Friday, October 2, 2015

RINDUKU PADAMU KUTEMUI DALAM ANIAYA SEPI



RINDUKU PADAMU KUTEMUI DALAM ANIAYA SEPI



)*Ali Ahsan Al-Haris



Sumber Gambar : Nishaelf
Yakinkah aku dengan hal yang selama ini aku jalani, aku mencoba membaca dan mendengar tentangmu. Nafasku ini terkadang berontak untuk lebih bertanya tentang siapa Engkau –sungguh. Terkadang penyakit hati macam iri, dengki, nafsu dan selalu tak terima dengan hidup yang kujalani membuatku bertanya tentang apa yang sebenarnya kau lakukan padaku. Skeptis berfikirku ingin kau temani, cenderung aku selalu sendiri dalam menjalani hidup di alam antah berantah ini. Aku selalu sedih jika tak kau beri jawaban tentang siapa sosokmu. Apa memang sengaja engkau lakukan ini padaku. Apakah engkau tak tahu jika selama ini aku merindukan sosokmu. Sadar aku memang selalu menghianatimu, namun apakah engkau tega meninggalkanku dengan kenangan buruk yang selama ini aku lalui.

    Aku mencoba melakukan sepenuh hati apa yang kau perintahkan padaku. Apakah engakau masih berfikiran aku terpaksa melakukan hal itu semua !! kalau memang seperti itu, cobalah engkau peggang tanganku lantas engkau bimbing aku sesuai dengan apa yang engkau katakan. Hal ini aku inginkan agar aku semakin tahu sosokmu. Apa memang ada rencana besar di balik semua ini. Terkadang dalam kesunyian malamku aku menjadi menggigil karena rindu yang teramat dalam padamu, namun apa daya. Aku hanya menangis meratapi sosokmu yang selama ini tak kutahu dari siapaun juga. Kalau sudah seperti itu, aku cenderung emosi, kerinduan yang tak pernah sampai hanya membuatku berfikiran bahwa semua ini sia-sia belaka.

Sering aku terpuruk dan teraniaya sepi, namun aku tetap tersenyum karena aku yakin sosokmu menemaniku. Mungkin itulah yang engkau mau dariku. Engkau sengaja membiarkanku dalam lingkungan yang asing sehingga memaksaku untuk melakukan sebuah hal yang sebenarnya hal itu melanggar janji diantara kita.

Namun aku selalu percaya dan percaya di tengah kemunafikanku padamu, bahwa engkaulah sang egaliter. Sedihku, tangisku, kesepian yang menusuk-nusuku selama ini memang tak berarti lagi. Karena aku percaya engkaulah sandaran hatiku. Seperti saat aku menuliskan ini untukmu, sore yang sepi menganiayaku. Kesendirianku membuatku sadar, bahwa selama ini sebenarnya kau telah hadir di hatiku paling dalam. Aku merindukanmu, ijinkanlah aku bertemu denganmu. Aku ingin pelukanmu.
 

Monday, September 28, 2015

Illah Menjadi Sandaran Umat Manusia, Allah Sandaranku.



Illah Menjadi Sandaran Umat Manusia, Allah Sandaranku.

)* Ali Ahsan Al-Haris

Sumber Gambar : Bp
Semua yang bernyawa akan kembali padanya (Tuhan); itu adalah kalimat yang dulunya sering aku dengar dari kedua orang tuaku maupun guruku. Sebagai manusia, apa yang akan kalian fikirkan dengan membayangkan tentang kematian ? mengerikan dan menyakitkan, ataukah itu adalah penantian yang memang selama ini kita idam-idamkan. Entah, karena yang kufikirkan hanya ingin bertemu dengan Tuhanku (Allah).

Kaliamat terakhir mungkin sedikit berbau kesombongan yang tinggi. Ingin bertemu Allah !! memang siapa aku, aku bisa apa, apa saja yang telah kulakukan di dunia ini sehingga aku berharap kelak di Akhirat dipertemukan dengan Allah. Seorang rasul Allah saja saat ingin bertemu ataupun berbicara dengan-Nya dibarengi dengan cobaan yang amat sangat menguji mental dan kesabaran, apalagi hal tersebut dibandingakn dengan aku. Secara logika hal ini benar juga, namun dalam hati ini aku hanya berusaha untuk mencapai hal tersebut dengan apa ? dengan apa yang aku yakini tanpa keluar dari rel Islam Rahmatan Lillalamin.

