Saturday, May 22, 2021

Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Lewat Mimpi

 

Cek Instagram: pedagang kampung

Kisah diawali seorang perempuan yang gagal menikah. Rencana pernikahan tersebut gagal di malam sebelum mereka menikah. Ia terluka dan sakit hati. Keluarganya sangat malu mendapatkan kabar tersebut, esoknya keluarganya sibuk menjelaskan ke para tetangga dan kolega kalau pernikahan anaknya tidak jadi.

Paling menyakitkan, perempuan yang dipilih bakal suaminya itu adalah sahabat baiknya sendiri. stres mengetahui hal tersebut, ia sempat mengiris pergelangan tangannya dengan pisau dapur, untung waktu itu ketahuan adiknya, kalau tidak, kini ia sudah tak lagi punya tangan. Karena ulahnya itu, anggota keluarganya bergantian menjaganya di dalam kamar siang dan malam, tidak lupa juga mengontrolnya agar tidak telat mengkonsumsi obat.

Pekerjaan sebagai penjaga perpustakaan di sebuah universitas harus ia tinggalkan terlebih dahulu sampai ia sembuh.

Pada waktu itu lah, mimpi-mimpi itu mulai datang. Dalam mimpinya, ia tak hanya bertemu dengan pria tampan, melainkan di mimpinya juga menjanjikannya kehidupan yang layak dan bahagia. Awalnya ia mengira kalau mimpi itu hanya reaksi dari obat yang ia minum. Satu minggu berlalu, dua minggu berlalu, tiga berlalu mimpi itu terus datang. Seperti video rekaman yang diputar berulang. Namun, ia takut mau bercerita tentang mimpinya itu ke siapa. ia takut kalau dikira sudah sembuh. Ia tak suka pujian basa-basi seperti itu mentang-mentang kondisinya sudah mulai membaik.

Beberapa kali ia memang mengingat momen saat gagal menikah. Ia menangis dan teriak-teriak yang membuat gempar dan panik seisi rumah. Setelah ia minum obat, kondisinya akan membaik lagi.

Lelaki yang ia temui dalam mimpinya itu berbadan tegap, kulitnya sawo matang. Setiap ia mimpi, lelaki itu berlari-lari di pantai Pangandaran diikuti seekor anjing kampung di belakangnya.

Ia sendiri tak paham mimpinya itu adalah sebuah pesan atau hanya mimpi biasa. Namun, ia terus menerus penasaran dan ingin bertemu dengan lelaki di pantai itu. Kondisi seperti itu, ia tak mungkin izin ke ibunya mau ke Pangandaran dengan alasan liburan, pasti ibunya dan keluarganya yang lain akan khawatir ia melakukan hal yang aneh-aneh mengingat kondisinya baru saja membaik.

Malam hari saat keluarganya lengah, ia keluar melalui jendela kamarnya. Ia mencegat taksi di gerbang perumahan nya lantas melaju ke terminal kampung rambutan. Tujuannya satu, menuju Pangandaran dan bertemu lelaki di mimpinya.

Baca juga: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Setelah datang, ia menginap di hotel dekat pantai. Sore nya, ia menuju pantai, duduk-duduk sembari mengamati lelaki berkulit sawo matang berdada bidang dan berlari-lari diikuti anjing kampung miliknya. Sore itu ia tak menemukan lelaki yang ada mimpinya. Hari kedua ia datang lebih pagi, bermodalkan makanan ringan yang ia beli di Toserba dekat hotel ia mengamati lelaki yang menjanjikannya cinta dan hidup bahagia. ia gagal lagi. Hari ketiga gagal lagi , begitu terus. Ia semakin stres, terlebih saat ingat pernikahannya gagal.

Saat mau menjelang subuh, ia nekat menceburkan dirinya ke laut. Tuhan belum mengizinkannya mati, tubuhnya tersangkut di jaring nelayan. Saat ia diangkat ke daratan, dirinya menjadi bahan tontonan orang-orang. Ia hanya linglung atas apa yang terjadi pada dirinya. Akhirnya ada perempuan tua bernama Sayuri menyelamatkannya. Sosok perempuan yang dihormati dan disegani di pesisir pantai Pangandaran. 

Baca juga: Refleksi Selama Meresensi Buku di Tahun 2020

Beberapa hari di rumah Sayuri, ia mengunci mulutnya. Ia tak mau bercerita asal muasal mengapa bisa sampai terjerat di jaring nelayan.

Sosok keibuan dan pengalaman bertemu dengan orang dengan banyak masalah membuat Sayuri paham apa yang harus ia lakukan. akhirnya ia mau bercerita ke Sayuri. Ia datang ke Pangandaran karena suatu mimpi.

Sayuri tertawa terbahak-bahak memperlihatkan gigi ompongnya. Ia menganggap kalian berdua “Orang Sinting”.

