Identifikasi Penyakit Sejak Dini, Pentingkah?
Saya adalah tipikal orang yang
menyukai makanan dan minuman manis, terlebih jika cuaca sedang panas dan
ditawari untuk meneguk es buah atau es teh. Meski hanya minum es buah, tapi
kandungan manis yang ada didalamnya berasal dari gula dan susu kental manis (Belakangan
kita ketahui merk dagang tersebut bukanlah susu, melainkan gula).
Kebiasaan saya mengkonsumsi makanan
minuman yang manis sering di reweli istri, tiap kali ketahuan dia selalu marah
agar saya dapat mengurangi manis (Gula). Berbicara kebelakang, sebelum menikah,
saya sudah katakan kepada isti jika keluarga besar saya memiliki riwayat
diabetes dan stroke. Waktu itu saya juga terang-terangan ke istri kemungkinan
saat tua nanti, saya akan mati dalam keadaan stroke atau diabetes. Praktis saat
itu istri saya hanya cemberut dan bilang jangan sampai itu terjadi padaku, kami
menganggap identifikasi penyakit sejak dini penting karena menyangkut kehidupan
berumah tangga. Selain identifikasi penyakit, sebelum menikah kami harus sudah
selesai membahas akan menetap di mana, sistem manajemen uang dapur dan rumah
tangga, memiliki anak berapa, sekolah dimana, termasuk saling kroscek isi saldo
rekening dan memiliki hutang berapa dan ke siapa saja. (Bagi yang berencana
menikah, trik seperti di atas bisa kalian coba).
Oke fokus lagi ke topik pembahasan.
Istri tahu kalau saya adalah tipikal
orang yang tidak suka melakukan sesuatu tanpa konsep dan tujuan yang jelas
(Asal intruksi). And then, kita berdua adu konsep dan terpilihlah tes darah
sebagai langkah pertama.
Sebagai langkah pencegahan (Saya
menyukai menyebut ini langkah ikhtiar) kami sepakat untuk tes kesehatan,
anjuran untuk puasa minimal 10 jam sebelum tes darah tidak saya indahkan,
lagi-lagi karena hal tersebut saya harus terima di reweli istri haha.
Singkat cerita, hasil tes darah
keluar dan dokter memanggil kita berdua untuk memasuki sesi konseling. Tentu
saya tidak akan menulis mendetail, tapi tulisan ini berangkat atas dasar
pentingnya identifikasi penyakit sejak dini, bukan pamer atau sejenisnya. Hehe
Saya memiliki kekentalan darah yang
kurang baik, tapi masih dalam takaran normal. Dokter memberikan saran dan
langkah apa saja yang harus saya lakukan, termasuk nasihat untuk istri saya
agar mengkontrol makanan yang saya konsumsi. Dalam sesi konseling, saya membayangkan
tidak akan bisa menikmati lagi nikmatnya gorengan pinggir jalan seperti tahu
isi, bakwan, lumpia atau pindang goreng bahkan mie instan sekalipun.
Sehat itu sumbernya dari pola pikir kita, benarkah demikian? |
Kelar sesi konseling, kita berdua memilih ngemper sembari menikmati segarnya es kelapa muda. Saya dan istri fokus membahas langkah demi langkah agar saya bisa memutus penyakit turunan keluarga. Meski tidak bisa dibilang penyakit turunan, stroke dan diabet juga dapat terpicu dari pola hidup yang tidak sehat dan ancaman itu bisa menyerang siapa saja.
Langkah pertama, saya memang wajib
mengurangi manis (Gula), hal ini saya sudah saya lakukan sebelum saya menikah.
Riwayat keluarga besar saya yg menjadikan saya inisiatif mengurangi konsumsi
gula.
Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Adik Saya dan Berhala Kesuksesan Sosial
Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Adik Saya dan Berhala Kesuksesan Sosial
Kedua, Gorengan (Minyak Goreng),
sangat sulit bagi saya untuk tidak makan yg tidak digoreng, terlebih saya
adalah maniak gorengan seperti tahu isi dan bakwan. Tapi karena demi kesehatan,
perlahan saya mulai mengurangi konsumsi makanan yang digoreng.
Ketiga, Garam, heloooo. Hari gini
tidak makan asin, ya apa caranya brayy. Yaps, garam adalah salah satu pemicu
darah tinggi, dan lagi-lagi itu adalah hal yang wajib saya kurangi. Terlepas
bagaimana caranya, nanti saya akan tulis lebih detail.
Aslinya lebih banyak yg harus saya
tulis, tapi ketiga hal di atas saya rasa sudah cukup mewakili trend hidup sehat
yg saya terapkan.
Selesai pembahasan mengenai makanan
apa yg harus saya kontrol betul, saya dan istri fokus ke teknis dan terpilihlah
beberapa metode yang hari ini saya lakukan.
