Friday, July 4, 2014

KORELASI ANTARA KENTUT DAN ASMARA

KORELASI ANTARA KENTUT DAN ASMARA
)*Ali Ahsan

Judul diatas pastinya terkesan aneh bagi para pembaca, akan tetapi kalau boleh jujur memang judul diatas berangkat dari kebiasaan teman-temanku yang memang suka kentut dengan ada yang sangat tinggi. Meski terkesan menjadi kebiasaan yang jorok, dunia perkentutan menurutku memang harus di apresiasi dari segi seni, mengapa? Menurutku kentut selain bawaan biologis seorang manusia juga menjadi sebuah goresan tersirat dari insan yang senang berasmara, mungkin lebih tepatnya berpacaran.

Berbicara kentut, proses biologis dimana seseorang mengeluarkan proses eksresi berupa gas yang terkadang bersuara dan tidak dimana hal tersebut dapat menjadi indikator apakah gas tersebut membawa bau yang dapat megusik kenyaman manusia dimana orang tersebut berada. Proses terjadinya kentut ini saya analogikan sama halnya dengan orang yang naksir lawan jenis, posisikanlah diri kita naksir cewek dengan kriteria-kriteria yang menurut kita sangatlah cocok dan kita sendiri berharap cewek tersebut merespon perasaan kita. Dari beberapa pengalaman pribadi dan cerita teman-temanku, cowok yang dikenal jantan oleh sebagian para waita ternyata cenderung defensif dalam masalah percintaan. Hal inilah yang saya maksud dengan proses terjadinya kentut, cowok yang cenderung defensif alias sok atau secara lebih jelas jual mahal daripada cewek  dengan sering menahan perasaanya di hadapan cewek inilah yang sebenarnya menjadikan predikat kaum galau itu kebanyakan para kaum Adam.

Cowok itu sok, dalam arti ini yang saya maksud dia sering mengelak dan tak mengakui bahwa dia itu cinta dengan cewek. Cara yang cowok lakukan biasanya dengan memberikan kesan acuh tak acuh terhadap perbicangan yang memang kebetulan sedang membicarakan sosok cewek tersebut. Perasaan cinta dan kagumnya sebenarnya besar, namun sayang perasaan yang dipendam-pendamnya malah menjadi bomerang dirinya sehingga waktupun tak dapat menduga apa yang sebenarnya cowok harap.

Memendam rasa cinta pastinya di rasakan semua insan termasuk aku, akan tetapi perasaan gengsi yang dimiliki oleh cewek bahwasanya cowok yang harus mengutarakan perasaanya dahulu daripada laki-laki serta laki-laki yang cenderung defensif serta menjaga harga diri di depan cewek membuat komunikasi untuk menuju apa yang dinamakan kata hati ini menjadi terhambat.

Perasaan itu momentum, kita tak dapat menduga kapan ia akan datang untuk menncumbu hati kita. Kedatanganya memang diharap-harapkan bagi orang-orang yang galau, namun belum tentu juga kedatanganya membawa kenikmatan dan kebahagiaan bagi kita. Perasaan hanya stimulus, dia dapat berwujud ketika kita memanfaatkan mulut kita untuk membangun komunikasi yang baik dengan cewek yang kita taksir. Utarakanlah perasaanmu, karena sesungguhnya dia menunggumu untuk mengatakan itu, sungguh.

Sekian beberapa pendapat dari saya semoga bermanfaat, jangan lupa untuk mempraktekanya agar pemahaman yang sudah ada makin lama makin padat dan bulat, agar tercapailah suatu gambaran diri yang konsisten.

