir seluruh pemain bisnis IT dunia sudah membuka usahanya di India, terutama di Bangalore. Tahun 2006, pendapatan dari IT India mencapai 36 miliar dollar AS. Malaysia, Thailand, dan Filipina juga beranjak ke produk-produk yang memiliki tingkat teknologi lebih kompleks dan bernilai tambah tinggi. Singapura dan Korsel mengarah ke teknologi informasi dan perancangan produk.

C. MENGEJAR LAJU CINDIA
1. Ekonomi
Bangkitnya perekonomian Cina dan India dapat kita golongkan sebagai gelombang kebangkitan negara-negara Asia setelah Jepang dan Korea. Perbedaan fundamental dari lahirnya kedua gelombang tersebut yaitu bangkitnya industri Jepang dan Korea pasca Perang Dunia II ditempuh melalui dorongan ekspor, sedangkan bagi Cina dan India lebih banyak dipengaruhi oleh masuknya investasi asing yang begitu besar. Pola ekspor ke luar negeri merupakan strategi yang sangat penting manakala suatu negara tidak mempunyai pasar domestik yang mencukupi. Oleh karenanya, bagi Cina maupun India yang memiliki pasar domestik terbesar di dunia, mereka mencoba untuk lebih memanfaatkan potensi tersebut sebagai titik pangkal dalam membangun perekonomiannya.
Cindia yang baru saja memulai perjalanan panjangnya kini menyandang gelar sebagai “laboratorium dunia”, dengan Cina sebagai laboratorium manufaktur dan India sebagai laboratorium jasa serta pelayanan IT. Namun demikian, sebagaimana negara-negara industri maju yang telah ada sebelumnya, seiring berjalanannya waktu Cina akan segera mengalihkan kegiatan manufakturnya dengan cara outsourcing kepada negara-negara ekonomi berkembang lainnya di Asia Tenggara, Karibia, Afrika, ataupun Eropa Timur. Salah satu yang sudah terjadi yaitu ketika Haier mulai membangun aplikasinya di Indonesia, Malaysia dan Yugoslavia, serta Shanghai Baosteel yang mulai melakukan operasinya di Brasil. Sementara itu, produk-produk manufaktur tekstil Cina juga telah dialihkan ke negara-negara Afrika.
Begitu pula dengan India, bisnis call center dan outsourcing sebagai jantung dari pelayanan dan jasa IT lambat laun akan mulai beralih ke negara lain karena beberapa alas an utama, yaitu adanya perbedaan jam kerja yang begitu kontras, pelayanan yang kurang prima dari tenaga kerja India, serta adanya keinginan negara maju untuk mengurangi terciptanya ketergantungan terhadap satu negara tertentu. Peluang bisnis dalam bidang ini amatlah menjanjikan. Berdasarkan catatan yang terhimpun, sejak tahun 2003 Amerika Serikat telah memindahkan satu juta white-collar job dengan cara offshore dan Inggris telah memindahkan sebanyak 250.000 industri pelayanannya ke negara-negara lain. Pada tahun 2008, McKinsey Global Institute memperkirakan bahwa Amerika direncanakan akan kembali memindahkan sekitar 2,3 juta pekerjaan pelayanan industri ke berbagai negara dan Inggris akan melakukan offshoring sebanyak 650.000 pekerjaan ke berbagai negara.
Melihat situasi seperti tersebut di atas, Indonesia bisa pula memanfaatkan kesempatan ini untuk mengangkat roda perekonomian nasional sekaligus membangun kerjasama profesional dengan negara-negara maju dunia. Terlebih lagi, Cina, India dan ASEAN telah dan terus bekerjasama untuk meingkatkan infrastruktur dasar ekonomi Asia, serta berencana untuk menciptakan integrasi ekonomi dan mata uang layaknya Uni Eropa, sebagaimana pernah diutarakan oleh Manmohan Singh dalam Asian Summit 2005 di Kuala Lumpur dengan menggagas Pan-Asian Economic Community.
Cindia menyadari bahwa pola pekerjaan yang dilakukannya saat ini tidaklah akan berlangsung selamanya. Oleh karenanya, mereka kini akan menghadapi tantangan berikutnya, yaitu dengan menjadi mesin pencetak para ilmuwan, ahli, dan pakar di berbagai bidang.
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan jumlah tenaga kerja tebesar kedua di masa yang akan datang, harus mampu mengambil alih posisi mereka sebagai awal mula partisipasi persaingan global sekaligus membuka lapangan kerja sementara waktu bagi jutaan anak bangsa.
2. Pendidikan
Dengan semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas lulusan yang dimiliki oleh Cina dan India, kini pengembangan ilmu dan teknologi tingkat tinggi tidak lagi dimonopoli oleh negara-negara tertentu saja. Di tahun 2006, Cina memproduksi lulusan universitas sebanyak 4,1 juta orang dengan 800.000 lulusan diantaranya berasal dari bidang ilmu alam dan teknologi. Sedangkan India menghasilkan lulusan sekitar 2,7 juta orang, dimana sekitar 500.000 diantaranya merupakan lulusan dengn kualitas yang siap dipekerjakan oleh perusahaan-perusahaan besar dari Amerika dan Inggris.
Pada masa yang lalu, banyak para elit Cindia di bidang pendidikan memilih untuk melanjutkan studi atau berkarir di Amerika, Inggris ataupun negara-negara lainnya guna memperoleh penghasilan yang lebih menjanjikan. Namun dengan seiring membaiknya perekonomian dan iklim usaha di dalam negeri, kini mereka secara hampir bersamaan kembali hijrah ke negaranya masing-masing. Sebagi contoh, terdapat lebih dari 40.000 warga negara India yang kembali dan mulai bekerja di kota Bangalore selama beberapa tahun terakhir ini.
Tentunya kondisi-kondisi di atas terjadi setelah kedua negara berhasil menciptakan atmosfer pendidikan yang sangat baik, mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat pendidikan dasar, diundangkannya UU tentang Wajib Belajaroleh pemerintah Cina di tahun 1986 dengan target seluruh anak yang berumur enam tahun diwajibkan untuk memperoleh pendidikan dasar sembilan tahun, telah membawa perubahan meningkatnya persentase melek huruf dari sebesar 66 persen di tahun 1950-an menjadi 80 persen di tahun 1990-an.
Untuk memacu hasil riset dan teknologi yang menunjang terciptanya kemakmuran suatu bangsa, UNDP telah mensyaratkan angka minimal 1% dari GDP masing-masing negara. Oleh karenanya, baik Cina maupun India hampir setiap tahunnya selalu berusaha menaikkan anggaran di bidang Research and Development (R&D). Di akhir tahun 1990-an, Cina hanya mengalokasikan anggaran R&D kurang dari 1% dari total GDP, namun saat ini anggaran telah meningkat menjadi 1,5% dan direncanakan akan terus meningkat hingga mencapai angka 2,5% di tahun 2020. Inovasi ilmu pengetahuan yang telah diciptakan oleh Cina telah turut mendongkrak terjadi permohonan aplikasi paten sebesar lebih dari 130.000 di tahun 2004. Menurut laporan Paris-based Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Cina menghabiskan lebih dari US$ 136 miliar khusus untuk R&D di tahun 2006, melewati anggaran yang dialokasikan oleh Jepang sebesar US$ 130 miliar