Baca juga: Corat-Coret di Toilet

Sayuri bilang “Kita” karena ia mempunyai cucu bernama Rana. Rana memiliki kekasih, malam menjelang pernikahannya, si gadis pergi dengan lelaki lain. Rana cucunya itu sangat putus asa dan pernah hendak menceburkan dirinya ke laut. Kemudian pada suatu hari, Rana menemui Sayuri, bilang kalau ia bermimpi. dalam mimpinya itu, ia bertemu dengan perempuan dari Jakarta yang sentiasa mencintainya dan hidup bahagia berdua dengan dirinya.

“Kalian berdua ini memang tolong. Ia pergi ke Jakarta seminggu yang lalu”. ucap Sayuri.

***

Kuakui Eka Kurniawan bukan penulis cerpen biasa-biasa saja. Tema-tema yang diambil, pilihan sikap, dan ideologi yang hendak disampaikan (mungkin krn dia alumni filsafat) kepada pembaca. Dan yang paling menonjol adalah selera humor Eka Kurniawan yang tidak bisa disepelekan. Sepertinya kita diajak untuk menertawakan kehidupan yang sudah semrawut dengan adegan-adegan konyol tokoh rekaan Eka. Kemudian dalam humor itu ada satire untuk mengkritik politik atau sebagainya.

Baca juga: Lelaki Harimau

Saya benar-benar puas membaca kumpulan cerpen ini. Rasanya kelima belas cerpen dalam buku ini tidak memiliki cacat sedikitpun (agak lebay, karena disampaikan penggemar Eka Kurniawan). Ada beberapa alasan yang sangat terasa dalam cerpen ini.

Pertama, Eka mengungkapkan tema-tema simpel keseharian yang boleh jadi dianggap orang tidak menarik untuk diungkap dalam sebuah cerpen. Misalnya, bagaimana mungkin seorang bisa mengungkapkan perasaan sebuah batu yang hendak membalas dendam karena dipakai seorang lelaki bejat membunuh kekasihnya. Baca Cerita Batu.

Kedua, saya merasakan ada gaya-gaya penulis kelas dunia, kanon-kanon sastra besar, seperti Gabriel Marques misalnya. Dari mana? Coba cek bagaimana Eka Kurniawan mengakhiri cerita, selalu berhenti beberapa meter setelah titik yang biasanya dipakai penulis lain berhenti dan ending. Dalam cerpen pembuka Gerimis yang Sederhana, bila penulis lain mungkin akan berhenti ketika diungkapkan bahwa cincin kawinnya ikut terbawa receh yang diberikan pengemis. Tapi tidak, Eka memberikan aftertaste lain yaitu mengungkapkan bahwa banyak laki-laki yang sengaja menyembunyikan cincin kawin saat bertemu gadis lain. Jadi ada permainan setelah puncak klimaks.

Baca juga: Cantik Itu Luka

Ketiga yang sangat jelas adalah selera humor. Entah sengaja atau tidak, Eka sengaja memberi kesan humor itu penting dalam cerpen-cerpennya. Tanpa adegan hahahahaha atau pemaksaan untuk pembaca tertawa karena dieksplisitkan, Eka membuat pembacanya tertawa terbahak-bahak. Misalnya cerpen dengan judul terpanjang Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, Gerimis Sederhana, Penafsir Kebahagiaan, atau Membuat Seekor Gajah Bahagia. Humor yang ditulis Eka lebih serupa dengan humor cerdas ala stand up comedy. Bukan humor paksaan, tapi humor ironi yang tenang dan membuat tertawa keras. Misalnya dalam Membuat Seekor Gajah Bahagia, (cerpen ini mengingatkan kita pada tebak-tebakkan sederhana, bagaimana cara memasukkan gajah ke dalam kulkas? Jawabannya, kulkas dibuka gajah dimasukkan). Gajah ingin masuk kulkas karena suasana sangat terik. Maka ada anak-anak yang hendak memasukkan gajah ke dalam kulkas. Tapi ironisnya tidak muat, dan gajah dipotong-potong. Lalu apa jadinya? Ya hanya potongan tubuh gajahlah yang merasakan kebahagiaan. "Membuatnya senang kupikir hal yang lebih penting daripada apapun. Percuma hidup jika tidak senang (hal.50)

Baca juga: Cinta Lama

Humor ironi serupa tampak di cerpen Kapten Bebek Hijau. Humor lain yang harus disampaikan adalah pada Cerita Batu Si Batu yang ditakdirkan tidak pernah bisa berenang, meluncur deras ke dasar sungai.

Keempat Eka tidak lupa menyampaikan pandangannya terhadap ideologi-politik, meski kadarnya tidak sekencang pada Corat-coret di Toilet tapi tetap terasa. Misalnya pada cerpen Kematian Ketiga Marsilam atau Pengantar Tidur Panjang. Meski di beberapa cerpen juga sering disampaikan secara implisit bagaimana Eka memandang politik di negeri ini.

Selebihnya, saya merasa humor yang disajikan Eka justru mengajak kita untuk santai saja memandang kesemrawutan persoalan dunia dan negeri ini. Mungkin, kalau persoalan itu tidak bisa membuat kita tertawa. Mari kita tertawakan mereka, mungkin demikian ajakan Eka Kurniawan.

 Baca juga: Lelaki Malang, Kenapa Lagi?

 

No comments:

Post a Comment