Jika ada yang kurang tepat mari kita diskusikan, bukan hanya mencari kesalahan hanya untuk eksistensi diri semata. Salam hangat dari saya, Budayakan Membaca dan Menulis.
#Go AHead Indonesia
#Cintai Indonesia Dengan Kreatif
#Yang Penting Bagiku Adalah Dialoq

Behind The Gun: @aliahsanID


MEMANDANG BUKAN MEMANDANG

MEMANDANG BUKAN MEMANDANG
)*Ali Ahsan


Cara mengigatkan seseorang bahwasanya dia salah memiliki cara yang berbeda-beda. Sama halnya dengan caraku mengigatkan seseorang. Ada caranya kita harus tegas dan marah padanya, ada caranya agar dia sadar dengan sendirinya yakni dengan membisu tanpa sepatah kata apapun dan perhatian denganya. Aku sering menggunakan cara ini karena sangat efektif, namun aku sendiri menyadari hal ini memiliki kelemahan-kelemahan seperti orang yang kita tuju tersadarnya memang lama. Hal ini memang dapat kita buktikan kebenaranya bukan!
Memang banyak hal yang perlu kita ketahui bersama bahwasanya para Mahasiswa mayoritas suka melakukan suatu yang di sukainya, ingat atas dasar suka tanpa mempertimbangkan kembali apa itu adalah cara yang terbaik atau tidak. Ya, hal inilah yang menjadi nilai jual mahasiswa.

Aku mulai malas dengan orang yang banyak omong!

BAU BUSUK MEDIA MASSA

BAU BUSUK MEDIA MASSA
)*Ali Ahsan

Bicara bulan Juli, maka bicara Piala Dunia dan momen menjelang Pemilihan Presiden (PILPRES), dua fokus utama diatas yang memang akhir-akhir ini sering aku ikuti di media massa. Televisi, sebagai media massa yang paling tenar di Indonesia dan masive dalam memberitakan kejadian serta melempar isu membuat pendidikan politik di negeri ini bak perang saudara. Mengapa perang saudara? Hal ini aku munculkan karena kasus Metro TV dan Tv One yang sama-sama berkedudukan di Indonesia memiliki jagoanya sendiri menjadi Presiden sehingga berimbas pada pemberitaan di kedua stasiun televisi tersebut saling adu hantam isu. Kepemilikan stasiun televisi oleh politikuslah yang menjadi akar permasalahan hal ini.

Metro TV yang dimiliki oleh Surya Paloh yang menjadi ketua Partai Politik Nasional Demokrat (NASDEM) dan TV ONE oleh Abu Rizal Bakrie sekaligus Ketua Partai Golongan Karya (GOLKAR) akhir-akhir ini semakin gencar-gencarnya memberitakan kebaikan dan keburukan salah satu calon kontestan Pilpres. Hal inilah yang membuat para masyarakat luas dirugikan, untung jika penonton dapat menyaring informasi secara cerdas, jikalau tidak! Yang ada hal ini hanya berbuntu menjadi perang frekuensi dan penggiringan opini semata bukan! Bagiku sendiri, hal tersebut malah menjadi Bomerang tersendirri bagi kepemilikan media dimana stasiun televisi yang melakukan hal tersebut akan terancam kehilangan kepercayaan dari konsumen maupun sponsor.

Media massa yang seharusnya independen dalam menyampaikan pemberitaan yang benar dan mendidik sekarang hanya menjadi isapan jempol belaka di saat CEO media massa telah terjun ke politik, kepentingan yang dibawa oleh pemilik media untuk konsumsi golonganya membuat masyarakat luas menjadi di rugikan. Aksi-aksi Demonstarasi para Mahasiswa dan Kaum Buruh menjadi basi ketika media massa utamanya televisi memberitakanya dengan tidak benar demi melindungi oknum-oknum yang  menyuapnya.

Aku akui tulisanku ini memang kurang teratur dalam kronologis penulisan maupun EYD, namun kepentinganku hanya untuk menyadarkan para pembaca bahwa media massa mulai dari Televisi, Koran, Media Online, Radio, Majalah dll sudah jauh dari kata Independen dan jujur memberitakan suatu peristiwa. Kita para konsumen media massa hanya dirugikan dengan aksi yang dilakukanya.