Mengurangi Nasi, sejak kecil saya
makan nasi, dan sekarang ada peraturan yg harus saya patuhi bahwa nasi adalah
biang keladi dari diabet. Dalam 24 jam, saya hanya diperbolehkan makan nasi
sekali dan tidak lebih dari 200 gram. Awalnya memang berat, tapi saya tidak
boleh sambat mengingat istri saya saja bisa empat tahun tidak makan nasi, masa
saya gak bisa. Tapi saya oke saja, bahkan tidak ada masalah dalam menjalaninya.
Pertanyannya adalah bagaimana jika saya merasa lapar lagi padahal sudah makan
nasi? Pilihannya jatuh pada tahan rasa lapar atau makan snack yg tidak terlalu
manis atau asin.
Konsumsi infuse water dan kurangi
gula. Tentu akan sangat panjang dan lebar jika saya menulis alasan memilih
mengkonsumsi infuse water, tapi secara sederhananya saja ya. Tubuh kita hanya
butuh manis (Glukosa), dan bisa bersumber dari mana saja; salah satunya dari
buah. Alhasil saya memilih tetap minum dengan rasa manis dari buah yg saya
jadikan infuse water tersebut. Butuh contoh? Coba kawan-kawan minum manis yang
basic pemanisnya bersumber dari gula pasir, bisa saya pastikan kawan-kawan akan
tetap merasa haus dan ingin minum manis lagi, salah satu cara agar tidak merasa
haus lagi adalah dengan minum air mineral tanpa gula. Cukup paham ya?
Sarapan. Saya membagi fase ini
dalam dua sesi. Dari jam 5 pagi - 11 siang, tubuh hanya boleh kemasukan buah
dan air mineral (Tidak manis). Hal ini berangkat dari banyak literatur ilmiah
dan metode diet yg saya dan istri sepakati untuk kita berdua terapkan. Terus
bagaimana kalau tidak ada buah? Ya cukup air mineral saja (Sekalian pengiritan)
hehe. Selepas jam 11 siang - 5 sore, saya baru mengkonsumsi makanan dan minuman
berat. Perlu pembaca ketahui juga, metode setiap orang berbeda-beda, dan kita
berdua menganggap metode ini sangat layak untuk kita terapkan. Terlepas ada
ketidakcocokan dengan teori atau prakteknya, saya persilahkan para pembaca
untuk membuat tandingan tulisan yang nantinya akan saya bantu posting di sosial
media saya.
Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Phone Sex Vidio Call Sex dan Sex Sungguhan
Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Phone Sex Vidio Call Sex dan Sex Sungguhan
Tidak minum es. Saya memiliki ritme
hanya boleh mengkonsumsi minuman dingin dalam seminggu tidak lebih dari empat
kali. Metode ini saya dapatkan dari Bapak saya yangg mantan atlit bulu tangkis.
Saya pernah bertanya bagaimana caranya mendapatkan bentuk tubuh ideal dan
memiliki energi yg cukup, jawaban Bapak saya tentu banyak, selain olahraga dan
konsumsi makanan yg baik, salah satunya adalah jangan banyak minum air dingin
meskipun air dingin mineral biasa (Air Putih).
Di atas adalah teknik yg saya
lakukan dalam keseharian demi menjaga kesehatan, dalam prosesnya; banyak metode
diet yg saya lakukan juga. Salah satunya puasa dan OCD.
Untuk puasa, saya berusaha senin
kamis ditambah hari lahir saya berpuasa. Selain mengharap pahala, metode puasa
seminggu tiga kali itu berbuah pada kesehatan dan kejernihan pikiran selama
beraktifitas. Bagi para lelaku puasa, tentu akan sangat setuju menjadikan puasa
sebagai jalan paling ampuh menempuh rasa sabar, pola pikir dan rasa prihatin.
Lama berjalan, lagi-lagi saya dihajar dengan konsistensi. Benar saja, puasa
seminggu tiga kali kadang jebol di tengah-tengah jalan lantaran pekerjaan di
bidang F&B yg terkadang menuntut makan dan minum hahaha.
Semakin kesini, akhirnya saya
memilih puasa ala Mbah Nun. Tentu metode yang saya terapkan masih jauh berbeda
dengan apa yang Mbah Nun lakukan. Secara sederhananya bisa saya simpulkan jika
saya harus makan saat benar-benar lapar dan berhenti di saat merasa kenyang.
Persis apa yang Nabi Muhammad anjurkan kepada kita semua. Dengan tetap
menjalani laku makan yang saya tuliskan di atas, allhamdulillah hasil yang saya
dapatkan mulai tampak.
Bagi pembaca, tulisan ini memang
subjektif sekali. Tapi jika pembaca mau mencoba mengtadaburi apa yg saya tulis.
Makna dari makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang adalah inti
dari tulisan ini. Lapar menjadikan saya lebih fokus, lapar menjadikan saya
lebih waspada dan sabar.
Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Membela Introvert
Baca Tulisan Saya Yang Lain Dengan Judul: Membela Introvert
Lapar itu sehat, yang tidak boleh
adalah kekenyangan.
Kenyang itu baik, yang tidak baik
adalah kekenyangan; karena dia membuat kita lengah dan kehilangan fokus.
Sekian terimakasih.
Makan apa kita hari ini?
No comments:
Post a Comment