Allah, sesungguhnya aku sangat memohon ampun padamu, dikala tiap detik kehidupan yang kau berikan ini kulakukan untuk bermaksiat. Ya Allah, sesungguhnya hamba bukanlah ahli dalam beribadah dan memohon ampun padamu, namun Ya Allah, hanya padamulah hamba memohon belas kasihanmu. Ya Allah, hindarkan hamba dari fitnah semasa hamba hidup, fitnah setelah hamba meninggal dan fitnah atas perbuatan dajjal. Ya Allah, hindarkanlah hamba dari siksa kubur dan siksa api nerakamu. Aminn

TAK TAHU YANG DI UCAP, TAK TAHU APA YANG DI LAKUKAN



TAK TAHU YANG DI UCAP, TAK TAHU APA YANG DI LAKUKAN

)*Ali Ahsan Al-Haris


Sumber Gambar : Dandelionotes
Sesungguhnya manusia itu tidak tahu apa yang ia ucap dan apa yang ia kerjakan. Mungkin kalimat sederhana di atas dapat menjadi renungan kita bersama bahwasanya hidup tanpa arah dan tujuan sempat dan bahkan masih kita jalani sampai saat ini. Pembaca dapat menarik kalimat di atas dalam konteks kehidupan apapun. Bisa saja dalam hal pendidikan, pekerjaan, berkeluarga bahkan beribadah.

Lantas kemana fokus tulisan saya kali ini. Insyaallah saya usahakan untuk berfokus dalam hal beribadah. Saya muslim, kalaupun anda belum muslim mungkin hal ini akkan menjadi pelajaran kita bersama. Apakah jalan yang kita ambil ini sudah benar! Itu adalah percayaan sepele bukan, kalian akan dapat dengan mudah untuk menjawab (sudah yakin dengan jalan yang aku ambil). Namun coba kalian telisik lebih dalam lagi, terlebih untuk kawan-kawan saya yang muslim. Apakah do’a tiap hari yang kalian panjatkan itu sudah kalian fahami apa makna dan tujuan dari do’a tersebut ? kalaupun belum lantas do’a yang kalian ucapkan selama ini berfungsi apa. Apakah kalian hanya beriman secara buta, apakah kalian tidak tahu apa yang kalian ucap dan kerjakan. Mengapa kalian tetap belum sadar. Atau jangan-jangan pertanyaan dan tulisanku ini mengandung kesesatan (bahkan dapat dibilang kafir). Mari kita tanyakan kepada diri kita masing-masing apakah memang benar selama ini kita terjebak dalam sebuah dunia yang membuat kita buta akan kuasa Tuhan pencipta alam semesta ini.

Mengutip dari loper Koran yang pernah saya temi  – “Masyarat Indonesia, kurikulum semasa Orde Baru sengaja di konstruk untuk menghindarkan generasi-generasi bangsa ini terhindar dari Budaya Membaca, melainkan menjadi budaya konsumtif yakni menonton dan mendengar” (ed).

Lantas, apa hubungan kutipan yang saya ambil dari loper Koran tersebut kepada tema tulisan ini. Tentu saja dampak tidak mau membaca dan meng-kaji suatu tulisan maupun permasalahan membuat kita menjadi malas untuk mengetahui maksut dari sebuah tulisan, tafsiran, ayat dan berbagai macam hal lagi.

Saya sering mengalami yang namanya gagal faham ataupun kecelakaan berfikir. Do’a-do’a yang saya lakukan memang sering tak tidak cocok dengan apa arti dan makna (saya harap pembaca sudah memahami terlebih dahulu perbedaan arti dan makna) -dari do’a yang saya baca. Tujuan saya meminta ke Allah adalah “B”, namun do’a yang saya baca adalah “X”. wajar saja kan jikalau tidak pernah dapat pencerahan.

