Tuesday, July 6, 2021

Jepara Masih Kota Ukir?


Sumber Foto: Istimewa

Ditengah-tengah kesibukan saya menjadi buruh, aktivitas menulis dan membaca akhir-akhir ini menjadi skala minoritas. Maklumlah, namanya juga ikut orang, kalau buka usaha sendiri mungkin waktu membaca dan menulis tidak akan sekacau sekarang ini, etsss. Tidak ada jaminan juga jika memiliki usaha sendiri lantas ekspektasi
upgrade diri semacam tadi menjadi skala prioritas. Sudahlah, kita kembali masuk track dari tulisan ini.

Apa sudah pantas, jika pemuda-pemudi Jepara, terkhusus masyarakat Jepara itu sendiri berwacana untuk memperjuangkan Jepara lewat ukir? Mengapa hal ini saya tanyakan? Karena berangkat dari observasi saya pribadi, dengan banyaknya industri garmen berekspansi ke kota ukir, masyarakat Jepara memang memiliki opsi dalam memilih pekerjaan. Akan tetapi di sisi lainya, sektor kreatif seperti relief di Jepara menjadi sektor yang bisa saya bilang, sangat serius terkena dampaknya dalam hal, mencari sumber daya manusia yang mau memilih profesi tukang ukir.

Perlu kita ketahui bersama, Jepara saya ibaratkan memasuki badai iklim usaha furniture yang ekstrim. Tempat saya lahir ini telah mengalami kesulitan stok bahan baku produksinya, dimana bahan baku ini menjadi elemen yang sangat penting untuk berjalanya usaha ukir itu sendiri, apalagi jika bukan kayu.

Setelah di hajar dengan kesulitan mencari bahan baku utama yang murah, pengusaha mebel asli Jepara di hajar lagi dengan masuknya para kompetitor-kompetitor dari Negara asing. Tentu hal ini bermula dari politik pasar bebas dunia yang mengharuskan Indonesia mau tak mau harus ikut gabung. Kalau tidak gabung bagaimana? Tentu Indonesia secara perpolitikan global akan mengalami kesulitan dalam mengekspor produknya ke luar negeri, sedangkan di dalam negeri kebanjiran produk-produk asing dan aseng, hihihi.

Impact dari masuknya modal asing ke Jepara membuat pengusaha lokal kalah dalam segala lini, kalaupun bisa bersaing hanya di irisan-irisan kecil saja. Modal asing yang masuk ini akan dapat dengan mudah membeli semua, dari pasar dan tenaga kerja. Toh, nyatanya sekarang memang seperti itu.

Pemerintah pusat beberapa kali memang menurunkan suku bunga untuk para pengusaha dalam negeri, namun hal tersebut tak pernah konsisten mengingat perpolitikan dalam negeri yang suka tak jelas sehingga membuat kebijakan di sektor ekonomi terkena imbasnya juga. Berbeda dengan para pemodal asing, mereka mendapatkan pasokan dana yang besar dari Bank negaranya dengan bunga yang lunak.

Para pemodal asing dari Jerman, Cina, Korea, Jepang dan Amerika yang merebak di Jepara mendirikan pabrik-pabrik di beberapa kecamatan dengan mudah membeli bahan baku produksi berupa kayu log untuk diolah dengan kekuatan modalnya yang besar. Mudahnya mencari bahan baku produksi, berbanding lurus dengan pabrik-pabrik asing mencari tenaga kerja karena pabrik tersebut produksinya lancar, honor mingguan pun ikut aman. Berbeda dengan pabrik-pabrik mebel yang dimiliki orang lokal, kesulitan membeli bahan baku juga berbanding lurus dengan mencari tenaga kerja.

Nah ini bagian paling seru yang ingin saya ceritakan. Modal asing juga banyak menggeser para pemain lokal yang dulunya kelas kakap. Jepara dulu dikenal orangnya yang kaya raya, tajir dengan rumah bertingkat karena banyak orang lokal yang menjadi eksportir. Naas, sekarang posisi mereka hanya menjadi pemain lini kedua, menjadi sub-eksportir di pabrik asing. Nasib para perajin yang dulunya banyak di pabrik-pabrik lokal dan pelosok kampung Bumi Kartini, kini menjadi buruh di pabrik-pabrik asing yang banyak bercokol di Jepara. Para pemasok yang dulunya menjadi juragan kecil di pelosok kampung kini menjadi mandor di pabrik. Semua telah perlahan direkrut oleh pengusaha asing.

Kini, Jepara sedang di gandrungi investor asing yang bergerak di bidang tekstil dan garmen. Lantas, apa yang terjadi di jepara sepuluh tahun kedepan. Apa masih layak kita beri predikat Jepara kota ukir, atau apakah Jepara Masih Kota Ukir?

