Thursday, September 5, 2019

Benny Wenda Terlibat Rusuh di Papua


Benny Wenda Terlibat Rusuh di Papua, Wiranto: Masuk ke Indonesia, Kita Tangkap

Jakarta - Pemerintah memastikan tak akan tinggal diam terkait dugaan keterlibatan tokoh separatis Papua benny Wenda dalam memicu kerusuhan di Papua. Dia mengatakan pemerintah akan melakukan berbagai langkah agar bisa menangkap Benny.

Papua Itu Kita

"Ini kan bagian dari satu kondisi nyata yang kita hadapi. Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain juga ada pihak-pihak tertentu yang suka ngerecokin. dan karena mereka bukan warga negara Indonesia dan juga sudah ada perlindungan suaka dari negara lain. Prosesnya kan nggak sesederhana itu. Kalau masuk ke Indonesia ya saya tangkap, kita tangkap. Tapi tentunya ini butuh suatu kegiatan diplomasi ya, ada hukum-hukum internasional yang kita lakukan. Tapi kita tidak diam ya," kata Menko Polhukam Wiranto saat menjawab pertanyaan wartawan tentang bisa tidaknya Benny dihukum dalam konferensi pers di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019).

Dia mengatakan pemerintah juga melakukan sejumlah antisipasi terkait provokasi yang dilakukan Benny dan jaringannya. Dia mengatakan pemerintah akan memberikan pertahanan yang kuat agar masyarakat tak terpengaruh provokasi Benny dan jaringannya soal Papua.

"Seperti yang saya bilang kemarin, kegiatannya kan provokasi, provokasi, provokasi. Pada saat di dalam negeri sini kita teguh untuk menyampaikan realita yang ada. Provokasinya nggak mempan, kan begitu. Namun tentunya kita harus bersama-sama memberikan barier, memberikan pertahanan yang kuat agar tidak terpengaruh provokasi itu," ujarnya.

Sumber berita detik
Ditulis ulang oleh Ali Ahsan Al Haris

KECAMAN TERHADAP KEPUTUSAN ZALIM REKTOR IAIN KENDARI YANG TELAH MENGELUARKAN PEMBERHENTIAN (DROP OUT) KEPADA MAHASISWA AKTIVIS ISLAM


KECAMAN TERHADAP KEPUTUSAN ZALIM REKTOR IAIN KENDARI YANG TELAH MENGELUARKAN PEMBERHENTIAN (DROP OUT) KEPADA MAHASISWA AKTIVIS ISLAM

PERNYATAAN HUKUM LEMBAGA BANTUAN HUKUM PEMBELA ISLAM TERPERCAYA-UMAT
(LBH PELITA UMAT) Nomor. 14/LBH-PU/P/VIII/2019 TENTANG:

*KECAMAN TERHADAP KEPUTUSAN ZALIM REKTOR IAIN KENDARI YANG TELAH MENGELUARKAN PEMBERHENTIAN (DROP OUT) KEPADA MAHASISWA AKTIVIS ISLAM*

Pada tanggal 27 Agustus 2019, klien kami Hikma Sanggala menerima 2 (dua) surat sekaligus yaitu surat dari Dewan Kehormatan Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa mengeluarkan Nomor : 003/DK/VIII/2019 tentang Usulan Penjatuhan Terhadap Pelanggaran Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa IAIN Kendari. Dan surat Keputusan Rektor IAIN Kendari Nomor 0653 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Dengan Tidak Hormat Sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kendari.

Diantara yang menjadi dasar pemberhentian tersebut yaitu diantaranya adalah “Berafiliasi dengan aliran sesat dan faham radikalisme yang bertentangan dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kebangsaan dan terbukti sebagai anggota, pengurus dan/atau kader organisasi terlarang oleh Pemerintah”.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, kami selaku kuasa hukum berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 025/LBH/PU/SULTRA/VIII/2019 akan memberikan pernyataan hukum sebagai berikut;

Pertama, Bahwa berdasarkan keterangan, klien kami adalah mahasiswa berprestasi dengan nilai 3.60, 3.91, 3.74, 3.74, 3.70, 3.67, 3.67, 2.68 dan bahkan pernah mendapatkan Piagam Sertipikat Penghargaan Sebagai Mahasiswa Dengan IPK Terbaik se-fakultas. Dan saat ini sedang menyusun skripsi tetapi kemudian malah mendapat surat DO;

Kedua, bahwa alasan atau dasar dikeluarkan nya SK tersebut dapat dikategorikan sebagai tuduhan dan fitnah serius “Berafiliasi dengan aliran sesat dan faham radikalisme yang bertentangan dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kebangsaan”. Atas dasar apa tuduhan dan fitnah “Berafiliasi dengan aliran sesat dan faham radikal” tersebut ditujukan kepada klien kami? Tuduhan dan fitnah ini patut dibuktikan oleh pihak yang melakukan tuduhan dan fitnah tersebut. Sementara terkait ‘radikalisme’ hingga saat ini tidak ada satupun keputusan Pemerintah, Putusan Pengadilan, dan norma Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang defenisi ‘radikalisme’ dan/atau memasukan ‘radikalisme’ sebagai sebuah kejahatan. Kemudian atas dasar apa Pimpinan Kampus IAIN Kendari menjatuhkan sanksi berat kepada mahasiswa sementara tidak ada satupun keputusan Pemerintah, Putusan Pengadilan, dan norma Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang defenisi ‘radikalisme’;

Ketiga, tuduhan “Terbukti sebagai anggota, pengurus dan/atau kader organisasi terlarang oleh Pemerintah”. Lagi, kami mempertanyakan atas dasar apa terhadap tuduhan dan fitnah tersebut. Apabila yang dimaksud adalah bahwa klien kami mengaji kepada eks organisasi Dakwah HTI, apakah hal tersebut salah?

a. Terkait organisasi dakwah HTI; bahwa tidak ada satupun keputusan Pemerintah, Putusan Pengadilan, dan norma Peraturan Perundang-undangan lainnya yang menyatakan organisasi dakwah HTI sebagai ormas terlarang. Organisasi dakwah HTI hanyalah dicabut status Badan Hukum Perkumpulan (BHP) saja.

