Wednesday, November 27, 2019

Identifikasi Penyakit Sejak Dini, Pentingkah?


Identifikasi Penyakit Sejak Dini, Pentingkah?


Saya adalah tipikal orang yang menyukai makanan dan minuman manis, terlebih jika cuaca sedang panas dan ditawari untuk meneguk es buah atau es teh. Meski hanya minum es buah, tapi kandungan manis yang ada didalamnya berasal dari gula dan susu kental manis (Belakangan kita ketahui merk dagang tersebut bukanlah susu, melainkan gula).

Kebiasaan saya mengkonsumsi makanan minuman yang manis sering di reweli istri, tiap kali ketahuan dia selalu marah agar saya dapat mengurangi manis (Gula). Berbicara kebelakang, sebelum menikah, saya sudah katakan kepada isti jika keluarga besar saya memiliki riwayat diabetes dan stroke. Waktu itu saya juga terang-terangan ke istri kemungkinan saat tua nanti, saya akan mati dalam keadaan stroke atau diabetes. Praktis saat itu istri saya hanya cemberut dan bilang jangan sampai itu terjadi padaku, kami menganggap identifikasi penyakit sejak dini penting karena menyangkut kehidupan berumah tangga. Selain identifikasi penyakit, sebelum menikah kami harus sudah selesai membahas akan menetap di mana, sistem manajemen uang dapur dan rumah tangga, memiliki anak berapa, sekolah dimana, termasuk saling kroscek isi saldo rekening dan memiliki hutang berapa dan ke siapa saja. (Bagi yang berencana menikah, trik seperti di atas bisa kalian coba).

Oke fokus lagi ke topik pembahasan.

Istri tahu kalau saya adalah tipikal orang yang tidak suka melakukan sesuatu tanpa konsep dan tujuan yang jelas (Asal intruksi). And then, kita berdua adu konsep dan terpilihlah tes darah sebagai langkah pertama.

                   Baca tulisan saya yang lain dengan judul Surat terbuka Untuk Jamaah Maiyah Baru

Sebagai langkah pencegahan (Saya menyukai menyebut ini langkah ikhtiar) kami sepakat untuk tes kesehatan, anjuran untuk puasa minimal 10 jam sebelum tes darah tidak saya indahkan, lagi-lagi karena hal tersebut saya harus terima di reweli istri haha.

Singkat cerita, hasil tes darah keluar dan dokter memanggil kita berdua untuk memasuki sesi konseling. Tentu saya tidak akan menulis mendetail, tapi tulisan ini berangkat atas dasar pentingnya identifikasi penyakit sejak dini, bukan pamer atau sejenisnya. Hehe

Saya memiliki kekentalan darah yang kurang baik, tapi masih dalam takaran normal. Dokter memberikan saran dan langkah apa saja yang harus saya lakukan, termasuk nasihat untuk istri saya agar mengkontrol makanan yang saya konsumsi. Dalam sesi konseling, saya membayangkan tidak akan bisa menikmati lagi nikmatnya gorengan pinggir jalan seperti tahu isi, bakwan, lumpia atau pindang goreng bahkan mie instan sekalipun.

Sehat itu sumbernya dari pola pikir kita, benarkah demikian?

Kelar sesi konseling, kita berdua memilih ngemper sembari menikmati segarnya es kelapa muda. Saya dan istri fokus membahas langkah demi langkah agar saya bisa memutus penyakit turunan keluarga. Meski tidak bisa dibilang penyakit turunan, stroke dan diabet juga dapat terpicu dari pola hidup yang tidak sehat dan ancaman itu bisa menyerang siapa saja.

‌Langkah pertama, saya memang wajib mengurangi manis (Gula), hal ini saya sudah saya lakukan sebelum saya menikah. Riwayat keluarga besar saya yg menjadikan saya inisiatif mengurangi konsumsi gula.

             Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Adik Saya dan Berhala Kesuksesan Sosial

Kedua, ‌Gorengan (Minyak Goreng), sangat sulit bagi saya untuk tidak makan yg tidak digoreng, terlebih saya adalah maniak gorengan seperti tahu isi dan bakwan. Tapi karena demi kesehatan, perlahan saya mulai mengurangi konsumsi makanan yang digoreng.

Ketiga, ‌Garam, heloooo. Hari gini tidak makan asin, ya apa caranya brayy. Yaps, garam adalah salah satu pemicu darah tinggi, dan lagi-lagi itu adalah hal yang wajib saya kurangi. Terlepas bagaimana caranya, nanti saya akan tulis lebih detail.

Aslinya lebih banyak yg harus saya tulis, tapi ketiga hal di atas saya rasa sudah cukup mewakili trend hidup sehat yg saya terapkan.

Selesai pembahasan mengenai makanan apa yg harus saya kontrol betul, saya dan istri fokus ke teknis dan terpilihlah beberapa metode yang hari ini saya lakukan.