Artikel asli pernah dimuat di situs jeparaupdate.co

 

 


Wednesday, June 16, 2021

Resensi Anak Gembala Yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman

 


Saya jarang sambang ke Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Tapi, pernah membaca dan mendengar selentingan dari kawan kalau sekitaran stasiun Tawang & Poncol, Simpang Lima dan Taman KB depan SMA 1 adalah tempat mangkalnya para Waria. Ya, buku ini mengisahkan yang terakhir itu, para PSK, Kucing dan Waria.

Novel Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman menuturkan kisah Rara Wilis dan Suko Djatmoko. Alurnya maju dan mundur, mencakup masa lebih dari tiga dekade, menembus dan mengaburkan batas antara realitas serta mimpi, bermain-main dalam kabar gaib serta penafsirannya, melompat-lompat di antara bahasan seks dan teologi, iman dan skeptisme, pelacur dan Tuhan, hikayat babi dan epos Mahabharata. Lebih dari itu, novel ini diangkat dari kisah nyata. Maka benarlah, sesungguhnya kehidupan manusia sering kali lebih ganjil dari cerita fiksi mana pun.

Lahir dari dua belas saudara, delapan laki-laki dan empat perempuan. Ia anak kelima. Memiliki panggilan Waria bernama, Mbok Wilis. Nama tersebut bukan terinspirasi dari nama Gunung Wilis atau tokoh pewayangan kesukaannya. Melainkan lahir dari kekecewaan dan patah hati. "Rasa Lara Waria Idaman Lelaki Iseng Semata", begitu panggilan yang membuatnya dikenal menjadu Ratu para Waria di Simpang Lima Semarang.

Saturday, June 5, 2021

Jungkir Balik Jagat Jawa (Mitos, Cinta & Enigma)

 

Identitas Sastra Jawa memang harus dipertanyakan ulang. Misalnya saja kita bertanya: apakah sastra Jawa harus ditulis oleh orang Jawa dengan bahasa Jawa dan berisi kejawaan? Apakah ia berupa identitas yang dikenakan secara longgar? Bisakah, misalnya, orang Australia yang menulis masalah-masalah Aborigin dengan bahasa Jawa dianggap telah menghasilkan sastra Jawa?


Ini adalah buku karangan Pak Triyanto Triwikromo yang pertama kali saya baca. Saat membacanya, setidaknya ada dua buku lain yang harus saya baca kembali, yaitu: “Asal Usul Perang Jawa, Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa & Serat Gatholoco”. Selain itu, saya juga mencatat beberapa buku yang nantinya harus saya baca juga diantaranya: “Puncak Kekuasaan Mataram Politik Ekspansi Sultan Agung, Bandit-bandit Pedesaan Jawa: Studi Historis 1850-1942, Nyali, Para Priyayi, Keluarga Jawa & Memberi Suara Pada yang Bisu”.

 Sehimpun esai ini isinya sangat ciamik sekali dan saya rekomendasikan untuk dibaca bagi siapa yang ingin mengetahui budaya jawa, sejarah kelam dan mitos-mitos yang sampai hari ini masih dipercayai masyarakat Jawa secara umum. Terdiri dari tujuh bab utama di mana setiap bab memiliki sub-nya yang berisi esai menarik dan mencerahkan.

 

Saturday, May 22, 2021

Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Lewat Mimpi

 

Cek Instagram: pedagang kampung

Kisah diawali seorang perempuan yang gagal menikah. Rencana pernikahan tersebut gagal di malam sebelum mereka menikah. Ia terluka dan sakit hati. Keluarganya sangat malu mendapatkan kabar tersebut, esoknya keluarganya sibuk menjelaskan ke para tetangga dan kolega kalau pernikahan anaknya tidak jadi.

Paling menyakitkan, perempuan yang dipilih bakal suaminya itu adalah sahabat baiknya sendiri. stres mengetahui hal tersebut, ia sempat mengiris pergelangan tangannya dengan pisau dapur, untung waktu itu ketahuan adiknya, kalau tidak, kini ia sudah tak lagi punya tangan. Karena ulahnya itu, anggota keluarganya bergantian menjaganya di dalam kamar siang dan malam, tidak lupa juga mengontrolnya agar tidak telat mengkonsumsi obat.

Pekerjaan sebagai penjaga perpustakaan di sebuah universitas harus ia tinggalkan terlebih dahulu sampai ia sembuh.

Pada waktu itu lah, mimpi-mimpi itu mulai datang. Dalam mimpinya, ia tak hanya bertemu dengan pria tampan, melainkan di mimpinya juga menjanjikannya kehidupan yang layak dan bahagia. Awalnya ia mengira kalau mimpi itu hanya reaksi dari obat yang ia minum. Satu minggu berlalu, dua minggu berlalu, tiga berlalu mimpi itu terus datang. Seperti video rekaman yang diputar berulang. Namun, ia takut mau bercerita tentang mimpinya itu ke siapa. ia takut kalau dikira sudah sembuh. Ia tak suka pujian basa-basi seperti itu mentang-mentang kondisinya sudah mulai membaik.