b. Terkait mendakwahkan ajaran Islam, yaitu Khilafah. bahwa ajaran Islam Khilafah tidak pernah dinyatakan sebagai paham terlarang baik dalam surat keputusan tata usaha negara, putusan pengadilan, peraturan perundang-undangan atau produk hukum lainnya sebagaimana larangan tegas terhadap paham komunisme, marxisme/leninisme dan atheisme, yang merupakan ajaran PKI melalui TAP MPRS NO. XXV/1966. Artinya, sebagai ajaran Islam Khilafah tetap sah dan legal untuk didakwahkan ditengah-tengah umat. Mendakwahkan ajaran Islam Khilafah termasuk menjalankan ibadah berdasarkan keyakinan agama Islam, dimana hal ini dijamin konstitusi. bahwa Islam adalah agama yang diakui dan konstitusi memberikan jaminan untuk menjalankan ibadah sesuai agamanya berdasarkan Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Oleh karena itu siapapun yang menyudutkan ajaran Islam, termasuk Khilafah maka dapat dikategorikan tindak pidana penistaan agama;

Keempat, Bahwa kedepan dihimbau kepada seluruh jawatan struktur dan kelembagaan kampus agar tidak gegabah mengambil kebijakan yang represif terhadap insan sivitas akademika, selain dapat memicu perpecahan dan keterbelahan tindakan ini juga dapat berkonsekuensi secara hukum baik pidana maupun perdata.  Kepada insan kampus dan para pendidik, diharapkan berani menyuarakan kebenaran dalam meruhanikan ilmu, bahu membahu untuk saling memberi dukungan dan pembelaan, agar apa yang dialami Hikma Sanggala tidak menimpa insan kampus lainnya.

Demikian pernyataan disampaikan,

Kendari, 31 Agustus 2019

LBH PELITA UMAT

Ahmad Khozinudin, S.H.
Ketua

Chandra Purna Irawan, S.H. M.H.
Sekjen


SENJA






SENJA


Halaman belakang SMA Nagari dikelilingi belasan pohon mangga yang akan berbuah pada masanya. Berbagai macam mangga menggambarkan keanekaragaman di negara kita. Salah satu pohon tertua disana, pohon mangga madu, ditanam bibitnya oleh Direktur SMA Nagari, Pak Harun yang merupakan Ayah Galang, sebelas tahun yang lalu. Di halaman belakang ini jarang dimanfaatkan oleh murid-murid sehingga rumput liar tumbuh dengan subur disana.

Di pinggiran halaman terdapat kursi panjang yang kini di atasnya terbaring dua orang siswa masih lengkap dengan seragam putih abu-abunya. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore tapi mereka masih setia menetap di sekolah berteman dengan sapu lidi dan pengki.



Galang selesai dari tugasnya membuang sampah ke bak sampah besar di pojok selatan halaman. Dia berjalan ke arah kedua temannya yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Semenjak kejadian berdarah di gedung olahraga bulan lalu, Galang selalu turut andil mengerjakan hukumannya sendiri maupun hukuman teman-temannya sepenuh hati. Membuat hubungannya dengan Vano beranjak baik.
Drrrtttt. Galang melepas sarung tangannya kemudian merogoh sakunya untuk mengambil ponsel di saku celananya. “Halo??” Suara lemah seorang wanita terdengar dari seberang. Ekspresi yang awalnya biasa saja, hanya sedikit kelelahan, beranjak panik.
“Kau dimana??”
“…”
“Baiklah, aku kesana”

Nino hanya melirik Galang yang tampak tergesa-gesa, sementara Vano masih tidur di depannya. Dia pasti juga kelelahan dengan persiapannya mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS dan lagi-lagi menjalani hukuman yang kadang bukan karena ulahnya.

Setelah terlelap sekitar dua puluh menit, Vano membuka matanya, ia menggeliatkan tubuhnya. Hal pertama yang ia lihat adalah Nino si pria tampan populer yang sibuk dengan smartphone di tangannya. Sudah tentu sibuk bermain game yang sedang viral sekarang. “Kemana yang lainnya?” Menyadari tersisa dua per lima saja teman-temannya. “Ricky dan Arga membeli minuman, kalau Galang-” Dia menggantung kalimatnya, karena dia sendiri juga belum sempat bertanya kemana pria itu pergi, “sepertinya dia terburu-buru, dia pergi setelah menerima telepon.” Vano menganggukkan kepalanya setuju kemudian kembali memicingkan matanya.

Sementara di halaman depan baru tiba dari minimarket di depan sekolahnya, Ricky dan Arga membawa dua kantung kresek putih berisi minuman dingin dan beberapa makanan ringan. Kantin sekolahnya sudah tutup sejak jam empat, saat jam pulang sekolah. “Aku akan memukul mereka jika sampah yang tinggal sedikit tadi masih belum beres juga,” Ucap Ricky sambil menghisap es krim rasa melon di tangannya. Urutan yang paling banyak bekerja saat menjalankan hukuman adalah Arga, Vano, Ricky, Nino, terakhir Galang.

“Kupikir kau akan memukul mereka-“ Arga menyeruput minuman isotonik berbotol biru, “aku yakin mereka sedang bermalas-malasan sekarang.” Cibir Arga dan benar saja mereka tak akan bekerja tanpa Arga atau Vano yang meneriakinya. Sedangkan Vano sudah sangat kelelahan.
Sampai di lorong yang menghubungkan kelas X dan XI, Arga melihat Galang berlari dengan tergesa-gesa menaiki tangga milik gedung selatan, gedung dimana kelas mereka bernaung. Gedung selatan juga satu-satunya gedung yang memiliki atap tanpa genteng alias atapnya hanya campuran semen dan batu yang dapat diinjak. “Itu kan-” Arga melambatkan langkahnya, ia memastikan lalu melihat ke atas gedung atau tepatnya di atap. Terdapat seorang gadis berambut sebahu dengan seragam abu-abu dan sweater merah muda.

