"Pertikaian Suami Istri di Era Cyber"
Sebelum kalian baca sampai tandas, mohon maaf jika ada yang tersinggung. Jujur memang tulisan ini saya tulis terinspirasi dari status facebook kawan-kawan saya. Kadang bikin ngakak, ngelus dada dan njungkel. Hahaha
Mari kita mulai
"Wadoh paketanku entek, padahal lagi ditumbaske papa, pesti aku mengko di pisoi. Tapi gpp wes, mengko tak cipok ae" Bunyi status facebook kawan SD saya yang sempat saya baca.
"Bojone uwong dibilang cantik...bojone dewe boro-boro cantik. Ngomong sayang orak tau..hehe" Bunyi status facebook kawan saya yang lain.
Lanjut lagi kawan saya yang sama menulis di status facebooknya, "Aku ancen ngene, ameh kuwe orak seneng karo aku yo rapopo cuek sih aku..penting yo aku nerimo anakmu opo anane nyatane bertahan sampek saiki" Begitu tulisnya. Baca Tulisan Saya Yang Lain Adik Saya dan Berhala Kesuksesan Sosial
Berbeda lagi dengan kawan saya yang lain, "Gembar gembor rak kesel tah pie bendino ger esok gembar gembor. Masamu ra kesel po piye momong anakmu" Dari statusnya, saya mengira pasti sedang ada masalah dengan suaminya.
Petikan status yang saya tulis di atas bersumber dari facebook, mereka kawan saya semua dan tidak perlu saya perkuat bukti status tersebut dengan capture dll. Peristiwa semacam itu sering saya temukan dalam kehidupan sehari-hari, entah lewat facebook pun status WhatsApp.
Hubungan suami istri sifatnya sangat dinamis. Coraknya dapat dibilang fluktuatif, sangat cepat berubah suasananya. Pasangan suami istri yang pagi hari tampak bahagia dan fine saja, sore harinya dapat berubah menjadi perang yang sangat panas karena dipicu suatu peristiwa. Tapi, situasi ini dapat berkebalikan. Saat suami istri dalam kondisi konflik dan ketegangan yang luar biasa, bisa sangat cepat berubah situasinya setelah menemukan titik romantis yang menyatukan batin mereka berdua. Hubungan suami istri ibarat gelang karet, jika ditarik dalam ketegangan tertentu, bisa putus, namun dapat kembali kebentuk seperti semula. Baca Tulisan Saya Yang Lain Ejakulasi Kesabaran
Tentu tulisan saya ini tidak bermaksud menggurui para pembaca, terlebih bagi para pembaca yang sudah menjalani mahligai rumah tangga lebih dari 10 Tahun. Eitsssss, ada apa dengan 10 Tahun? Beberapa orang yang pernah saya tanya, hubungan rumah tangga akan mulai klik atau aman dari gempuran setelah masuk pada fase pernikahan minimal 10 tahun, benar tidaknya, hampir semua yang saya tanya mengamini hal tersebut, dan tulisan ini berangkat dari status kawan-kawan saya yang rumah tangganya belum mencapai umur sepuluh tahun.
Oke lanjut.
Idealnya memang pasangan suami istri kudu saling memahami, terlebih karena hubungan yang cenderung fluktuatif. Jika terjadi konflik, salah satu harus sabar sabar dan sabar...hahaha...paling penting adalah jika sedang marah-marah jangan cepat-cepat menceritakan kepada orang lain, siapa tahu situasinya cepat membaik.
Sadar atau tidak, kita ini (termasuk saya) sedang terjangkit penyakit ketergantungan dan kecanduan pada teknologi komunikasi. Kita masuk pada era dimana fitur komunikasi berkembang dengan sangat cepat, semua pasangan suami istri dapat dengan mudah curhat kepada siapapun lewat gawai yang mereka miliki. Gawai telah mengubah pola interaksi kita sebagai manusia, baik dalam kehidupan bersosial pun suami istri. Bahkan saking dekat dan kecanduannya kita dengan gawai, apa yang kita pikir dan rasakan langsung bisa kita tulis lewat paltform seperti facebook dan WhatsApp. Baca Tulisan Saya Yang Lain Kabinet Kadal, Nama Yang Cocok Untuk Kabinet Jokowi Kedepan
Terus kudu piye?
Idealnya sih suami istri harus tahu mana sosial media yang fungsi komunikasinya bersifat rahasia antara dua orang dan umum. Karena pada prinsipnya problematika hidup rumah tangga tidak patut untuk disebar secara terbuka. Begitu pun dengan banyak cerita ke saudara,mertua, tetangga atau teman perihal pertikaian kita dengan pasangan. Hal ini sedikit banyak akan membuat orang lain menilai hubungan kita dengan pasangan tidak akur. Padahal kita lupa, hubungan suami istri bak karet gelang, sifatnya elastis yang terkadang tegang dan lentur. Jadi kecelakaan berpikir bagi orang lain yang mengecap hubungan kita dengan pasangan selalu penuh pertengkaran padahal kita sudah haha hihi dengan pasangan.
Kita juga kudu sadar jika apa yang kita tulis di sosial media akan selalu tersimpan dan mudah sekali tersebar alias viral. Contohnya saja tulisan ini yang terinspirasi dari curhatan kawan-kawan saya, kalau mereka tidak membuat status semacam itu, mana mungkin saya dapat judul seperti di atas.
(Lagi), Suami istri yang tengah mengalami pertikaian idealnya memang harus menyimpan baik-baik masalahnya dan bersikap dewasa dalam mencari solusi. Jika sedikit-sedikit mengumbar di sosial media, yang ada bukan mencari penyelesaian pertikaian melainkan malah mensosialisasikan pertikaiannya. Baca Tulisan Saya Yang Lain Apa Yang Salah Hanya Dengan Membaca Ringkasan Buku?
Jika yang kalian share ke sosial media hanya pertengkaran kalian dengan pasangan. Mengapa saat kalian merasakan nikmatnya bersetubuh dengan pasangan tidak kalian share juga ke sosial media !!!
Gimana? Adil bukan.
No comments:
Post a Comment