Wednesday, November 6, 2019

Berbahagia dan Mati Dalam Budaya Konsumerisme

~ Berbahagia dan Mati Dalam Budaya Konsumerisme ~

Kemarin saya sempat membaca utass di twitter yg membahas kenaikan saham cleo, sebuah merk air demineral yg tahun ini mengalami lima belas kali kenaikan saham selama satu tahun.

Cleo banyak mendapat tanggapan positif dari pelbagai coffee shop, rumah tangga pun perusahan yang menjadi konsumennya. Ciri khas cleo yang memiliki kesegaran dan rasa agak pahit ini mulai menggeser Aqua selaku demineral seniornya.
Berbahagia dan Bersyukur

Lantas apa yang menarik dari kenaikan saham cleo? Jika kita berbicara bisnis, tentu pelaku investor akan senang dengan kenaikan saham perusahaan dengan ikon warna orange itu, akan tetapi saya lebih suka memandang dari segi pola konsumsi masyarakat yang hari ini lebih suka mengkonsumsi air demineral daripada air dari sumur atau pet rumahnya.

Ada sebuah anekdot dikalangan para juragan penjaja minuman bahwa, "Tidak ada yang namanya rugi soal menjual air". Hal ini secara tidak langsung menginterpretasikan bahwa produsen penjual minuman tidak pernah merasa rugi jika hanya menjajakan air.

Pernyataan di atas sedikit banyak saya amini, sebagai seorang yg bergelut dalam bidang F&B, reveneu tertinggi saya memang paling banter ada di air, terlepas itu kopi, ice blend, mocktail dll. Berbeda sekali dengan laba yg saya dapatkan saat menjual main course dan desert.

Hmm nulis apalagi ya.
Oh iya.

Perubahan lingkungan yg ekstrem dan matra kehidupan sosial hari ini yg bergeser turut mempengaruhi tata nilai kehidupan, sekaligus secara nyata menggeser platform dunia kesehatan. Misalnya ya seperti yg saya tulis ini, air -yang kita ketahui bersama jika tiga dekade silam dirasakan sebagai anugrah Illahi yg gratis dan dapat dikonsumsi langsung- kini air menjadi barang mewah dan cenderung langka di pelbagai daerah Indonesia. 

Coba kita amati sejenak, harga air demineral dengan berbagai merk dan varian harga itu hari ini bersaing betul dengan harga bahan bakar minyak. Orang-orang semacam kita (Terlepas yg tinggal di desa ataupun Kota) sudah enggan menenggak air yg berasal dari sumurnya sendiri.

Kita serasa dihadiri keraguan terhadap kemungkinan-kemungkinan pencemaran logam berat atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di tanah, sumur atau pet rumah kita.

Ulasan saya di atas hanya membahas air, belum mutu udara, radiasi elektromagnetik, junk food, pola makan atau kesehatan mental kita yg setiap hari mengkonsumsi pemberitaan-pemberitaan yang membuat psikis kita tidak sehat.

Atau, bisa jadi saya yang terlalu lebay menanggapi fenomena ini. Karena hal-hal yang seperti di atas sudah lumrah kita alami, menjadi biasa dan sebuah keharusan di pikiran kita.

Sepertinya kita tidak butuh detoksifikasi pada diri kita, yang kita butuhkan hanya berbahagia menerima fenomena ini dan mati dalam budaya konsumtif.




Tuesday, November 5, 2019

Phone Sex, Vidio Call Sex, dan Sex Sungguhan

Phone Sex, Vidio Call Sex, dan Sex Sungguhan 

Saat saya menuliskan tulisan ini, mungkin kabar  ditangkapnya salah satu perempuan jebolan ajang pencari bakat yg tertangkap di Kota Batu karena prostitusi online sudah basi dibaca para pemirsa, atau jika menengok kebelakang lagi; Vanesa Angel yang tertangkap di Surabaya dengan Mucikari dan pelanggannya.
Bisnis Prostitusi Online

Lantas apa yg menarik dari pemberitaan tersebut? Sebenarnya banyak, cuman saya hanya ingin menyoroti dari segi prostitusi onlinenya.

