Saya Kepengen Wik Wik
"Lho kamu belum tau ya, suaminya dia kan dipenjara gara-gara kasus Narkoba. Sudah hamil di luar nikah, akadnya mereka dipenjara pula", tutur Mak Romlah penjual sayur keliling.
Ini adalah cerita lanjutan dari cerita sebelumnya. Tentu ini cerita hanya guyonan, bagaimana kita menganggap kesusahan orang lain menjadi bahan lelucon. Atau ini memang watak kita, memandang kesusahan bukan lagi menjadi musibah. Melainkan bahan guyonan dan rasan-rasan.
Pagi itu saya dan Istri bermain ke kontrakan barunya Adit. Jarak dari pusat kota sekitar 36 menit, jauh dari keramaian. Penting harga sewa murah, bungkus. Setiba di lokasi, tampak Aziz dan istrinya yang sedang mengandung 7 bulan sudah sibuk mempersiapkan acara. Adit memang berencana mengadakan syukuran kecil-kecilan. Sebagai sahabat semasa sekolah, istri-istri kami juga di persahabatkan karena persekawanan kita. Ada fase di mana kita ngobrol serius dan istri kita menyingkir untuk tidak menganggu. Hal-hal naluriah semacam ini menjadikan kami betah berlama-lama saat kopdar. Padahal, konten yang kita obrolkan ya gak berat-berat amat. Banyakan malah ngerasani tonggo dan konco. Oalah
Ada beberapa tetangga kontrakanya Adit yang datang, salah satunya seorang perempuan yang saya taksir seumuran dengan istri saya. Sebut saja dia Ida (Nama Samaran). Ida datang barengan dengan seorang perempuan paruh baya, belakangan saya tahu kalau perempuan paruh baya itu adalah mertuanya Ida.
Baca Tulisan Saya Yang Lain: Kenaikan Harga di Pasar Tradisional dan Sewa Rumah Itu Perang Harga atau Hasil Musyawarah? Bingung Aku
Acara berlangsung dengan tidak khidmat-khidmat banget, penting lancar dan terkendali. Sebelum acara di tutup, Adit mengenalkan diri beserta istri ke para tamu undangan yang hadir. Termasuk ke Pak RT. Sebagai warga baru itu hal lumrah, bahkan wajib bagi orang dari kampung macam Adit. Para tetangga juga memperkenalkan dirinya masing-masing, termasuk menawarkan bantuan jikalau diperlukan. Termasuk mendoakan Adit dan Istri semoga segera mendapatkan momongan.
Selepas para tamu undangan pulang, kami para lelaki pindah ke balkon. Ngobrol sembari makan camilan dan merokok. Obrolan kami fokus ngerasani si Mbak Ida. Perempuan yang kata Mak Romlah, suaminya dipenjara karena kasus narkoba. Kata Adit, sehari sebelum acara syukuran. Istrinya di undang Mbak Ida untuk hadir di acara 7 bulanan anaknya. Acara 7 bulanan itu terbilang ramai, dihadiri banyak tetangga dan kolega. Tabuhan terbang dan lantunan barjanji mengiringi acara sampai tuntas.
Saat istrinya Adit berjalan pulang ke rumah. Ibu-ibu yang turut hadir dalam acara ngobrol tentang Mbak Ida. Mereka merasa kasihan dengan dia dan anaknya yang masih kecil. Sejak kelahiran si kecil, tidak pernah mendapatkan perhatian dari Ayahnya. Beruntung Mbak Ida memiliki mertua yang baik hati, mau menampung dan membiayai seluruh biaya persalinan dan hidup mantu dan cucunya itu.
Baca Tulisan Saya Yang Lain: Banjir dan Cerita-Cerita di Dalamnya
Sembari berjalan ke rumah masing-masing, gerombolan ibuk-ibuk itu menasehati istrinya Adit untuk kelak lebih berhati-hati dalam mendidik anak. Jangan sampai seperti suaminya Mbak Ida. Termasuk harus bersyukur karena mendapatkan suami yang baik dan perhatian seperti Adit. Tentu perbandingan semacam itu berangkat dari kasus keluarga kecilnya Mbak Ida. Akan berbeda cerita jika keluarganya Adit di komparasi dengan keluarga lainnya. Dalam satu sisi nasihat itu baik, di sisi lain hal semacam itu tidaklah elok. Sampai kapan kita selesai dengan acara banding membandingkan?
Jika mereka para ibuk-ibuk memilih bahan gosip seputar kasihan mengkasihani. Berbeda banyolan yang saya, Adit dan Aziz obrolkan. Kami sebagai lelaki. Tentu versi kasihan mengkasihani itu akan sedikit bergeser ke ranah lain. Ranah yang lebih tepatnya kami sebut sebagai "Wik Wik". Saya sendiri belum tahu sejak kapan kata Wik Wik diartikan sebagai bersetubuh. Setahu saya kata Wik Wik itu berasal dari lirik penyanyi Thailand. Tapi jikalau kita menonton Official Video Clipnya, ya wajar kalau lagu wik wik kita artikan lagu bersetubuh. Hehe. Konteks kasihan yang kita maksut disini adalah, pengen Wik wik saja harus ke prodeo. Memang sih pernah kami dapatkan info, di dalam sana tersedia kamar khsus Wik Wik bagi pasangan suami istri yang menginginkan. Namun berapa jumlah kamar yang tersedia itu yang menjadi soal. Sudah mafhum kita ketahui jikalau para penjenguk memiliki jam kunjungan terbatas. Masalahnya, Wik Wik itu kan butuh ketenangan dan ke rileks kan. Jikalau dalam satu hari kunjungan ada 3 pasang pasutri, bisa kebayang dong antrian mau Wik Wik saja seperti antrian hendak masuk WC umum saja.
"Tok..tok..tokkk", bunyi pintu diketuk.
"Wes mari a Kang Wik Wik nya", terdengar suara lelaki dibalik pintu.
"Seg Pak, urung crot iki", jawaban dari dalam pintu.
Sekian Terimakasih
Jangan Dibuat Tegang
Santai Saja
Malang, 13 Januari 2020
No comments:
Post a Comment