Coba para pembaca menonton film dokumnter “Behind The Frequency”, dalam film tersebut jelas bahwa konglomerasi media memang terjadi di negeri kita. Jikalau pembaca memang berminat untuk menonton silahkan Direct Message saya via Twitter karena percuma kalau pembaca mencarinya lewat internet karena film dokementer yang mengungkap tentang kebusukan media massa di Indonesia telah di Blockir oleh oknum-oknum yang merasa di rugikan.

Siapapun Presiden yang terpilih besok bukanlah pemimpin yang di usung oleh rakyat, presiden besok adalah pemimpin yang di usung oleh media massa. Terserah apa pendapat kalian, aku sadari memang emosi dalam menulis artikel ini. Aku sadar emosiku ini takan mampu meredam pergerakan media massa yang sudah terlampau batas. Aku ingin para pembaca sadar utamanya para mahasiswa, aku ingin generasi Indonesia yang saat ini duduk di bangku SD-Perguruan Tinggi dapat mencerna informasi di media massa secara cerdas.

Aku tidak menyarankan untuk Golput, aku juga tidak menggiring opini untuk mencoblos salah satu calon kontestan Pilpres, namun inilah yang terjadi dalam konstelasi politik negeri ini. Sumber daya manusia negeri ini akan segera hancur jikalau generasi-generasi muda hanya diam dan pasrah dalam permasalahan Tanah Air yang kita cintai ini.
Frekuensi adalah milik rakyat Indonesia, bukan milik golongan, frekuensi adalah aset negara bukan aset perorangan.

Hidup Mahasiswa Hidup Rakyat Indonesia.
Go Ahead Indonesia.

Sekian beberapa pendapat dari saya semoga bermanfaat, jangan lupa untuk mempraktekanya agar pemahaman yang sudah ada makin lama makin padat dan bulat, agar tercapailah suatu gambaran diri yang konsisten.
Jika ada yang kurang tepat mari kita diskusikan, bukan hanya mencari kesalahan hanya untuk eksistensi diri semata. Salam hangat dari saya, Budayakan Membaca dan Menulis.

#Go AHead Indonesia
#Cintai Indonesia Dengan Kreatif
#Yang Penting Bagiku Adalah Dialoq
Behind The Gun: @aliahsanID


Tuesday, June 24, 2014

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DI BAWAH SOEHARTO

BAB I
“POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DI BAWAH SOEHARTO”
)*Ali Ahsan

RESENSI BUKU
PENULIS                       : Leo Suryadinata
PENERJEMAH              : Nur Iman Subono
JUDUL ASLI BUKU      : Indonesia’s foreign policy under Soeharto, aspiring to      internasional                     leadership
JUDUL INDONESIA     : Politik Luar Negeri Di Bawah Soeharto
PENERBIT                     : LP3ES
CETAKAN                     : Pertama
ISBN                               : 979-8391-72-1
ISI                                   : 250 Halaman

Pada bab I mengulas sejumlah faktor yang memengaruhi politik luar negeri indonesia, faktor yang dimaksud adalah persepsi para pemimpin indonesia atas batas-batas dan wilayah, peranan indonesia dalam dunia internasional maupun budaya politik dari indonesia sendiri. Namun dalam resensi kali ini, saya akan lebih menitikberatkan pendapat maupun kutipan kalimat yang memang menurutku baru kuketahui. Resensi ini akan nampak point per point bukan lagi berbentuk deskriptif seperti halnya yang biasa kutulis.

 Ã˜  Hampir 60% minyak mentah Indonesia di jual ke Jepang dan Indonesia juga menerima bantuan asing dalam jumlah besar dari negara Jepang
 Ã˜  Negara Islam/mayoritas penduduknya beragama islam juga berpengaruh terhadap arah sikap politik suatu negara. Karena arah kebijakanya akan proaktif daripada responsif