Bagi penikmat internet, kemudahan mengakses data internet dengan gawai dan paket data macam kita tentu sudah mengamini bahwa prostitusi online sudah ada dan merajalela. Atau bahasa kerennya sudah menjadi rahasia umum kita semua.

Banyak para perempuan di jagad dunia maya yg secara terang-terangan menjajakan dirinya dengan memakai foto sexy dan kata-kata yg menggoda. Para lelaki hidung belang atau yang belum ber belang pun mencoba di rayu lewat platform semacam twitter, face book, bee talk dsb. Jasa yg mereka tawarkan bisa hanya chat sex, vidio call sex bahkan sex sungguhan dengan tarif mahal sampai murah.

Bagiku ada yg menarik, jika pembaca mengamati lebih detail. Para perempuan yang berkutat dalam bisnis prostitusi online (Ya kalau boleh dibilang seperti itu sih), mereka menjajakan dirinya lewat akun pribadi pun anonim, atau sederhananya mereka berdikari dalam menjajakan jasa mereka. Yah mungkin saja sewa mucikari itu mahal, dan mereka sadar kalau tarif mereka juga tidak akan mampu untuk membayar mucikari yg mereka sewa.

Tapi bukan berarti tidak jarang dari mereka yg menyewa mucikari, nyatanya kasus Vanesa Angel juga melibatkan seorang mucikari. Jika pembahasan berhenti disini, dapat saya simpulkan bahwa mucikari digunakan oleh para perempuan yg bertarif mahal, memiliki jam terbang tinggi, pengalaman, dan tentu tidak ingin ribet dengan menjajakan dirinya lewat akun-akun di atas.

Lantas siapa yg salah dari kasus prostitusi online? Bagi saya ya semuanya. Mulai dari mucikari, pembeli dan perempuan yang menjajakan dirinya itu. Akan tetapi, beberapa kasus prostitusi online yg sempat viral di jaga maya kita, media banyak menyorot sosok perempuan dan mucikarinya. Jarang sekali media menyorot si pembeli, ketidakadilan semacam ini yg mungkin membuat bisnis prostitusi online adem ayem dan malah semakin merajalela.

Dan silakan mau percaya atau tidak, prostitusi online ini akan makin meluas jaringannya. Karena dasarnya adalah kebutuhan pribadi. Para pelanggannya butuh kepuasan, penjaja seks dan mucikarinya butuh uang. Simbiosis mutualisme. 

Yang bisa meruntuhkannya perlahan-lahan adalah bila hukum di negara kita sudah bisa menimbulkan efek jera yang cukup dalam bagi para pelakunya. Kapan? Kapan-kapan kalau Pemerintah gak lupa, eh sempat.

Saat Saya Ditanya Seorang Kawan, Kenapa Ikut Maiyah


Saat Saya Ditanya Seorang Kawan, Kenapa Ikut Maiyah


Part I
Tentu ini pertanyaan sederhana, tapi jawabannya akan jadi sistemis sekali mengapa saya bisa kecantol di Maiyah pun lingkar atau simpul Maiyah yg tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Saya akan mengawali ini semua dari tempat kelahiran saya, Jepara. Sosok yang hari ini saya anggap sebagai senpai dan mentor saya, Kang Kafi Kita adalah biang keladi dari ini semua. Hehe. Beliau memperkenalkan saya dengan rutinan khataman Al Quran yg kemudian kami pungkasi bersama di dalam perkumpulan bernama Majlis Alternatif Jepara (MAJ). Saya mulai getol menghadiri MAJ saat saya kelas 1 SMK (2008) sampai dengan saya lulus sekolah dan pernah terlibat pula dalam kepanitiaan Jumbuh Pantun yg saat itu dihadiri langsung oleh Kang Sabrang. Praktis saat saya memilih sekolah ke luar provinsi, saat itu pula saya berpamitan dengan kawan-kawan MAJ.
Hidup di perantauan, apa itu Maiyah mulai terjawab.