“Ada apa??” Ricky yang sudah cukup jauh di depannya, sebelum Ricky kembali padanya dan semakin penasaran, Arga segera menuju kepada Ricky, “Kau kenapa sih??” Ricky mengerutkan dahinya.
“Kau duluan kesana,” Arga menyerahkan kantung plastik berisi minuman yang ia bawa, “Aku sudah tidak tahan, aku harus ke toilet,” Ucapnya panik sambil memingkupkan kakinya untuk mempernyata sandiwaranya. Semoga Ricky yang tidak peka itu tidak menyadari bahwa ia menutupi sesuatu. Ricky mengangguk, “Baiklah, jangan lama-lama, kau bisa tidak kebagian makanannya,” Ricky akhirnya beranjak mendahuluinya.

Bukannya Arga ingin menyembunyikan hal yang bahkan ia belum tahu apa, namun memastikannya sendiri lebih dulu dapat meminimalisir bersitegang antara teman-temannya nanti. Dia sangat khawatir terjadi perang saudara antara teman-temannya lagi.

Dia berjalan menuju gedung selatan. Gadis itu, dia tahu itu Stella. Gadis yang dikejar Vano sejak awal kelas X tapi mereka semua juga tahu, gadis itu menyukai Galang. Gadis yang berasal dari keluarga miskin itu namun berwajah cantik menyukai seorang pangeran Nagari yang bahkan ditakuti para guru. Bak si pungguk yang merindukan sang bulan. Sejak tahu kebenaran ini dua bulan lalu, pertemanan mereka benar-benar rapuh, mudah bertengkar dan berkelahi.

“Ada apa, Stel??” Tanyanya canggung. Sejak tahu gadis di depannya ini menyukainya, ia belum pernah bicara berdua saja seperti ini. Ini pertama kalinya. Selain tak ada yang harus dibicarakan, Vano-lah alasan Galang menghindari Stella. Dia sadar persahabatannya lebih berharga dari sedikit perasaannya untuk Stella.
Stella berbalik, menampilkan senyum, rambut hitamnya tertiup angin senja kala itu. Dia belum mengatakan apapun tapi seolah Galang mampu membaca mata sedih dan kesepian milik Stella. Sudah jadi rahasia umum di SMA Nagari bahwa gadis yang menjadi kembang Nagari itu mengalami banyak kesulitan disini. Dia banyak disukai murid laki-laki sehingga banyak yang menggodanya, namun lebih banyak juga murid perempuan yang membencinya hingga sering melakukan tindakan bullying. Dia tidak punya banyak teman karena keadaan ekonominya dan peringkatnya yang biasa saja.

“A-aku-“ Stella menatapnya nanar, “aku telah kehilangan semuanya, Galang,” satu tetes air mata menetes dari pelupuk matanya, “tidak ada seorangpun yang menginginkanku di dunia ini..” Stella semakin terisak hingga badannya terhuyung ke tanah. Galang ragu haruskah ia menenangkannya, ia tak pernah terlibat dalam adegan drama semacam ini dengan perempuan. Drama dalam hidupnya hanya tentang pertarungan sesama pria.

Di halaman belakang, Vano minum sebotol cola sekali teguk, lalu bersendawa yang bagi Ricky menjijikkan. “Kau tidak akan berhasil menjadi Ketua OSIS, aku yakin-” Ricky menepuk bahu Vano sekalian mengejeknya. “Mereka tidak akan mau punya ketua kunyuk sepertimu, jadi menyerah saja, oke??” Ricky ganti mengusap-usap kepala Vano. Padahal jelas-jelas Vano lebih tua beberapa bulan darinya.
“Kau mau mati??” Hanya dengan tatapan tajam Vano saja cukup membungkam mulut ceriwis Ricky.
“Ngomong-ngomong kemana Galang?? Apa dia kabur lagi seperti biasanya??” Ricky mengalihkan pembicaraan namun cemas-cemas mengucapkan pertanyaannya, takut Vano akan terprovokasi. Vano mengendikkan bahunya.
Nino yang masih sibuk dengan gadget-nya sambil makan keripik kentang rasa barbeque menjawab, “Sepertinya tidak, tadi dia buru-buru pergi, lagipula tasnya masih disini,” ucapnya sambil menunjuk tas mereka yang ditaruh sembarangan di bawah pohon.
“Arga juga kenapa lama sekali sihh, nanti dia pasti menghajarku kalau aku menghabiskan makanannya, dasar..” Gerutu Ricky sendirian, “No, coba kau telfon Arga, aku akan telfon Galang..” Nino hanya meresponnya dengan anggukan, lalu melaksanakannya. Karena dia yang termuda, semua titah teman-temannya selalu ia laksanakan. Nino memang pribadi penurut, namun ada kalanya ketika ia terkekang, ia akan berontak.