Saat ini, kebanyakan dari perusahaan multinasional besar telah mempunyai pusat R&D secara khusus dan tersendiri di kota-kota Cina dan India, sehingga locus pengembangan teknologi secara otomatis juga berpindah ke dalam dua negara tersebut. Menilik keberhasilan India di bidang ITC, tentunya tidak dapat pula dipisahkan dari peran human capital yang ditelurkan dari tujuh institut elit di bidang ilmu alam dan teknik yang dikenal dengan Indian Institute of Technology (IITs). Keterlibatan yang tidak kalah pentingnya yaitu berasal dari organisasi-organisasi profesi diaspora India, seperti halnya Silicon Valley
Indian Professionals Association (SIPA) yang telah menjadi organisasi dunia dalam menjembatani pernyediaan informasi dan kontak bagi perusahan-perusahaan besar yang ingin melakukan outsourcing terhadap para ahli IT asal India.
Melihat persaingan global yang begitu ketat, Indonesia mau tidak mau harus segera memberikan perhatian yang lebih serius pada dunia pendidikan. Setiap kebijakan nasional harus pula bermuara pada dorongan terhadap peningkatan mutu, kualitas, anggaran pendidikan dan riset, serta penuntasan program buta huruf dan wajib belajar sembilan tahun. Investasi di bidang pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Selain terus memacu peningkatan anggaran di bidang Research and Development (R&D), setidaknya terdapat empat hal yang patut dipertimbangkan dengan melihat kebijakan umum pemerintah India terhadap dunia pendidikannya:
1. Pendidikan yang murah, terjangkau dan berkualitas disediakan bagi seluruh anak bangsa, baik dari tingkat sekolah dasar hingga tingkatan Universitas;
2. Kebijakan harga dasar kertas dan buku-buku, khususnya buku pelajaran dikontrol secara ketat oleh National Book Trust of India (NBT) agar selalu sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat, khususnya bagi kalangan terpelajar dan akademisi;
3. Perhatian khusus pemerintah melalui University Grant Commission (UGC) untuk memberikan beasiswa sebesar satu hingga dua bulan gaji rata-rata di India kepada setiap mahasiswa S-3 yang terdaftar. Hal ini maksudkan untuk memacu para calon mahasiswa S-3 lainnya dan penelitian yang dikerjakan benar-benar terfokus;
4. Kesejahteraan dan fasilitas yang memadai disedikan bagi para tenaga pendidik sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk mengajar tanpa harus melakukan aktivitas lain guna menambah pendapatannya yang dirasakan kurang layak.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebangkitan Cindia haruslah disikapi secara bijak oleh kita semua, karena dampaknya terhadap Indonesia bisa saja merugikan namun bisa pula justru menguntungkan. Dengan adanya keterbatasan tempat, tulisan singkat ini tentu saja belum sampai pada uraian terperinci mengenai keunggulan dan kekurangan dari kedua negara tersebut. Pun tulisan ini juga bukan bermaksud untuk membandingkan konsep manakah yang terbaik dari kedua negara tersebut untuk dapat diterapkan di Indonesia. Hanya berbagai kelebihan dan energi positifnya sajalah yang harus kita ambil, untuk kemudian kita gunakan dalam membangun bangsa Indonesia dengan pola dan karakter kita sendiri.
Kurangnya perhatian terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan bagi anak dan perempuan, diyakini sebagai salah satu alasan utama mengapa bangsa Indonesia sangat sulit untuk keluar dari keterpurukannya. Untuk itu, sementara struktur pendidikan nasional terus dibenahi guna membangun infrastruktur dasar para intelektual, brain-power secara cepat dapat diperoleh dengan melakukan technology transfer. Selain dapat menjadi saluran yang tepat agar terciptanya transfer teknologi, pola pengembangan Special Economic Zones (SEZs) juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan di bidang manufaktur, pelayanan jasa, serta modernisasi di bidang pertanian. Untuk itu, jiwa kewirausahaan dan bisnis harus pula mulai ditumbuhkembangkan sejak dini di setiap sanubari anak negeri.
Dengan nilai indeks yang lebih baik dari Cina di ranah demokrasi sipil dan politik, serta infrastruktur pembangunan fisik yang lebih mumpuni dibandingkan dengan India, Indonesia sudah selayaknya masuk dalam jajaran pemain kelas atas di Asia. The new Chindian dapat menjadi jembatan emas untuk meraih cita-cita tersebut, sebab agresifitas mereka memiliki karakter yang berbeda dengan negara-negara superpower lainnya. Esensi kerjasama dengan Cindia berangkat bukan dari nilai “power politics” tetapi “economy partnership”, bukan pula melalui pola “exploitation” melainkan dengan “cooperation”.
Persaingan yang terjadi antara Cina dan India dapat pula kita ibaratkan sebagai dongeng tentang perlombaan sang kura-kura. India seringkali disematkan dengan simbol gajah dalam pembangunannya. Ia tidak mempunyai kecepatan tinggi, tetapi akan selalu mempunyai stamina yang konstan dan akhirnya akan memenangkan perlombaan. Dengan gaya otoritariannya, Cina tentu akan sangat mudah memenangkan pertandingan lari cepat, namun India sebagai negara demokrasi akan tampil sebagai pemenang dalam pertandingan marathon.
Cina, India, dan Indonesia (Cindonesia) yang diikat dalam satu regional benua yang sama dan menjadi tempat hunian dari hampir separuh umat manusia di muka bumi, sudah seyogyanya saling bekerjasama dan belajar satu sama lainnya. Dengan memberikan perhatian lebih khusus terhadap Cindia seraya memperkuat hubungan kerjasama dengan keduanya, mulai dari sektor perdagangan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, hingga militer, Indonesia diprediksi akan menjelma menjadi “Macan” Asia berikutnya untuk kemudian bergabung menjadi pemain utama dunia bersama dengan Cina dan India membentuk kekuatan baru, “Triumvirat Asia”.