 Ã˜  Dalam wacana mengenai batas teritorial Indonesia, Mohammad Yamin mengatakan bahwasanya wilayah Indonesia adalah refleksi dari kerajaan Srwijaya & Majapahit yakni meliputi Hindia Belanda, Malaysia, Borneo, Timor dan Papua Nugini; akan tetapi Moh. Hatta yang pada saat itu tergabung dalam panitia kecil RUU negara baru, mengatakan bahwasanya wilayah Indonesia hanya meliputi bekas Hindia Belanda semata. Karena jikalau memasukan seperti dua kerajaan silam yakni Majapahit dan Sriwijaya kesanya Indonesia di mata negara luar adalah Imprealis, ditambah lagi apakah benar adanya wilayah Majapahit itu sampai dengan apa yang di utarakan Moh. Yamin ternyata masih di perdebatkan di kalangan akademisi, karena akademisi percaya kekuasaan Majapahit tidak keluar dari Jawa, hanya saja pengaruhnya meluas ke wilayah Hindia Belanda

 Ã˜  Mungkin ini hanya kesimpulan sementaraku, mengapa banyak jargon “Ganyang Malaysia” atau secara real hubungan Indonesia dengan Malaysia sampai saat ini cenderung naik turun. Karena dibuku ini diutarakan saat Soekarno memimpin ia bersikeras bahwasanya Indonesia selalu dikaitkan dengan setiap masalah regional. Saat  pembentukan negara Malaysia, Indonesia merasa disepelekan karena pembentukan Malaysia di umumkan tanpa menunggu hasil dari misi PBB

 Ã˜  Dalam mempelajari politik luar negeri Indonesia, ada dua faktor yang harus di perhatikan, 1) Ancaman asing, 2) Konsep Kepulauan. Contoh:
1.      Dalam ancaman asing, menurut pengamat hal pertama ditimbulkan dari dalam. Seperti dugaan RRC ikut andil dalam kudeta 1965, pemerintah menduga komunis di Indonesia bekerjasama dengan RRC. Padahal hal ini sesungguhnya adalah phobia pemerintah semata sehingga pada bulan Februari 1989 mengumumkan normalisasi dengan RRC, menurut pemimpin Indonesia, RRC selain karena komunis juga sangat agresif.

2.      Sedangkan untuk konsep kepulauan, posisi Indonesia yang memiliki 13.000 pulau lebih mewajibkan pemerintah untuk mengontrol semua pulau tersebut, Mochtar Kusuatmaja sebagai mantan Menteri Luar negeri mengatakan bahwa karena politik dan keamananlah yang membuat pemerintah Indonesia memperkenalkan “KONSEP NUSANTARA” pada desember 1957

3.      Nusantara adalah istilah yang dipakai dalam Jawa Kuno untuk merujuk negara yang berdekatan dengan Majapahit & Sriwijaya

4.      Sedangkan menurut deklarasi Desember 1957, Nusantara itu “Seluruh perairan, yang mengelilingi diantara & menyatukan negara Indonesia tanpa mempertimbangkan perpanjangan luasnya bagian integral dari wilayah Indonesia, karenanya bagian perairan dalam negeri atau nasional berada di bawah kedaulatan penuh negara Indonesia”.

5.      Konsep Nusantara adalah konsep wilayah, sementara Wawasan Nusantara adalah konsep politik yang didasarkan pada konsep wilayah. Konsep tersebut menarik pemimpin Indonesia bahwa Indonesia disatukan, tidak dipisah oleh laut. Hal ini yang menjadi jargon bahwa TANAH & AIR adalah SATU.

“Karenanya, persepsi Indonesia terhadap ancaman dan konsep Nusantara/Wawasan Nusantara adalah dua faktor yang telah mempengaruhi dan akan menentukan perilaku politik luar negeri Indonesia”

 Ã˜  Islam Abangan di sebut juga Agama Jawi / Islam Nominal / Islam Liberal

 Ã˜  Islam Santri di sebut juga Islam Shaleh / Islam Ta’at

 Ã˜  Islam Abangan berasal dari massa Pra-Islam (Hinduisme), hal ini banyak terdapat di birokrat-birokrat, pemimpin militer atau tokoh sipil ternama sehingga mereka lebih memilih Pancasila sebagai Idiologi Indonesia daripada Islam