Selang beberapa saat mereka menghubungi, Galang tiba dengan tersengal-sengal. Eskpresinya ia coba netralkan sebaik mungkin. “Kau darimana??” Tanya Ricky dengan tampang ingin tahunya. Seperti biasa.
“A-aku d-dari-“ Sebelum Galang sempat menjawab, Arga tiba dengan senyumnya yang selalu merekah, dia memang terkenal selalu ceria seperti Ricky. “Maafkan aku lama ya..”
“Hei kunyuk!! Kau pergi ke toilet rumahmu ya?? Atau ke toilet gedung timur?? Atau jangan-jangan kau lupa cara pipis di toilet??” Cerca Ricky. Untungnya kedatangan tiba-tiba Arga membuat Galang tidak perlu menerangkan darimana dia pergi, bertemu siapa, dan melakukan apa.
“Ada masalah dengan perutku, lagipula ini juga kan gara-gara kau menyuruhku banyak makan..”
“Siapa suruh badanmu kurus kering begitu?? Ini makan!!” Ricky menyodorkan sebungkus roti isi. Arga ikut duduk di samping Ricky, menyusul Galang yang sudah duduk lebih dulu. Dia memandangi Galang dari sisi samping wajahnya, ia tertawa dan bergurau bersama seperti biasanya. Bahkan dengan Vano, hubungan mereka benar-benar sudah akrab kembali. Setiap orang memiliki rahasia yang tidak selalu bisa dikatakan.
Mereka berlima menyelesaikan hukuman terakhir sebelum ujian kenaikan kelas. Bisa dikatakan terakhir, karena tidak mungkin kan mereka melakukan kebodohan saat ujian, tapi tak ada yang tak mungkin bagi para pembuat onar ini. Setidaknya hukuman pasti diberikan setelah tahun ajaran baru, atau saat liburan. Tetap datang ke sekolah saat liburan demi menjalankan hukuman, sudah bukan hal asing.
Berjalan serentak ke arah tempat parkir motor, mereka seperti segerombol preman dengan seragam murid sekolah menengah atas. Lelucon demi lelucon yang lucu maupun tidak saling mereka lontarkan. Peringkat paling bisa membuat tawa menggelegar adalah Ricky, Arga, Nino, Galang lalu Vano.
“Teman kecilku akan pindah ke sekolah kita semester depan, tapi ingat jangan ada yang mengusiknya,” Ricky dengan wajah seriusnya sedangkan keempat temannya terkikik geli. Ricky yang mereka kenal tak pernah peduli urusan perempuan.
“Ya.. ya.. cinta pertamamu itu kan?? Kami sudah sering mendengar omong kosongmu itu..” Cibir Vano sambil merangkul bahu Ricky.
“Omong kosong?? Hahh dengar ya kau, ya terutama kau, kau yang paling mudah menyukai gadis diantara kita, jangan coba mengganggunya!!“ Vano tertegun, tapi ucapannya ada benarnya, “lagipula dia bukan cinta pertamaku, aku tidak menyukainya, aku bersahabat dengannya..” Sebenarnya mereka percaya dengan Ricky. Ricky walaupun sering dengan mudahnya bilang suka pada perempuan tapi sesungguhnya dia yang paling sulit jatuh cinta dan terlihat jauh secara hati dari gadis.
“Tenang, tidak mungkin Vano menyukainya, dia kan hanya suka pada satu gadis..” Tiba-tiba semua diam karena ucapan frontal Arga. Stella, jelas gadis itu yang Arga maksud. Mereka semua juga tahu akan hal itu. Namun atmosfer jadi memburuk karena juga ada Galang disana. “Hahahahahha-” Tawa Ricky bergema sambil sesekali memukul lengan Arga, “kau bercanda?? Ahahhaha.. atau kau mau mati?? Hahhahah kau sudah bosan hidup??” Ricky dan Arga memang yang selalu berbuat konyol diantara mereka.
“T-tidak m-maksudku itu karena Vano orang yang setia..” Bela Arga tapi terlihat sandiwaranya. Arga memang tak pandai berbohong. “Kalian benar-benar memuakkan!” Kesal Vano lalu berjalan mendahului mereka.