Itu adalah salah satu contoh yang dapat aku berikan ke pembaca, untuk yang lain pembaca pasti dapat mengerti sendiri contoh apa yang aku maksut denga bercerin pada diri kalian sendiri. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Dan tentunya, diri kita diberikan pencerahan oleh Tuhan kalian masing-masing.

Tuhan memberkati kalian, jadikanla Tuhan sebagai tujuan dan jadikanlah Tuhan sebgai sosok yang paling kalian ingin temui DENGAN SEGERA.

Karena sesuatu yang karena Illah (Allah) itulah yang abadi (Imam Anas ra) (ed).
Behind the gun : @aliahsanID

Thursday, September 24, 2015

JUDUL . . . . . . . . . .



JUDUL . . . . . . . . . .



“Ali Ahsan Al-Haris”



Tulisan ini sengaja tidak aku beri judul, sengaja aku lakukan hal ini karena memang saat aku menulisnya sedang memikirkan banyak hal yang kuusahakan untuk dipilah namun hal tersebut terlalu sulit bagiku. Aku akan mulai dengan membicarakan hidup, banyak aku temui hal yang memang dapat di cari benang merah permasalahnya. (sekarang aku mulai bingung), permasalahan yang sering kita alami terlepas bersifat privasi ataupun kelompok terkadang dan sebagian besar memang menyita waktu dan fikiran kita. Aku mengalami hal ini, bahkan bisa dikata itu setiap hari saya alami. Nakh mulai dari sini terkadang aku berfikir apakah tenaga, waktu, fikiran ataupun modal yang aku keluarkan untuk memikirkan hal tersebut bisa dikatakan bermanfaat bagi pribadiku. Kalau pembaca adalah tipe-tipe orang yang humanis, bisa saya pastikan anda akan menjawab hal tersebut memang bermanfaat buat pribadi kita. Tapi sebentar, saya bukanlah tipe orang yang mudah acuh terhadap permasalahan di sekililingku, apalagi hal tersebut menyangkut pribadi dan orang-orang terdekatku; kecuali memang dalam tanda kutip aku sengaja “ngelakon” untuk benar-benar acuh terhadap masalah yang sedang aku alami.

Aku akan sangat rela membantu untuk memecahkan permasalahan yang sedang lingkunganku alami. Kalau pembaca bingung, sekup ini akan aku perkecil menjadi masalah kelompok atau organisasi. Bagi para pembaca yang hidupnya sering bergelut di bidang organisasi atau perkumpulan entah apapun macamnya saya yakin anda faham dengan apa yang aku maksutkan meski tulisan yang anda baca ini sangat kacau. Perlu saya utarakan pada pembaca bahwa saya bukanlah orang yang ahli dalam bidang manajemen konflik atau sejenisnya. Namun  saya rasa, masalah yang sering di alami dalam organisasi adalah perselisihan dibarengi dengan permusuhan, mengapa saya bilang kita; dikarenakan saya mengkerucut ke organisasi yang sedang  saya ikuti. Banyak dari anggota organisasiku yang sering berselisih akan tetapi selalu bermusuhan. Saya tahu hal ini memang sangat sulit untuk di jadikan pedoman pada setiap anggota. Namun mau bagaimana lagi ? ini adalah bentuk ikhtiar kita bersama demi menjadi anggota yang berkaliber dinamis tanpa menjual atau menggadaikan idealis kita masing-masing. Saya rasa inti tulisan ini adalah benang merah permsalahan yang harus di usut sampai ketemu. Proses mencari benang merah yang kusut tersebut harus di barengi dengan pedoman persaingan tanpa adanya permusuhan.