DAFTAR PUSTAKA
Faiz, Pan Mohamad, Brain Drain dan Sumber Daya Manusia Indonesia: Studi Analisa terhadap Reversed Brain Drain di India, disampaikan pada International
Conference for Indonesian Students di Sydney, Australia, September 2007.
Nasution, amran, surat untuk presiden, jakarta, tani merdeka edisi april 2008.
Faiz, Pan Mohamad, “Menanti Political Will Pemerintah di Sektor Pendidikan”, Jurnal Visi No.1 Vol. VIII, 2006.
Faiz, Pan Mohamad, “Meneropong Visi Bangsa: Analisa Kritis Visi Indonesia 2030 vis-a-vis Visi India 2020”, Jurnal Visi, No. 1 Vol IX, 2007.


Tuesday, May 17, 2016

SEMUA KEPENTINGAN ITU BERPIHAK

SEMUA KEPENTINGAN ITU BERPIHAK


*Alie Ahsan Al-Haris


Suara jangkrik menderu menusuk ruang-ruang kamar kos dalam balutan malam yang hening. Aku melihat Aziz sibuk dengan gadget dalam genggaman tanganya yang aku sendiri juga tak tahu apa yang dia lihat.

Hari ini, aku banyak belajar banyak dari penggalan-penggalan kisah yang unik mengiringi hari-hari penuh kegembiraan ganjil dalam hati. Akan tetapi yang paling berkesan adalah kisah yang berencana ingin aku ceritakan,  yang pasti bukan tentang kisah percintaan dan kisah perkopian.