Nino yang bergidik dengan Vano, berjalan mengekorinya, “Aku setuju, kenapa kita berteman dengan pecundang seperti mereka..” Cibir Nino.
“Hei kunyuk, kami bisa mendengarmu..” Teriak Ricky lalu mengejar pria yang sangat pendiam bahkan jarang sekali mendengar suaranya diantara perbincangan mereka. Dia hanya akan bicara disaat tertentu, untuk melumerkan suasana, atau membela teman-temannya.
“AAAAAAAAAAAAAA…!!!”
Teriakan histeris seorang wanita dari dalam sekolah. Keadaannya mereka sudah berada di area halaman depan yang sudah dekat dengan tempat parkir motor. Kelima siswa itu saling menatap, saling bertanya lewat tatapan sebelum akhirnya bersama berlari ke dalam. “Ada apa ya???” Tanya Ricky sambil mereka sama-sama menelisik dimana sumber suara nyaring yang menempatkan mereka di sana sekarang. Kelimanya tampak resah, terutama Arga, ketakutannya berkaitan dengan Stella, dia gadis terakhir yang ia lihat berkeliaran di sekolah di senja ini. Khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu.
Mereka menyusuri setiap sudut sekolah. Bodohnya mereka tidak menyebar, mereka bergerombol ke setiap tempat setia mengekori Vano, sungguh pertemanan yang erat. Vano, sebagai pemimpin jalan, orang yang ada di paling depan menghentikan langkahnya karena merasa ada suara aneh di sekitar mereka. Tentu saja empat orang lain mengikutinya.
Matahari sudah terbenam membuat keadaan SMA Nagari gelap, lampu-lampu belum dinyalakan. Sudah pasti mereka menggerutuinya, “Sial, kenapa lampunya tidak dinyalakan!!” Benar kan gerutu Galang yang merupakan putra direktur sekolah terdengar. Ricky merangkul leher Galang, “Inilah gunanya anak direktur menjadi murid di sini, kau harus menceritakan ketidakprofesionalan ini pada Pak Direktur, oke?” Ricky menepuk bahunya, Galang hanya memandangnya sinis.
Sampailah mereka di lorong kelas X dan XI, disanalah biasanya jalan yang sering menemukan kelas X dan XI pada saat jam istirahat. Galang reflek melihat ke atas gedung selatan yang kelihatan cukup jelas dari situ, mengingat kejadian beberapa jam lalu, “Ekh.. ada apa itu???” Nino yang pertama menyadari ada keganjilan di sekitar gedung selatan karena seorang tukang kebun sekolah dan satpam berlari ke bagian belakang gedung itu. Sentak mereka turut berlari kesana, mungkin disana mereka mendapat jawaban.
Sesampainya disana, mereka tercekat, ada dua orang pria paruh baya, yakni yang dilihat berlari kesana oleh Nino barusan, serta seorang wanita terduduk lemas di tanah. Dia yang berteriak histeris tadi, keadaannya tak stabil sepertinya dia hampir tak sadarkan diri, kemudian dibopong oleh tukang kebun. Tak terlalu jelas siapa wanita itu karena keadaan langit yang semakin gelap. Sementara pak satpam menuju ke arah lain, tempat yang dari posisi wanita tadi duduk tepat di depannya.
“Pak ini kenapa?” Tanya Vano langsung saat tukang kebun hampir melewati mereka, ternyata wanita itu adalah istri dari penjaga sekolah SMA Nagari. Wanita itu menggantikan tugas suaminya untuk mengunci setiap ruangan kelas dan akan berkeliling untuk menekan saklar lampu. Jadi ini alasan lampu-lampu masih mati.
“Kalian sedang apa masih di sini??” Tanya bapak itu, wajahnya panik, sementara wanita direngkuhannya mulai membuka matanya. “Gadis itu-“ Lirih wanita yang biasa dipanggil Bu Fatma. Dia menyebutkan seorang gadis, Vano dibuat mengerutkan dahi, “g-gadis i-itu” Ibu itu mulai menangis, Vano dapat merasakan ketakutan tapi juga kesedihan dari ibu ini, dia seperti syok usai melihat sesuatu. Bapak yang membopongnya mencoba menenangkannya, “gadis itu meninggal!” wanita paruh baya itu tercekat, dia kembali tersedu-sedu kemudian tak sadarkan diri.
Sementara Vano berbicara dengan tukang kebun, yang lainnya yang penasaran dengan yang dilihat pak satpam mengikuti mereka. “Pak Yud, ada apa sih??” Tanya Ricky diantara keheningan serta langit gelap gulita karena lampu tak kunjung menyala. Tak ada jawaban. Pak Yudi -nama satpam- menundukkan tubuhnya diantara semak-semak.
Arga yang paling cepat mencapai tempat di dekat Pak Yudi, menyelidik apa yang sedang diperhatikan Pak Yudi. Seketika seluruh penerangan sekolah menyala. Badannya membeku, ia membekap mulutnya sendiri dengan tangannya. Benarkah hal yang ada di depannya sekarang? “Tidak mungkin..” Desisnya. Ricky hadir di sampingnya, “Ada ap-” Tenggorokannya seperti tercekik sama dengan Arga. Tubuh mereka gemetaran, diikuti Nino dan Galang. Vano tiba paling akhir dan segera memastikan keterangan yang dikatakan wanita yang seusia dengan ibunya tadi. “Tidak mungkin, tidak mungkin, ini tidak benar kan???!!!” Vano yang paling terkejut diantara mereka. Air mata bahkan tak terbendung melihat gadis yang ia kasihi meninggal dengan cara seperti ini, Nino memeluknya untuk menenangkannya.
Galang yang daritadi masih diam mematung, mulai menggerakkan kakinya, ia beranjak dari sana. Tak ia sangka perbincangannya senja tadi dengan gadis itu adalah yang pertama sejak dua bulan lalu dan terakhir. Arga melirik sahabatnya yang tiba-tiba pergi disaat memilukan seperti ini. Dia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa gadis dengan sweater merah muda itu menerjunkan dirinya dari ketinggian sekitar 20 meter? Mengapa harus sekarang disaat mereka semua ada disana dan menjadi saksi kejadian mengerikan ini?
“Ketika senja yang indah, ketika matahari mulai digantikan dengan sinar bulan, dia harus mengakhiri hidupnya dan memberikan persoalan baru bagi kami, pertemanan kami, dan sekolah kami. Saat senja aku mendengar semuanya, kenapa aku harus mendengarnya? Aku bahkan tak bisa mengubah apapun setelah mendengar kebenarannya. Aku tak bisa menjaganya lalu membiarkannya pergi dengan cara seperti ini.”
TAMAT


Wednesday, July 10, 2019

Please, Jadilah Pelanggan Yang Baik


Please, Jadilah Pelanggan Yang Baik

Setiap pekerjaan memiliki resiko masing-masing, entah yang di handle barang mati ataupun hidup. Saya kira itu adalah pernyataan yang cukup obyektif, dan tentu tulisan ini akan sedikit menyinggung sedikit banyak bagaimana lucunya menghadapi para pelanggan-pelanggan di sektor jasa. Untuk pertama, tentu saya akan membuat pernyataan khusus bagi para pembaca.
Jadilah pelanggan yang baik saat datang ke ook, coffee, restoran, hotel dan tempat lainya. Tolong jangan membuat pelayan sebal dengan kedatangan anda, ini serius dan saya ingin anda membacanya dengan seksama.

Saya akan membuat daftar sederhana, berangkat dari pengalaman saya pribadi dan beberapa kawan seprofesi saya. hal ini tentu berlaku bagi anda jika berposisi sebagai pengunjung maupun pemilik atau pelayan di sektor jasa.

Please, Jadilah Pelanggan Yang Baik

     1.       Tampak Keren, Aslinya Sok Keren
Beberapa kali saya mengamati pelanggan di sebuah coffee yang gayanya sok sibuk banget, sumpah. Datang dengan pakaian yang sangat rapi, mengenakan sepatu pantofel, kemeja panjang dan celana kain, plus rambut yang dilumuri jeli ataupun make up yang membuat wajah glowing banget. Gaya penampilanya ini sudah menunjukan kepada semua orang kalau dia adalah orang yang penting dan sibuk.

Untuk kasus yang ini, saya pernah menemui beberapa pelanggan yang datang saat coffee mulai operasional. Saya taksir orang ini habis keluar dari kantor, tapi jam segini mau ketemu siapa? Apa hanya sekedar sarapan atau minum kopi? Tapi kok lama sekali mereka duduk di coffee, bahkan jam makan siang saja mereka masih santai menikmati kopi yang sudah tandas.

     2.       Tukang Komplain dan Tidak Pernah Puas
Wahhhhhhh ini nih yang paling sering saya temukan, pelanggan seperti ini pasti selalu ada di belahan dunia manapun, tak terkecuali belahan pantat. Dimatanya semua serba salah dan ribet, dari mulai napkin, cutleries, table cloth dll. Semua serba salah di mata pelanggan ini, memang cocoknya pelanggan seperti model begini di jadikan umpan singa aja ya.