‌Mengurangi Nasi, sejak kecil saya makan nasi, dan sekarang ada peraturan yg harus saya patuhi bahwa nasi adalah biang keladi dari diabet. Dalam 24 jam, saya hanya diperbolehkan makan nasi sekali dan tidak lebih dari 200 gram. Awalnya memang berat, tapi saya tidak boleh sambat mengingat istri saya saja bisa empat tahun tidak makan nasi, masa saya gak bisa. Tapi saya oke saja, bahkan tidak ada masalah dalam menjalaninya. Pertanyannya adalah bagaimana jika saya merasa lapar lagi padahal sudah makan nasi? Pilihannya jatuh pada tahan rasa lapar atau makan snack yg tidak terlalu manis atau asin.

‌Konsumsi infuse water dan kurangi gula. Tentu akan sangat panjang dan lebar jika saya menulis alasan memilih mengkonsumsi infuse water, tapi secara sederhananya saja ya. Tubuh kita hanya butuh manis (Glukosa), dan bisa bersumber dari mana saja; salah satunya dari buah. Alhasil saya memilih tetap minum dengan rasa manis dari buah yg saya jadikan infuse water tersebut. Butuh contoh? Coba kawan-kawan minum manis yang basic pemanisnya bersumber dari gula pasir, bisa saya pastikan kawan-kawan akan tetap merasa haus dan ingin minum manis lagi, salah satu cara agar tidak merasa haus lagi adalah dengan minum air mineral tanpa gula. Cukup paham ya?

‌Sarapan. Saya membagi fase ini dalam dua sesi. Dari jam 5 pagi - 11 siang, tubuh hanya boleh kemasukan buah dan air mineral (Tidak manis). Hal ini berangkat dari banyak literatur ilmiah dan metode diet yg saya dan istri sepakati untuk kita berdua terapkan. Terus bagaimana kalau tidak ada buah? Ya cukup air mineral saja (Sekalian pengiritan) hehe. Selepas jam 11 siang - 5 sore, saya baru mengkonsumsi makanan dan minuman berat. Perlu pembaca ketahui juga, metode setiap orang berbeda-beda, dan kita berdua menganggap metode ini sangat layak untuk kita terapkan. Terlepas ada ketidakcocokan dengan teori atau prakteknya, saya persilahkan para pembaca untuk membuat tandingan tulisan yang nantinya akan saya bantu posting di sosial media saya.

           Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Phone Sex Vidio Call Sex dan Sex Sungguhan
Tidak minum es. Saya memiliki ritme hanya boleh mengkonsumsi minuman dingin dalam seminggu tidak lebih dari empat kali. Metode ini saya dapatkan dari Bapak saya yangg mantan atlit bulu tangkis. Saya pernah bertanya bagaimana caranya mendapatkan bentuk tubuh ideal dan memiliki energi yg cukup, jawaban Bapak saya tentu banyak, selain olahraga dan konsumsi makanan yg baik, salah satunya adalah jangan banyak minum air dingin meskipun air dingin mineral biasa (Air Putih).

Di atas adalah teknik yg saya lakukan dalam keseharian demi menjaga kesehatan, dalam prosesnya; banyak metode diet yg saya lakukan juga. Salah satunya puasa dan OCD. 

Untuk puasa, saya berusaha senin kamis ditambah hari lahir saya berpuasa. Selain mengharap pahala, metode puasa seminggu tiga kali itu berbuah pada kesehatan dan kejernihan pikiran selama beraktifitas. Bagi para lelaku puasa, tentu akan sangat setuju menjadikan puasa sebagai jalan paling ampuh menempuh rasa sabar, pola pikir dan rasa prihatin. Lama berjalan, lagi-lagi saya dihajar dengan konsistensi. Benar saja, puasa seminggu tiga kali kadang jebol di tengah-tengah jalan lantaran pekerjaan di bidang F&B yg terkadang menuntut makan dan minum hahaha. 

Semakin kesini, akhirnya saya memilih puasa ala Mbah Nun. Tentu metode yang saya terapkan masih jauh berbeda dengan apa yang Mbah Nun lakukan. Secara sederhananya bisa saya simpulkan jika saya harus makan saat benar-benar lapar dan berhenti di saat merasa kenyang. Persis apa yang Nabi Muhammad anjurkan kepada kita semua. Dengan tetap menjalani laku makan yang saya tuliskan di atas, allhamdulillah hasil yang saya dapatkan mulai tampak.

Bagi pembaca, tulisan ini memang subjektif sekali. Tapi jika pembaca mau mencoba mengtadaburi apa yg saya tulis. Makna dari makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang adalah inti dari tulisan ini. Lapar menjadikan saya lebih fokus, lapar menjadikan saya lebih waspada dan sabar.

                                Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Membela Introvert 

Lapar itu sehat, yang tidak boleh adalah kekenyangan.
Kenyang itu baik, yang tidak baik adalah kekenyangan; karena dia membuat kita lengah dan kehilangan fokus.

Sekian terimakasih.
Makan apa kita hari ini?





No comments:

Post a Comment