Aku usahakan akan sangat hati-hati dalam menulis cerita ini, berharap Tuhan selalu mengawal aku agar tulisan sederhana ini nantinya tidak akan menimbulkan kesan tendensius bahkan fitnah dilain hari.

Pada dasarnya semua manusia tak akan senang dengan yang namanya penindasan, entah sebagai pelaku ataupun korban. Namun, sifat tamak dan serasa bisa melakukan segalanya membuat manusia terkadang lupa bahwa mereka memiliki Tuhan, termasuk aku juga.

Sebagai orang yang tak tahu menahu masalah yang ingin aku ceritakan ini, terkadang aku juga merasa salah karena telah dengan berani mengisahkan sebuah cerita tanpa adanya informasi pembanding.

Aku mengenal betul salah satu dari dua orang yang ingin aku ceritakan, sedangkan satunya aku baru mengenal kurang lebih hampir satu tahun. Kedua orang ini dalam suatu waktu sudah memasuki umur pernikahan. Seingatku dua minggu kebelakang dia menikah dengan seseorang yang sudah dia pacari selama tiga tahunan. Aku akan berinama tokoh yang sudah menikah ini dengan nama, Anam (Nama Samaran).

Tokoh yang lain akan aku berikan nama, Syamsul (Nama Samaran). Lebih senior dari Anam, namun belum menikah. Syamsul sudah sempat merasakan dunia kerja, kemudian entah apa informasi yang masuk ke aku Syamsul ini habis kontrak dari sebuah perusahaan negara. Hasil kerjanya sudah menjadi rumah dan sepeda motor, mungkin ada yang lain cuman aku sendiri belum tahu. Sekarang Syamsul sedang bekerja sebagai tenaga kontrak pada project sosial kemasyarakatan yang di handle oleh lembaga penelitian salah satu kampus di Malang.

Singkat cerita, Anam dan Syamsul ingin menjadi tenaga pengajar pada almamaternya. Dalam hal ini Anam memiliki keunggulan daripada Syamsul, dia sudah melanjutkan pasca sarjana meski belum lulus sedangkan Syamsul belum. Tanpa aku sodori data terkait prasyarat menjadi tenaga pengejar pada pendidikan tinggi, minimal memang harus menamatkan magister pendidikan dulu. Selain point itu terpenuhi, maka hanya akses primordial sebagai jalan satu-satunya.

Kedua manusia itu aku kenal memiliki akses yang terbilang bagus, koneksi senior ke senior telah mereka berdua bangun sejak masih menjadi mahasiswa. Harusnya, hasil dari koneksi itu sudah mereka nikmati untuk sekarang ini. Atau bisa juga mereka  memang menghindari hal tersebut.

Sudahlah, aku tak akan terlalu berbelit belit dalam menceritakan kisah ini. Aku bukanlah penulis yang hebat, toh aku sadari tulisan ini nantinya hanya akan jadi bahan gunjumgan dan tertawaan.

Waktu menuntun mereka berdua bertemu kembali pada momen pembukaan asisten dosen pada salah satu kampus di Malang, sebut saja almamater mereka sendiri. Pendaftaran tetap mereka jalani sampai dengan season akhir, alhasil secarik kertas pengumuman tidak sudi untuk menuliskan nama mereka berdua.

Aku dapat simpulkan sendiri, lagi-lagi memang berpendapat secara subjektif. Anam tidak diterima lantaran pernah bersiteggang dengan salah satu dosen yang memeggang kendali rekrutmen asisten dosen. Sedangkan Syamsul tidak masuk karena titelnya masih sarjana.

Itu semua adalah alasan standart, bagiku dibalik itu semua ada alasan kepentingan. Berbicara kepentingan tentu ada misi yang dibawa, terlepas hal ini baik atau tidak yang jelas ada kepentingan yang mengiringi hal ini.

Singkat cerita tiga bulan selanjutnya ada momen kembali, yang pasti hal ini bukan momen rekrutmen asisten dosen atau tenaga pembantu pada fakultas yang mereka daftari. Momen yang aku maksud adalah dimana ada hajatan penting pergantian tongkat estafet kepemimpinan. Pembaca, perlu diketahui, asisten-asisten dosen yang diterima tentunya orang-orang yang membawa atau diamanahi kepentingan dari beberapa patron, utamanya rezim yang sedang dan pernah berkuasa.

Pernah aku mendengar salah satu seniorku, dengar-dengar dia dulu juga meminta beasiswa S2 namun tak kunjung diberikan berkeinginan pula untuk masuk dosen, akan tetapi jalan menuju kesana butuh perjuangan yang sangat panjang dan bukan hanya bermodal kejeniusan semata. Seniorku bercelutuk “Kalau kau menjadi dosen, ada dua cara; kau memang pintar dan beruntung lolos, kedua kau harus nikah dengan anak atau sepupu dari dosen. Akses primordial”.