     3.       Ahli kuliner (Berlagak)
Saya pernah menemui orang semacam ini, dan pengalaman saya respodensi dengan orang-orang yang saya anggap ahli dalam bidang kuliner dapat saya simpulkan jika, seseorang yang sudah ahli dalam bidangnya tak terkecuali apapun akan lebih memilih diam saat merasakan hasil masakan orang lain. Karena ini saya mencontohkan sebuah restoran, tentu sekelas head chef akan memilih diam dan menghormati hasil food testingnya. Bukan malah mengkritisi seperti dia seorang chef professional saja.

     4.       Ketua kelompok
Tipe pelanggan seperti ini biasa datang berkelompok saat datang makan, mengesankan dialah ketuanya. Bahkan tidak jarang membentak pelayan saat meminta pesanan.
Gobloknya lagi, orang yang sok jadi ketua kelompok ini seolah olah tahu selera makan para teman-temanya, bahkan ada unsur paksaan untuk teman-temanya memilih menu yang ketua kelompok ini usulkan.

     5.       Super medit
Orang-orang ini biasanya hanya bermodal gengsi. Mau makan di restoran tapi memilih makanan dan minuman yang paling murah bahkan kalau ada pilihan menu gratis, mereka akan memilihnya. Dari mulai bertanya diskon, tong infuse water yang habis, nasi putih dan menu makanan murah jadi pilihannya.

Tak jarang, mereka juga melayangkan keluhan dengan harapan agar dibebaskan dari tagihan atau diberikan diskon. Orang seperti ini biasa datang berkelompok, tidak mungkin sendirian.

     6.       Hai Cok, Pelayan Bukanlah Budak
Asal kalian tahu saja ya, bukan karena kami menyiapkan makanan yang kamu pesan, bukan berarti juga derajat kami sebagai seorang pelayan lebih rendah. Kon iku yo sadaro talah, Cok. Satu-satunya hal membedakan hanyalah pekerjaan kalian dengan kita. Saya menang harus bilang seperti ini karena terkadang banyak orang yang melupakan hal tersebut dan memperlakukan waiter/s semena-mena. Misalnya saja membentak hingga berkata kasar saat pesanan tak sesuai. Padahal, seringkali kesalahan tak hanya datang dari pelayan. Namun, sebagai garda depan mereka harus meanggung risikonya.

     7.       Sisa makanan yang berantakan
Mengangkat piring dan gelas kotor memang salah satu tugas waiter/s, tapi ada baiknya kita sebagai pelanggan juga menjaga sikap. Minimal menghabiskan makanan yang ada di piring atau menata peralatan usai makan. Kalau orang cerdas ya selesai makan akan menumpuk piring kotornya pada satu tempat.

Banyak pelanggan yang saya temui membuat jengkel dengan menyisakan banyak makanan di piring, bermain dengan makanan seperti memasukkan sisa daging atau kentang dan nasi ke gelas mocktail, serta makan berceceran di kursi dan lantai. Lho kon iki mangan opo smackdown toh.

     8.       Membuat waiter/s bolak balik
Hal sederhana yang bisa sangat melelahkan adalah saat pelanggan tidak memesan menu dalam satu waktu. Tak jarang pelanggan yang datang berkelompok berkali-kali merevisi pesanan saat menu sudah diinput. 

Padahal seorang waiter/s harus berhubungan dengan banyak lini. Mulai dari pelanggan lain, kasir, Bar dan Kitchen. Momen paling menjengkelkan adalah saat pelanggan tiba-tiba meminta cancel pesananya sedangkan produk sudah di buat oleh barista atau cook, hal ini yang kadang menjadikan suasa kitchen makin panas, sepanas pantat Teflon yang siap chef lemparkan ke waiter/s karena produk yang dia buat tidak jadi keluar. Maka jangan heran jika kalian memiliki kawan yang bekerja di restoran, terlebih jika kawan kalian ini berada di lini pelayanan seperti waiter/s, kasir, Barista dan Cook. Orang-orang seperti ini emosinya suka labil, suka gak jelas suasana hatinya.

Bekerja adalam bidang jasa seperti restoran bukanlah sesuatu yang mudah, orang-orang seperti ini di tuntut bekerja secara cepat dan efektif, bekerja secara multifungsi, dan harus berdiri dalam waktu yang lama. Terkadang hal yang membuat mereka lelah bukan hanya sekedar kelelahan fisik, melainkan tekanan ketika menghadapi pelanggan. Apalagi jika dalam satu shift menemukan pelanggan yang reseh dan suasana kitchen yang tegang. Jadi, tolonglah untuk menjadi pelanggan yang baik. Kalian perlu tahu juga, sepengalaman saya menjadi buruh dibidang hospitality, saya menemukan kesimpulan jika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat ke Baperanya. Kalian boleh tertawa, tapi itulah kenyataanya. Budaya pendidikan kita menjadikan titel seseorang tidak semakin rendah hati, melainkan menjadikan seseorang jumawa dan tidak bisa menempatkan diri.

Hidup Buruh !!!
Jangan Lupa Ngopi, Cok.

Argumentasi Separuh Abad


Argumentasi Separuh Abad

Saya pernah membaca cerita pendek yang sangat menyebalkan, tentu yang saya maksut bukan penulisnya melainkan tokoh yang penulis ceritakan. Plot ceritanya membuatku kagum, jarang sekali saya membaca cerita pendek yang karakakternya sangat kuat, terlebih cerpen tersebut datang dari penulis muda yang usianya jauh dibawahku. Saya lupa cerpen itu berjudul apa, cuman rangkuman ceritanya berkisah tentang pengalaman pribadinya yang berkali-kali menjadi korban PHP konsumenya. Karena penulis piawai dalam menggambarkan karakter konsumenya yang menyebalkan, fikiran bawah sadar saya sampai bisa membayangkan jika wajah si konsumen ini juga menyebalkan. Padahal penulis sendiri belum pernah bertemu dengan konsumen yang ia ceritakan dalam cerpen yang dia tulis.