Beberapa kali ia memang mengingat momen saat gagal menikah. Ia menangis dan teriak-teriak yang membuat gempar dan panik seisi rumah. Setelah ia minum obat, kondisinya akan membaik lagi.

Lelaki yang ia temui dalam mimpinya itu berbadan tegap, kulitnya sawo matang. Setiap ia mimpi, lelaki itu berlari-lari di pantai Pangandaran diikuti seekor anjing kampung di belakangnya.

Ia sendiri tak paham mimpinya itu adalah sebuah pesan atau hanya mimpi biasa. Namun, ia terus menerus penasaran dan ingin bertemu dengan lelaki di pantai itu. Kondisi seperti itu, ia tak mungkin izin ke ibunya mau ke Pangandaran dengan alasan liburan, pasti ibunya dan keluarganya yang lain akan khawatir ia melakukan hal yang aneh-aneh mengingat kondisinya baru saja membaik.

Thursday, May 20, 2021

Romusa Sejarah Yang Terlupakan


 

Judul               : Sejarah yang terlupakan (1942-1945)

Penulis             : Hendri F Isnaeni & Apid

Penerbit           : Ombak, 2008

Halaman         : xi + 158 Halaman

ISBN               : 978-079-3472-88-1

Harga              : 40.000


Romusha merupakan bentuk mobilisasi tenaga kerja pada masa Pendudukan Jepang. Masyarakat pribumi dipekerjakan untuk membangun sarana prasarana militer dan menggali bahan tambang atau lubang perlindungan. Salah satu daerah yang menjadi tempat pemusatan romusha di Jawa Barat adalah Bayah di Banten Selatan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan dipekerjakan di tambang batu bara Bayah Kozan. Sistem penambangan batu bara yang dilakukan di Bayah adalah tambang tertutup. Penambangan dilakukan dengan cara membuat lubang untuk mencapai ader, yaitu pohon bijih. Kegiatan penggalian lubang tambang dan penambangan batu bara dilakukan dengan peralatan sederhana di bawah tekanan dan siksaan tentara Jepang yang menjadi pengawas romusha.

 Buku ini lahir atas kolaborasi dua penelitian. penelitian pertama dilakukan oleh Hendri F. Isnaeni pada tahun 2003-2004. Hasil penelitiannya disusun dalam bentuk karya ilmiah dengan judul Rekonstruksi Sejarah di Banten Selatan 1942-1945. Penelitian Kedua dilakukan oleh Apid pada tahun 2005 berjudul Romusha di Pertambangan Bayah Banten Selatan Tahun 1942-1945.

Tuesday, May 18, 2021

Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas


“Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati,” kata Iwan Angsa sekali waktu perihal Ajo Kawir.

Kasar. Brutal. Tidak sopan. Semau gue. Bisa dibilang keempat kata tersebut mencerminkan buku ini. Buku ini merupakan novel kedua dari tiga novel Eka Kurniawan yang sudah saya baca. Eka Kurniawan adalah seorang penulis yang menyelesaikan studinya di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Beberapa karyanya yang telah terbit, yaitu novel Cantik itu Luka dan Lelaki Harimau; kumpulan cerpen Gelak Sedih dan Cinta Tak Ada Mati; juga satu karya nonfiksi Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis.

Instagram: Pedagang Kampung

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas merupakan novel ketiganya setelah 10 tahun tidak menelurkan novel. Sampai sekarang saya masih penasaran dengan novel keduanya yang berjudul Lelaki Harimau. Saya berharap GPU mencetak kembali novel tersebut, seperti Cantik itu Luka yang telah dicetak ulang pada tahun 2004 lalu.

Ia satu dari beberapa orang yang mengetahui kemaluan Ajo Kawir tak bisa berdiri. Ia pernah melihat kemaluan itu, seperti anak burung baru menetas, meringkuk kelaparan dan kedinginan. Kadang-kadang bisa memanjang, terutama di pagi hari ketika pemiliknya terbangun dari tidur, penuh dengan air kencing, tapi tetap tak bisa berdiri. Tak bisa mengeras. (Hlm. 1)

Buku ini mengisahkan tentang ‘burung’, alias kemaluan pria yang dimiliki seorang tukang berkelahi bernama Ajo Kawir. ‘Burung’-nya tidak mau bangun dan mengeras. ‘Burung’-nya seperti orang mati suri yang terus-menerus tertidur pulas. Hal ini bermula ketika sahabatnya, Si Tokek, mengajak Ajo Kawir untuk melihat sesuatu yang menarik di rumah perempuan gila bernama Rona Merah. Tanpa disengaja Ajo Kawir dan Si Tokek melihat dua orang polisi, yaitu Si Pemilik Luka dan Si Perokok Keretek, memerkosa perempuan gila tersebut. Akibat ajakannya yang berujung pada tidurnya kemaluan Ajo Kawir, Si Tokek pun merasa bersalah.