Saat pertama kali aku mendengar seniorku berbicara hal itu, jujur aku hanya meremehkanya. Namun disaat waktu mendesak kedepan sampai dengan aku menulis hal ini memang aku menyadari betul perkataan seniorku. Mana ada dosen-dosen yang berada di fakultasku benar-benar lolos jadi asisten dosen yang kemudian berlanjut ke dosen kontrak, dosen Non-PNS dan dosen PNS tanpa adanya akses primordial.

Akan tetapi pembaca perlu ketahui juga, disaat aku menulis seperti ini akan ada saja orang yang berceletuk bahwasanya sistem seperti itu adalah sistem perkaderan professional. Memang benar aku akui, namun ada celah dimana hal tersebut akan banyak ditembak banyak orang yang mau tahu termasuk aku, perkaderan yang berpihak. Berpihak pada yang dia cocok dan nyaman.

Bayangkan saja, dalam satu fakultas terpecah menjadi dua patron besar. Anggap saja nama patron tersebut  Melati dan Mawar, sedangkan sisanya hanya rerumputan yang kadang dibabat habis atau dipergunakan untuk melindungi tangkai-tangkai yang menjalar meneduhi mereka.

Dalam dua patron tersebut masih ada patron lagi, namun aku menganggap sebagai dualisme kepemimpinan dalam satu patron. Dualisme ini berlanjut pada momen apapun, termasuk menentukan siapa saja yang lolos menjadi asisten dosen, project, kebijakan dan akses luar bisa hebat.


Aku sering berfikir, sisi manusia sepertiku tak lepas dari rasa iri dan ingin akan sesuatu yang lebih. Dalam hati kecil ini sering mencela dengan sistem yang ada, tapi kalau aku fikir mendalam aku ini bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Kalau mau merubah sistem, percuma saja. Karena sistem yang ada sudah terlampau besar dan sangat kompleks. Toh ujung-ujungnya hanya akan berbelit dan ikut dalam lingkaran tersebut. Kalau aku makan kue dari sistem tersebut, maka aku akan bicara sesuai dengan mulut yang meberiku kue. Entahlah. 




Saturday, May 14, 2016

KUDETA PERASAAN

KUDETA PERASAAN

*Alie Ahsan Al-Haris

Felix Kenedy namaku, besar di Sumatera sebagai pulau terbesar di Indonesia. aku sekolah menegah atas di Malang, Jawa Timur. yang katanya orang kota ini terkenal dengan buah Apel dan hawa sejuk kotanya yang akan membuat siapa saja pendatang di Kota ini kangen.

Aku tak akan berkenalan lebih dalam dengan para pembaca yang aku juga tak mengetahui siapa anda. Sekarang begini, aku bertemu dengan pemilik akun blog ini pada suatu tempat kopian dekat sekolahku. Mungkin kalian sudah tahu siapa dia, yaps; dialah Alie Ahsan Al-Haris. Aku biasa memanggil namanya dengan sapaan Haris. Kuambil nama belakangnya yang kata dia adalah nama pemberian keluarga besarnya. Tak tahu juga apakah itu benar atau tidak.

Aku sangat berterimakasih pada Haris karena telah mau mendengarkan cerita konyolku, cerita tentang percintaanku dengan adik tingkat yang telah kukagumi selama dua tahun.

***

Sudah, paragraph diatas adalah hasil tulisan dari teman baruku bernama Felix Kenedy asal lampung. Aku yakin kalian takan percaya ada orang sumatera, khususnya lampung bernama bule macam dia. Tak usah aku ceritakan kronologis bagaimana aku bertemu denganya. Namun aku akan bercerita yang menurutku seru dan perlu aku ceritakan pada blogku ini.

Felix, biasa aku memanggil sedang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Nanda. Perempuan dari Gresik yang kebetulan adik tingkat Felix, kelas dua jurusan IPA pada sekolahnya. Felix mengagumi sosok Nanda sejak Nanda menjadi siswa baru, namun hubungan mereka baru dikatakan dekat saat Nanda kelas dua.

Pertemuan mereka pertama kali berawal dari ruang UKS, aku tak tahu persis bagaimana alur ceritanya. Namun aku sedikit menangkap point dimana ruang UKS sekolah Felix serta Nanda menjadi saksi hubungan mereka berdua. Singkat cerita dua sejoli ini mulai membangun pondasi asmara mereka.

Felix, maafkan aku karena tak dapat menyosokan perempuan idamanmu ini karena memang kau dengan sengaja enggan untuk menceritakan bagaimana sosok Nanda padaku. Bukankah begitu.

Dalam obrolanku dengan Felix. Dia mengaku pernah mengutarakan perasaan cintanya ke Nanda lewat sebuah Cerita Pendek. Dalam cerpen itu Felix menjelaskan betul bagimana awal perasaan cinta itu muncul dan betapa Felix sangat ketakutan untuk mengutarakan perasaanya. Felix rasa cara itu adalah cara terbaik selain memang itu adalah hal yang memang bisa dia lakukan serta tuntutan untuk membaca sampai akhir dan memahami apa yang Felix rasakan dapat Nanda rasakan pula.