Mengintip Kaum Minoritas (Part II)



Mengintip Kaum Minoritas (Part II)

)* Ali Ahsan Al-Haris


Sumber Gambar : allohpenjagaku
Apakah salah satu dari pembaca adalah orang bertipikal banyak bicara, orator, penasehat atau suka memberi saran ? kebiasaan tersebut adalah salah satu dari yang kualami, namun pembahasan Mengintip Kaum Minoritas Part II akan lebih khusus ke “Banyak bicara”. Aku sengaja memilih tema banyak bicara karena masih luas jangkauan variabelnya. Sedikit loncat dari personal diri kita, apakah di sekeliling kita kalian memiliki teman, sahabat, senior, junior atau orang menurut kalian figurkan memiliki tipikal di atas. Kalau pembaca memiliki, saya dapat pastikan mereka adalah cerminan kalian. Karena apa, pendidikan lingkungan atau biasa kita sebut dengan pergaulan menjadi factor yang sangat berpengaruh merubah kepribadian dan jalan fikir manusia.

Bicara, adalah hal yang takan pernah ditinggalkan oleh manusia, maka bersyukurlah kepada Tuhan jika pembaca di anugrahi dapat berbicara dengan baik dan lancar, tidak seperti saudara-saudara kita di luar sana yang memiliki kekurangan dalam hal visualisasi.

Jika pembaca dapat belajar teknik berbicara, maka hal ini akan dapat membantu pembaca untuk dapat mempengaruhi seseorang dalam hal bisnis, motivasi dan banyak hal lain. Namun apa jadinya jika bicara kalian malah menjadi boomerang bagi kalian sendiri. Pembaca pernah mengalami hal tersebut ? hal ini berbuntut karena kurang kehati-hatian kita dalam berbicara. Sering kita (termasuk saya) asal bicara demi meyakinkan suatu pendapat. Kerugian yang kudapat juga tidak sedikit, banyak hal dari salah bicara malah membuat pribadiku menemui frame-frame yang sebenarnya menganggu kedepanya. Salah satu contoh, kesalahan bicaraku menjadikanku susah untuk dipercaya orang, orang menjadi waspada berlebih dengan apa yang keperbuat dan kubicarakan.

Hal tersebut yang menjadikan aku harus evaluasi mendalam terhadap diriku, jalan yang ku ambil untuk mencapai tahap evaluasi adalah merenungi semua kesalahan yang keperbuat. Intropeksi diri dengan berharap Tuhan mendengar dan memaafkan kulakukan terus menerus. Lantas apakah aku sudah merasa menemukan sebuah formula yang tepat agar tidak salah berbicara lagi. Saya sendiri merasa belum menemukan formula yang tepat, namun aku merasa ada nilai yang lebih mahal daripada formula itu sendiri. Yakni pencerahan, pembaca bisa mengartikan pencerahan itu hidayah atau jalan yang sengaja dibukakan oleh Tuhan untuk hambanya yang serius meminta. Saya sangat bersyukur telah diberi pencerahan, untuk lebih detailnya bagaimana pencerahan yang kudapat. Jujur saja aku sendiri bingung mau bicara dari mana terlebih dahulu. Karena sementara ini aku hanya dapat merasakan, untuk berbagi pengalaman dengan pembaca saya rasa lain tulisan saja.

Secara sederhana aku dapat menceritakan sedikit pencerahan tersebut dan mungkin akan menjawab tema tulisan ini. Kyai-kyai di desaku sering berbicara pada para murid-muridnya (salah satunya aku) untuk berbicara yang penting-penting saja, banyak-banyaklah ber-tasbih pada Allah dan membaca Al-Qur’an. Beranjak dewasa, para seniorku mengajarkan ke aku untuk belajar mengamati kondisi dan peristiwa, jangan asal bicara kalau belum ketemu titik dan akar masalahnya. Kedua hal tersebut yang memang sekarang kujadikan peggangan.

Lantas apa hubunganya dengan tema tulisan ini, yang jelas (SEKARANG) banyak kita temui orang yang suka bicara tapi sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa yang ia bicarakan. Sama halnya membaca tapi tak tahu makna.

Aku tidak menyarankan pembaca untuk menjadi pengamat, namun secara sederhananya kita semua dapat mencoba untuk  diam sejenak, bersabar, mengamati, merenungi dan mengakaji apa yang kita lihat dan alami. Karena kebiasaan tersebut hanya milik orang-orang minorside !!
Behind the gun : @aliahsanID