 Ã˜  Islam Santri di Indonesia memang terhitung sedikit, mereka ini sangat aktif di sektor perekonomian dan berwatak fundamentalis, mereka ini ingin mengislamkan masyarakat Jawa dengan menghapuskan budaya-budaya Pra-Islam.
Perjuangan antara Abangan dan Santri dalam politik terwujudkan dengan perseturuan antara PANCASILA & ISLAM
 Ã˜  Pada tahun 1945, Soekarno sebagai seorang Abangan merefleksikan pemikiranya dengan bukti UUD’45 & PANCASILA yang mengakui Pluralisme. Hal ini sama saja dengan dibangunya negara ini atas dasar sekuler.

 Ã˜  Dibawah kepimimpinan Soeharto, pada tahun 1985 Pancasila disahkan sebagai satu-satunya idiologi bagi seluruh organisasi massa di Indonesia

 Ã˜  Soeharto percaya, bahwasanya seorang penguasa harus mengikuti tradisi Jawa. Karena dia sebagai pemimpin yang kuat beranggapan bahwa negara adalah Kerajaan dan orang di dalamnya adalah pelayan yang wajib menggikuti menuruti apa perintahnya.


 Ã˜  Politik luar negeri Indonesia lebih diformulasikan oleh elite daripada “massa” melalui proses demokrasi. Elite ini dipengaruhi oleh budaya politik dan pengalaman historis di saat merumuskan politik luar negeri. Latar belakang abangan dan perasaan nasionalisme yang kuat dari elite terwujudkan dalam politik luar negeri mereka. Ini dapat dilihat dalam kebijakan Indonesia terhadap Timur Tengah dan penolakan terhadap pangkalan militer asing. Penting untuk dicatat bahwa elite ini menyadari hak Indonesia sebagai pemimpin di kawasan Asia Tenggara, karena luasnya wilayah sejarah Indonesia. Tetapi kemampuan Indonesia yang terbatas telah mengahambat perilaku internasional mereka. “Faktor-faktor yang menentukan” (determinants) yang dibicarakan di atas telah bergesekan dengan politik luar negeri Indonesia sepanjang tahun dari periode revolusi hingga era Soeharto.

DARI ATAS TANDU PAK DIRMAN MEMIMPIN PERANG RAKYAT SEMESTA

“DARI ATAS TANDU PAK DIRMAN MEMIMPIN PERANG RAKYAT SEMESTA”
)*Ali Ahsan

RESENSI BUKU
PENULIS           : N.S.S TARJO
PENERBIT        : Yayasan Wiratama 45 Yogyakarta
CETAKAN         : Pertama

Dari buku yang bercover tua ini aku belajar banyak dan tahu tentang perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Dalam keadaan sakit TBC akut, Jenderal Sudirman tetap memimpin pasukan untuk mengusir Belanda dari bumi Indonesia. Dengan kondisi hanya memiliki satu paru-paru disertai dengan cuaca ekstrem, beliau dengan gesit tetap melakukan stratak gerilya di rawa-rawa maupun gunung demi menghindari kepungan Belanda dan mengkordinir tentara-tentara yang berada di kota lain.

Dalam keadaan seperti itu, beliau mengatur seluruh gerakan tentara yang dikomandoinya dengan bantuan para ajudannya. Surat-surat serta bantuan radio membuat beliau tetap faham dengan keadaan di daerah lain meski posisi beliau berada di tengah hutan bergerilya menghindari kepungan Belanda.

Semangat kemerdekaan yang didasari UUD’45 dan proklamasi di dukung perjuangan suci beliau untuk Indonesia yang merdeka seutuhnya membuatnya kuat melawan sakit untuk tetap berjuang melawan Belanda. Ya, semangat itulah yang perlu kita contoh dan ejawantahkan di kehidupan berbangsa daan bernegara sekarang ini.