Kurang lebih satu minggu selepas cerpen buatan Felix dibaca oleh Nanda, jawaban yang ditunggu kunjung belum ada. Ternyata dibalik itu semua, Felix mengetahui bahwa Nanda sudah memiliki pasangan, betapa hancurnya perasaan Felix saat itu.  Terlebih Nanda sepertinya sengaja menyembunyikan hal tersebut pada Felix.

Karakter Felix yang memang pantang menyerah terlihat betul dalam kisah ini. Jelas-jelas sudah tahu kalau Nanda punya pasangan tetap saja dengan kebodohanya Felix mengejar-mengejar Nanda. Begitu juga Nanda, mengapa tak kau beritahu saja si Felix kalau kau sudah punya pasangan sehingga perasaan Felix tak sesakit ini, tentunya dia masih sakit hati sampai saat ini.

Kisaran satu tahun hubungan Felix dan Nanda sebatas hubungan biasa saja, tak ada perasaan cinta yang tumbuh dalam hati Felix. Pada suatu waktu entah dengan alasan apa aku juga tak faham betul, namun Felix bercerita padaku kalau sampai kisaran minggu lalu sampai setahun kebelakang diam-diam mereka berdua sering jalan bareng. Aku sendiri sebagai penulis dan pendengar Felix tak mengetahui betul alur cerita yang Felix ceritakan, karena memang dalam obrolanku di warung kopi dengan Felix tak melulu bercerita masalah hubunganya dengan Nanda.

Ada hal menarik yang aku ingin pembaca tahu. Jadi begini, semoga ceritaku ini tak membosankan hai para pembaca blogku. Mereka berdua ini pernah jalan bareng ke sebuah pameran di pusat kota Malang dan berujung makan di tempat makan sekitar stasiun kota baru Malang. Felix dan Nanda banyak membicarakan hal-hal yang aku sendiri kurang faham apa yang yang Felix bicarakan. Jujur hai pembaca blogku, pada momen itu aku sedikit tak konsentrasi menanggapi Felix namun heranya aku menganggap hal ini penting.

Nanda bertanya ke Felix sudah punya pacar belum. Sontak dalam fikiran Felix merasa kalau Nanda ingin serius dalam hubungan tak jelas ini, mungkin saja Nanda ingin berpacaran dengan Felix. Kemudia Felix menjawab kalau sudah punya pacar, sebelum Nanda menimpali pernyataan Felix dilanjutkan pertanyaan ke Nanda apakah sewaktu Felix mengutarakan perasaan cintanya ke Nanda benar adanya kalau Nanda sudah punya pacar. Dan benar, Nanda memang saat itu memiliki pacar.

Pembaca blogku, sebelum aku lanjut cerita tentang Felix. Perbolehkan aku sedikit menanggapi hal diatas. Bagaimana lucunya aku bayangkan ketika Felix dan Nanda saling tanya mempertanyakan hal penting namun kebayang konyol itu ya. Kalau aku melihatnya, pasti akulah orang pertama yang akan tertawa terbahak-bahak.

Saat dua sejoli itu sudah jujur menjawab pertanyaan satu dan lainya. Obrolan mereka terhenti beberapa saat, Felix sendiri merasa ada yang ganjil dan merasakan sebuah perasan yang begitu bergejolak hebat. Dengan perasaan was-was Felix memberanikan dirinya bertanya ke Nanda.

“Aku masih mencintaimu, pacarku yang sekarang karena kau tak kunjung menerima cintaku hai Nanda.” –ucap Felix.

“Mas, dulu saat kau mengutarakan cintamu padaku; memang aku sudah punya pacar. Namun sekarang aku sudah tak punya pacar lagi.” –jawab Nanda dengan halus sambil menatap sayu wajah Felix.

Lanjut Nanda “Sebenarnya aku juga mencintaimu mas, tapi sekarang kau sudah punya pacar. Aku tak berhak memilikimu lagi.”

“Kok bisa jadi seperti ini hai Nanda.” –jawab Felix dengan lemah

“Mas, apakah pacarmu tahu kalau sekarang kau dekat denganku ? Kalau pacarmu tak tahu itu salahmu, dan kau harus segera memberitahu pacarmu bahwa selama ini kau dekat denganku. Jangan sakiti perasaan perempuan, aku ini perempuan dan aku tahu rasanya sakit hati mas.” –Nanda menasehati Felix yang kelihatan lemah memendam perasaan entah apa tak seorangpun didunia ini yang tahu.

Lama sudah kejadian itu berlangsung, hubungan mereka berdua semakin dekat. Dengan modal rasa nyaman Felix dan Nanda menjalani hubungan yang Felix sebut “Mas dan Adik”  saling menjaga dan saling pengertian. Pada suatu ketika semua ini dirasa Felix mulai berubah dan terasa menemui titik jenuhnya.