Seberapa Sering Kamu Berdebat ?

Tulisan saya ini tidak akan membahas tentang konsumen, atau review saya tentang cerpen penulis yang saya maksut diatas, melainkan saya akan membagi pengalaman saya menghadapi konsumen saya yang sangat menjengkelkan dari muka sampai kata-katanya.

Sebagai seorang buruh yang kerja pada bidang hospitality, tentu sedikit banyak saya bertemu dengan client. Cobaan yang saya hadapi selain dihadapkan dengan kelakuan sesama buruh, juga menjengkelkanya client yang suka ngomong sak karepe udele dewe. Kata pepatah, banyak kepala banyak ide. Banyak ide banyak argumen, hal itu sudah menjadi santapan saya setiap hari. Hanya karena kita tidak setuju dengan pendapat orang lain, kita tidak perlu membuat hal tersebut menjadi suasana yang panas. Dalam kondisi saling adu argumen saya berusaha tetap waspada dan fokus menghindari percakapan, wacana atau argumen yang nantinya membuat suasana semakin tidak terkontrol.

Dalam suasana perdebatan yang tidak tahu ujungnya, saya sering bertanya pada diri sendiri apakah argumen yang saya lakukan ini masih dalam topik pembahasan yang saya perjuangkan. Jika perdebatan sudah berfikir antara menang dan kalah, yang ada hanya menyinggung ke isu pribadi dan prestasi kerja tanpa melihat kebaikan dari argumen yang lawan bicara kita utarakan.  Terkadang saya memilih untuk  tenang, menahan betul rasa frustasi saya, rasa sakit dan marah kepada lawan bicara. Tentu alasan tersebut demi hasil dari argumen yang saya bawa tanpa harus mematikan pemikiran orang lain.

Jika saya masih merasa sangat kesal, saya berusaha bersikap tenang dan menunjukan sikap menerima argumen dari lawan bicara, tentu hal ini bukan berarti saya menyerah begitu saja. Adakalanya kita melakukan disposisi sikap karena hal tersebut kadang membuat tensi perdebatan berubah menjadi cair.

Namanya juga darah muda, suka gak mau kalah dan omonganya pengen di dengar sama yang bapuk-bapuk sok benar itu. Tapi, kalau menuruti hal bodoh semacam itu argumen tidak akan selesai sampai Dajjal keluar. Sebagai langkah pertama untuk meredakan argumen, saya biasa menyepakati apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Banyak argumen yang dapat kita hindari jika kita menyadari mana argume penting dibahas atau tidak, bahkan dengan menyepakati argumen mana yang harus diselesaikan. Kita jadi tahu mana saja argumen yang aslinya tidak perku kita perdebatkan.

Jika ketidaksepakatan dalam argumen masih berlanjut, saya sering mengutarakan berkali-kali tentang gagasan yang saya bawa. Terlepas lawan bicara saya menerima atau tidak, yang jelas batin saya sudah merasa menang karena meyakini bahwa gagasan yang saya bawa juga sama pentingnya.

Meski saya beberapa kali mengalami kekalahan dalam beragumen, saya mendapatkan pelajaran jika bersikap tenang dan berusaha menghormati lawan bicara meski posisi gagasan kita tidak diterima adalah sikap dewasa. Bersyukur atas pengalaman meski itu tidaklah nyaman, karena saya sadar hal tersebut membantu saya untuk tumbuh dan belajar mengenal diri sendiri.

Sebelum tulisan ini saya akhiri, tentu perlu saya sampaikan jika lawan argumen anda adalah orang-orang yang memasuki umur 55 tahun ke atas, saya percaya orang tersebut akan semakin yakin dengan keyakinan yang mereka bawa. Proses tersebut terbilang wajar, karena penngalaman hidup mereka lebih lama daripada kita. Meski Dajjal keluar memberi harta dan kekuasaan, keyakinan mereka tidak akan goyah.

Salam hormat.
Jangan lupa Ngopi.

Menanti Kematian Kemacetan Kota Malang


 Menanti Kematian Kemacetan Kota Malang

Hasil penelitian lembaga analisis lalu lintas di seluruh dunia yang bermarkas di Inggris, Inrix, menyebutkan bahwa berdasarkan Traffic Score Board 2017, Kota Malang menempati posisi ketiga sebagai kota termacet di Indonesia, di bawah Jakarta, dan bandung.

Lucunya, kemacetan di Kota Malang, dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemacetan yang terjadi di Ibu Kota Jawa Timur tersebut. Padahal. Kota Surabaya, cenderung memiliki aktifitas dan mobilitas lebih tinggi dibandingkan Kota Malang.
Kondisi jalan di Kota Malang, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir tidak banyak berubah. Dengan jumlah dan lebar jalan yang hanya mengalami sedikit pertambahan, harus mampu mengakomodir kenaikan jumlah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat yang terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Malang dan Sekelumit Kemacetanya

Perlu kalian tahu juga, berdasarkan data dari BPS Kota Malang, pada 2017, total ruas jalan di Kota Malang tercatat sebanyak 2.960, dengan panjang kesuluruhan mencapai 1.221,2 Kilometer, yang naik dari tahun sebelumnya yakni, 1.027,11 Kilometer.
Sementara jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang pada tahun yang sama tercatat sebanyak 592.772. terbagi dari mobil penumpang sebanyak 95.320 unit, bus sebanyak 998 unit, truk sebanyak 20.438 unit, dan sepeda motor mencapai 476.017 unit.