Para dokter pribadi beliau yang mengkhawatirkan kondisi kesehatanya saat bergerilya telah memprediksikan kesehatan beliau takan bertahan lama, maksimal tiga bulan. Namun yang terjadi malah sebaliknya, yang ada tubuh putera pertiwi bertahan selama delapan belas bulan sebelum sang saka merah putih membalut tubuh beliau untuk di antarkan ke liang kubur pada 29 Januari 1950 di usia yang sangat muda untuk seukuran Panglima Jenderal.

Saat rangkaian pemkaman beliau, para tokoh-tokoh militer, Pemerintah, Sipil dan rakyat yang berduka atas meninggalnnya beliau dengan sangat ramai dan khidmat mengantar putera pertiwi menuju tempat istirahatnya yang terakhir.

Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Menteri Pertahanan dan mewakili pemerintah dalam pidato di pemakaman menaikan pangkat Jenderal Sudirman menjadi bintang empat sebagai bukti dan penghargaan jasa-jasa beliau untuk tanah air tercintanya.

Dalam usia 38 tahun, sang Jenderal besar telah menyumbangkan banyak prestasi untuk negerinya. Tenaga, fikiran dan nyawanya telah ia abdikan demi kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya.

Kami akan teruskan perjuanganmu Jenderal.


Wednesday, May 7, 2014

TEKNIK BERDISKUSI



TEKNIK BERDISKUSI
)*Ali Ahsan



“Satu-satunya Yang Baik Adalah Pengetahuan Dan Satu-satunya Yang Jahat Ialah Kebodohan”_Diogertis

Diskusi saya rasa takan pernah luput dari dunia mahasiswa. Diskusi biasa dilakukan oleh mahasiswa dalam membahas tugas mata kuliah, pengembangan materi ataupun resensi dari makalah atau artikel. 

Menurut kamus ilmiah, Diskusi berarti: Pembahasan Bersama Tentang Suatu Masalah; Tukar Pikiran; Bahas-Membahas Tentang Suatu Masalah. Dikusi dapat dilakukan dalam semua disiplin ilmu yang di perbicarakan.

Dari beberapa pengalaman saya, diskusi biasa kita lakukan dengan Tema yang telah disepakati di awal. Hal ini bermanfaat bagi peserta forum yang rencana akan kita undang belajar terlebih dahulu apa tema materi yang akan di diskusikan.

Dalam diskusi yang pernah saya ikuti dan adakan, saya biasa menggunakan beberapa perangkat diskusi yang penting. Pertama, silabus; berguna agar materi yang akan disampaikan sesuai dengan target dan tujuan kita. Kedua, pemateri; berguna sebagai sumber informasi diskusi. Ketiga, notulen; bertugas untuk mencatat proses berjalanya diskusi dan memaparkan hasil dari apa yang forum diskusikan. Keempat, moderator; bertugas sebagai pemimpin (ketua/penengah diskusi). Kelima, peserta forum; hal inilah yang sebenarnya komponen paling penting, kami biasa melakukan diskusi jikalau peserta forum lebih dari dua selain pemateri. Tujuanya jelas, agar proses diskusi tidak menjadi debat kusir tanpa sebuah kesimpulan berarti.

Beberapa komponen diskusi yang saya sampaikan diatas dapat di modifikasi sesuai budaya diskusi di tempat diadakanya diskusi tersebut dan kenyamanan peserta forum tanpa meninggalkan komponen penting dari diskusi itu sendiri.

Untuk diskusi dengan peserta forum yang menurut kalian secara wacana kurang mempuni. Saya sering meniadakan pemateri dan moderator, saya selalu menanyai peserta forum satu per-satu sesuai dengan silabus yang telah kita sepakati di awal. Hal ini menurutku sangat bermanfaat karena dapat melatih peserta forum yang mungkin secara mental malu untuk berbicara di depan umum menjadi sedikit demi sedikit berani untuk berbicara, dapat menambah wawasan diantara peserta forum satu dengan yang lain dan men-upgrade kekurangan maupun kelebihanya. Tentunya hal ini berjalan karena saya tidak pernah meninggalkan sub bab jejak pendapat dan studi kasus di dalam silabus yang telah kita sepakati bersama.