Felix bercerita kurang lebih dua minggu yang lalu dari aku menulis ini, Nanda tiba-tiba chat line Felix seperti ini “Maaf ini siapa, kok suka chat-chat aku ya ?” –sontak Felix hanya dapat berfikir ini handphone Nanda dibajak orang iseng, Orangtua Nanda yang chat atau memang Nanda sendiri yang menulis seperti itu.

Dua hari kemudian Felix mencoba chat line Nanda lagi, hasilnya tetap nihil. Balasanya cuman sewot, tidak seperti Nanda yang kemarin-kemarin. Tidak ada penjelasan yang jelas, Nanda pun terkesan menutup diri ke Felix.

Pembaca, aku mohon maaf kalau ceritaku ini membosankan. Cuman sadarilah, aku hanya ingin menulis suatu cerita yang menurutku menarik kudapati dalam bebrbagai hal. Maafkan aku kalau tak menarik terlebih lagi cerita ini terkesan konyol.

Sudahlah, semoga Felix dan Nanda baikan kembali. Kalaupun tak bisa baikan, setidaknya Nanda memberitahu alasan sebenarnya mengapa berlaku seperti itu ke Felix. Karena sepengetahuanku perempuan memang tak mau disalahkan dalam berbagai hal meskipun tahu kalau posisinya sendirilah yang salah.

Thursday, May 12, 2016

RAJA KECIL

RAJA KECIL

(Kisah Nyata[KU] Dari Warung Kopi)

*Alie Ahsan Al Haris

Cerita pendek yang tak ada bagusnya sama sekali ini bisa aku katakan 90 % nyata dan 10% sisanya dalah hasil imajinasiku sendiri yang aku sengaja tambahkan agar terkesan nampak hidup saat kalian baca. Pertama kali aku menulisnya sama sekali tidak ada dalam fikiranku untuk menamai tulisan ini dengan judul yang sangat jelas kalian baca.

Mari kita mulai. Awal inspirasi ini tercipta pada suatu kesempatan aku sedang bosan-bosanya dengan suasana warung kopi yang biasa aku tongkrongi. Alhasil aku dengan sepeda motor pinjaman ibuku kugeber keliling daerah tempat ngopi disekitar kota Malang. Sedikit pembaca tahu, setiap momen apapun aku selalu membawa buku bacaan yang memang itu adalah senjata nomor satuku, kalau kalian tanya apa senjataku selanjutnya tentu akan mudah menjawabnya, rokok dan ponsel.

Sampailah aku pada sebuah tempat ngopi yang notabenya sangat sederhana. Penjualnya ibu-ibu tua, dengan gerobak mungilnya dia jajakan beberapa macam gorengan dan rokok racikan. Kuparkir sepeda motorku disebelah rombong sederhananya. Kupesan kopi tubruk dan beberapa gorengan. Tidak ada meja dan kursi yang kupilih, karena memang hanya ada dua buah meja dan empat kursi saja.

Kuletakan rokok, ponsel dan kuambil buku bacaan dari dalam tas dan kuletakan diatas meja. Kurang lebih setengah jam berjalan, ada enam orang yang ikut nimbrung ngopi. Kalian dapat bayangkan. Dua meja dengan empat kursi di buat duduk tujuh orang, tentunya posisiku akan terlihat satu kelompok dengan mereka.

Mereka ngobrol panjang lebar dengan pembahasan yang menurutku berat untuk didengar. Namun satu momen yang kuanggap sangat penting untuk aku tulis, enam orang itu nampaknya ada satu sosok pria dengan perawakan tinggi namun kurus dengan rambut yang biasa kita sebut mohak menjadi center of interest kelima orang lainya termasuk aku. Pria tersebut ternyata sedang membicarakan bagaimana caranya menjegal salah satu temanya yang kebetulan sedang berival pda salah satu momen.

Aku sengaja memposisikan diriku sebagai pendengar yang baik, termasuk sebagai pencatat yang baik. Sengaja aku manfaatkan aplikasi memo pada ponselku untuk mencatat poin-poin penting yang pria konseptor dan mereka utarakan.

Beginilah ceritanya, jujur sedikit aku tambahi sedikit dengan tujuan seperti yang aku utarakan pada awal paragraph.

***
            Pria ini adalah konseptor pada kelompok mereka, gaya bicara dan analisisnya memang aku akui sangat tajam. Sering mengomparasi data dan informasi menjadi nilai lebih baginya. Tak diragukan memang, karena itu adalah ciri khas konseptor ulung. Adalagi pria dengan perawakan agak pendek, berkumis lebat, kulitnya hitam dan rokoknya merk Marllboro merah. Pria ini kalau aku amati nampaknya berposisi sebagai eksekutor, sedangkan sisanya adalah pelaksana tugas dan informan.