Angka tersebut mengalami kenaikan setiap tahun, jika dibandingkan tahun tersebut, tentu tahun sekarang volume kendaraan bermotor semakin bertambah. Lantas, apa solusi yang tepat bagi pemerintah Kota Malang Raya untuk mengatasi kemacetan yang sudah kadung tak terkontrol ini.
Pemerintah beberapa mengambil langkah berupa rekayasa lalu lintas di beberapa titik Kota Malang, namun solusi tersebut bukan menjadi solusi jangka panjang untuk mengakomodir kemacetan di Kota Malang. Dilihat dalam beberapa bulan terkahir saja, Dinas Perhubungan Kota Malang tengah melakukan uji coba untuk mengurangi kemacetan di Kota Malang yang semakin parah.
Selain menjadi daerah tujuan wisata, Kota Malang yang notabenya sebagai Kota pendidikan, dimana pada saat musim wisuda, kepadatan kendaraan yang masuk ke wilayah Kota Malang tidak bisa terhindarkan. Bahkan, penyelenggaraan wisuda di beberapa kampus dituding menjadi biang kerok kemacetan yang terjadi.

Upaya pemerintah Kota yang sebatas pemberlakuan rekayasa lalu lintas, manajemen kapsitas kendaraan seperti pengaturan lampu lalu lintas, dan beberapa pelebaran yang minim. Upaya tersebut, seringkali tidak berjalan dengan baik, dikarenakan tingginya volume kendaraan yang melintas.
Kalau saya mengutip Dekan FEB Brawijaya perihal tanggapanya mengenai kemacetan di Kota Malang, tentu kita dapat membayangkan bagaimana wajah Kota Malang 10 tahun kedepan.  Sampai saat ini saya tidak melihat ada lembaga pemerintah yang berani mengeluarkan regulasi pembatasan jumlah kendaraan, termasuk di Kota Malang. Bahkan, meningkatnya jumlah kendaraan tidak berbanding lurus dengan meningkatnya ruas jalan," kata Nurkholis di sela Dialog Publik dengan tema "Kota Malang Darurat Infrastruktur Ekonomi" di FEB UB Malang, Selasa (30/4)

Malang oh Malang, nasibmu kian hari kian malang.
Malang tidak butuh Wali Kota baru, Malang hanya butuh hari libur agar tidak macet.


Tuesday, July 9, 2019

Kabinet Kadal, Nama Yang Cocok Untuk Kabinet Jokowi Kedepan




Tentu telinga kita sudah sangat bosan mendengar istilah cebong dan kampret, terlebih masa-masa menjelang pemilu kemarin. Tidak di dunia nyata, apalagi di linimasa platform kenamaan seperti facebook, instagram dan twitter. Lelah, saya lelah mendengarnya. Saya kira selepas pemilu kata cebong dan kampret sudah hilang dengan sendirinya, lha kok malah semakin santer saya dengar, lebih-lebih namanya sudah menyaingi made in china saja yang hampir saya temukan di segala lini kehidupan. Hehe

Dua momen pemilihan presiden kali ini, semua orang berubah menjadi politikus, dari anak SD yang kencingnya belum lurus sampai kakek-kakek yang tititnya tak lagi bisa ereksi dipastikan pernah menjadi cebong dan kampret. Dari tatanan masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai satu orang kekayaanya sama dengan seratus juta orang Indonesia bisa dipastikan mereka semua adalah jelmaan dua hewan ini, ya kalau tidak cebong pastinya kampret.


Parahnya, selepas putusan MK yang tidak menerima gugatan tim BPN menjadikan polarisasi di masyarakat semakin terasa. Hal tersebut di perparah dengan pemberitaan media masa dari cetak sampai darling yang saya amati kian hari semakin tidak mengarah ke perdamaian kedua kubu. Kalaupun memberitakan perihal rekonsiliasi, judul pemberitaan yang mereka wartakan menyudutkan salah satu pihak. Ini yang tidak mau rekonsiliasi cebong dan kampret atau para petinggi penguasa frekuensi ya? Dasar media tukang tuduh.

Dari kedua belah pihak perhewanan, memang memiliki kelucuan masing-masing. Para kampretes dengan pernyataan terkenalnya “Pokoknya Prabowo Harus Presiden Titik”, bagiku adalah sebuah kebodohan. Ternyata hari ini masih ada pendukung yang fanatik semacam itu ya, bagaimana bisa membuka ruang diskusi lebih lanjut jika prinsip para kampretes kekeh di Prabowo harus Presiden, garai ngakak ae Cok.

Maski begitu, kita sebagai warna Negara Indonesia yang memiliki burung Garuda sebagai maskot Negara perlu berbangga. Bahwa hari ini dunia perhewanan sedang laku menjadi konsumsi para awak media cetak dan darling. Setelah cebong kampret mulai turun pasaran, minggu ini kita ramai dengan Asu yang masuk masjid dan kemarin masih hangat di linimasa media sosial kita adalah biawak yang naik pagar, sungguh bahagia sekali kita jadi netizen. Cukup, kita jangan bertengkar lagi yaa.

Bagaimanapun juga, meski para kampret dan cebong mati kelaparan. Pemerintahan Indonesia harus tetap jalan, salah satunya adalah bagaimana Pak Joko dan Mbah Yai Ma’ruf memilih para pembantunya nanti sampai tahun 2024. Banyak stasiun televisi dan lembaga survey melakukan survey siapa saja yang menjadi bakal tokoh dari menteri-menteri Presiden Jokowi jilid II. Banyak nama-nama menteri petahana yang masuk bursa, begitupun nama-nama baru yang sebelumnya tidak pernah kita dengar.

Bagiku, nama menteri Jokowi bukan penting lagi, karena yang paling penting adalah bagaimana para kaum cebong dan kampret ini akan hidup akur dan bahagia selepas pelantikan Presiden nanti di MPR.

Oleh karena itu, izinkan saya memberi saran Kepada Bapak Presiden Joko Widodo agar kabinet kedepan diberikan nama Kabinet Kadal. Saya jamin Bapak Jokowi akan mendapat sanjungan yang sangat meriah dari para kaum cebong yang hidupya di air dan para kampret yang hidupnya di darat. Kita akan bersatu padu dalam kabinet Kadal. Lho kok Kadal to Cak?, Soale kadal isok urip neng darat karo neng banyu. Agar cebong dan kampret sama-sama merasakan kehidupan di darat dan di air.