Sedangkan untuk diskusi dengan peserta forum yang menurut saya wacananya mempuni, saya sering mengundang pemateri yang berkompeten dalam bidangnya untuk memaparkan pemikiranya yang kemudian kita kritisi bersama. Hal ini saya lakukan dengan tujuan agar pemahaman yang sudah ada di semua peserta forum termasuk pemateri menjadi bertambah dan semakin kokoh tanpa meninggalkan komponen penting diskusi yang telah saya sampaikan diatas.

Pengalaman saya yang bermanfaat adalah sewaktu kita menhadiri atau mengadakan diskusi sebaiknya peserta forum di sarankan untuk belajar terlebih dahulu tema yang telah di sepakati bersama agar saat berjalanya diskusi peserta sudah mempunyai bekal wacana, hal ini bertujuan agar diskusi tidak satu arah.

Kendala yang biasa saya alami dalam mengikuti atau mengadakan diskusi adalah adanya peserta forum yang terlalu mengokohkan argumenya tanpa mau mendengarkan argumen bahkan saran dari peserta forum yang lain. Sesuai yang saya sampaikan di awal tadi, hal ini hanya akan berujung pada debat kusir semata.

Diskusi dilakukan dengan tujuan untuk bertukar informasi antara peserta forum satu dengan yang lain. Pertukaran wacana ini bertujuan agar pemahaman yang sudah ada antara peserta satu dan yang lain menjadi seragam. Kesalahan kita selama ini menganggap debat sama diskusi itu sama. Keterbukaan fikiran, kerendahan hati dalam menerima dan mendengarkan pendapat peserta forum yang lain perlu di tekankan, hal ini dapat melatih kita menjadi pribadi yang arif dan bijakasana dalam menanggapi suatu permasalahan. Hal inilah yang harus kita rubah. Saya harap pengalaman sederhana ini bermanfaat bagi para user.

Terakhir, jangan pernah lupa untuk mencatat apa saja yang sekiranya penting dalam proses berjalanya diskusi meskipun hal ini sudah menjadi tugas dari notulen. Perbedaan cara tafsir dan pemahaman dalam mencerna informasi membuat hasil catatan yang berbeda-berbeda. Diskusi yang memakan waktu lama terkadang membuat kita lupa dengan apa yang disampaikan diawal. Catatanlah yang akan membantu kalian dapat mengikuti alur diskusi dan faham betul apa tujuan di adakanya materi diskusi yang telah kalian sepakati di awal.

Sekali lagi, DISKUSI berbeda dengan DEBAT

Semoga catatan sederhana ini banyak memberi manfaat bagi para user. Kalau user kebetulan suka membaca buku, saya harap untuk sering mendiskusikan apa yang telah user baca agar pemahaman dari buku tak membuat user terbelenggu.

Jangan lupa pula untuk menulis. Karena menulis adalah memori kedua kita setelah otak. Tulisan ini saya persembahkan untuk kalian yang masih penasaran dengan apa manfaat dari diskusi dan yang sekarang mungkin malas berdiskusi karena yang ada hanya perdebatan semata.

Hasil dari diskusi adalah kesimpulan. Sebuah wacana akhir yang telah disepakati bersama untuk menjadi sebuah pemahaman yang kokoh dan bulat sehingga dapat membuat pribadi kita lebih konsisten. Go AHead  

Sekian beberapa pendapat dari saya semoga bermanfaat, jangan lupa untuk mempraktekanya agar pemahaman yang sudah ada makin lama makin padat dan bulat, agar tercapailah suatu gambaran diri yang konsisten.

Jika ada yang kurang tepat mari kita diskusikan, bukan hanya mencari kesalahan hanya untuk eksistensi diri semata. Salam hangat dari saya, Budayakan Membaca dan Menulis.

#Go AHead Indonesia
#Cintai Indonesia Dengan Kreatif
#Yang Penting Bagiku Adalah Dialoq
Behind The Gun: @aliahsanID