Singkat cerita, mereka ini adalah salah satu dari sekian kelompok yang ingin memenangkan momen tersebut. Namun, pembicaraan mereka sampai aku pergi; mereka masih dalam posisi yang kalah.

Pria konseptor dalam watak bicaranya adalah seorang yang gila hormat dan gila penghargaan. Segala apa yang dia bicarakan hampir mayoritas bicara sejarahnya dan apa yang telah dia lakukan dan hal itu sukses. Jarang sekali dia bercerita tentang dirinya sendiri pernah melakukan sebuah kesalahan untuk dijadikan kelompokya sebagai pelajaran. Ini kan bodoh sekali, gomik.

Bagian paling brutal (menurutku) pria konseptor ini mencetuskan ide yang bagiku gila untuk dilakukan. Dia menyuruh ke lima temanya untuk membuat perpecahan dalam patron yang sama-sama bersaing denganya. Caranya dengan apa, dia menghalalkan fitnah diantara saudaranya, kalau fitnah tak berhasil untuk memecah patron maka ide selanjutnya adalah ancam dengan beasiswa dan proposal yang nunggak di awang-awang.

Sampai pembahasan tersebut, aku semakin tertarik dengan obrolan mereka. Tentu, aku masih sok nge-chat-chat orang lain dan membaca buku agar gerak geriku tidak mereka ketahui. Serta, aku berharap di anggap mereka sebagai orang yang sangat polos dan tak tahu bahkan tak mau tahu dengan apa yang mereka bahas. Padahal kalau jujur, malah sebaliknya.

Mereka sejenak tak membahas hal itu, sampai pada suatu momen ada salah satu anggotanya menceletuk kurang lebih seperti ini “kita tahan saja dana beasiswa dan proposal yang cair atas bantuan kita” –dari sinilah aku menjadi faham siapa mereka. Tentunya aku amini mereka ini adalah manusia-manusia dengan akses yang hebat, bayangkan saja sekeliber orang seumuranku dapat meloloskan beasiswa dan proposal serta dapat menahan dananya. Tentunya orang-orang yang sedang ada dikelilingku ini bukan orang biasa donk hahaha.

Berangkat dari pendapat salah satu dari keenam orang tersebut, pria konseptor itu dengan nada tinggi mengamini hal itu. “itu pendapat yang sangat bagus, bener banget itu” –cetus pria konseptor.

Aku catat point penting, mereka menghalkan fitnah dan ghibah serta mereka memiliki akses hebat entah dari mana asalnya. Jika hal ini mereka gabungkan, tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi pada lembaga tersebut. Pertanyaan mendasarku, se strategis apakah lembaga mereka, sehingga segala cara mereka lakukan, ada misi besar apa yang ingin mereka goalkan sehingga cara-cara tersebut mereka lakukan.

Mereka berencana bertemu kembali dua hari lagi, tenggang waktu dua hari itu mereka lakukan untuk melancarkan teror kepada oknum-oknum yang menerima beasiswa dan cairnya dana proposal atas jasa mereka pada salah satu tempat yang aku kenal.

Sampai aku meyelesaikan tulisan ini, sudah telat kurang lebih lima hari. Aku tak berniat untuk tetap membuntuti mereka, karena hal itu akan membuat mereka curiga padaku.

Kami semua dipaksa pulang karena warung tempat kami ngopi mau tutup, selepas aku bayar dan bersiap pulang. Lagi-lagi pria konseptor berkata pada kelima temanya tadi. “kalian kalau ketemu musuh-musuh kita, wajib menggaungkan namaku, kalian wajib baik-baikan dan soundingkan namaku ke mereka semua agar mereka tahu bahwa patron kita memang hebat dan hasilnya adalah kalian, didikanku yang berhasil dan berkompeten. Biar mereka tahu siapa aku dan siapa kita”.

***

Boleh saya akhiri cerita tak bermutu ini ? aku harap boleh dan kurasa kalian memang bosan membaca ini. Seperti itulah, ada orang yang suka claime dengan segala daya cocotya yang merasa tak punya dosa.

Perasaan ingin dijunjung dan dihargai menjadikan pria konseptor tadi menjadi gila hormat. Gila dengan sesuatu yang fana. Entahlah, apa yang mereka fikirkan. Apa jangan-jangan pria konseptor itu telah gagal memahami Babad Tanah Jawi. Tak taulah, sadarlah.

Sudah cukup saja, aku lelah menulis tentang kelompok ini. Tak jelas dan kecelakaan berfikir, kecelakaan dalam memahami prinsip, dan aku juga salah telah ngopi bersama mereka.


Tuesday, March 22, 2016

Kumpulan Materi Kuliah




     1.      Operation Research Download


     2.      Dasar-Dasar Manajemen Full Download
   
     3.      Perdagangan Internasional Download
     
     4.     Statistik Statistik

     5. Ichtiologi Ichtiologi
   
     6. Manajemen Agribisnis Perikanan Download