Cak Nun dan Kiai Kanjeng

Part II
Saya lupa detailnya kapan MAJ (Majlis Alternatif Jepara) resmi menjadi simpul/lingkar Maiyah di Jepara. Namun sebelum saya mendengar MAJ resmi menjadi bagian dari Maiyah, model-model pembelajaran yg saya dapatkan dari MAJ beberapa saya temui di tempat saya menempuh pendidikan.
Kebetulan semacam itu akhirnya terjawab karena beberapa pentolan dalam komunitas/organisasi yg saya ikuti adalah para sedulu-sedulur yang rutin mengikuti majlis sinau bareng Mbah Nun & KK secara online maupun offline.
Dahaga karena lama meninggalkan MAJ, terobati dengan bergabungnya saya dengan forum-forum sejenis di kota perantauan.
Lambat laun, semakin kesini. Ditambah lagi dengan hingar bingarnya sosial media dan tentu semakin meluasnya pergaulan saya, beberapa kawan bertanya kepada saya.
Apa itu Maiyah ?

Part III
Dalam buku yang ditulis oleh dr. Ade Hashman, Mbah Nun menyebutkan, sejatinya Maiyah merupakan dinamika tafsir tanpa ujung, tidak terlalu penting juga untuk di definisikan.
Jika mengutip pendapatnya Kang Toto Rahardjo, sahabat Mbah Nun yg juga penggiat Maiyah mengatakan, "Maiyah" mengambil posisi cukup sebagai majlis ilmu. Sebatas itu saja, sederhana bukan.
Tapi jika saya amati dengan seksama, forum-forum Maiyah yang diselenggarakan Mbah Nun secara langsung maupun yg tidak. Maiyah menjadi penyokong segala organisasi, pergerakan, ataupun institusi yg ada di masyarakat. Akan tetapi, pembekalan materi Maiyah tidak seperti pengajian konservatif, tidak berisi doktrin perintah dan larangan dari teks-teks keagamaan secara harfiah dan kaku.
Meskipun Maiyah memiliki Marja', para jamaah diperlakukan secara dewasa dengan menstimulasi rasa ingin tahu. Proses transfer keilmuannya tidak berjalan satu arah, seperti guru dengan murid, kyai dengan santri dan pendidikan konvensional lainnya yg cenderung konsumtif, di Maiyah saya belajar pendidikan yg produktif.
Sederhananya, Mbah Nun dan Marja' lainnya hanya memberikan bekal kemudian para jamaah diberikan kunci almari, selepas itu terserah para jamaah berkreasi dengan almarinya masing-masing.


Part IV
Datang ke Maiyah, selalu ada tema baru. Itulah yang saya rasakan selama datang langsung maupun menonton via youtube.
Tema-tema Maiyah sendiri bisa bersinggungan dengan kondisi aktual, walaupun kenyataannya tidak secara khusus diperuntukan membahas hal-hal yg tengah menjadi trending topic di jagad media. Tema Maiyah lebih kepada pembahasan seluruh spektrum kehidupan yang dari bulan ke tahun menjadi benang merah kondisi Indonesia saat ini dan dunia. Maka jangan salah, jika beberapa momen Mbah Nun menyindir sikap politisi atau pejabat yang se enak udele dewe.
Mbah Nun dan forum-forum Maiyah lainnya juga menitikberatkan tema atau bahasan yang tidak sepihak, melainkan juga mengakomodir kebutuhan para jamaah.
Sudah menjadi rahasia umum pula jika pembahasan dalam Maiyah cenderung menggelitik, kadang nakal dengan mengembangkan sudut pandang yg tidak lazim. Atau kalau mau dibilang radikal, Maiyah melakukan dekonstruksi terhadap nilai-nilai yg selama ini dianggap mapan. Saya dan para jamaah Maiyah lainnya diajarkan keterampilan cara pandang yg menyeluruh.
Sebagai penutup part IV dan paragraf. Jamaah Maiyah dilatih untuk bebas berpikir dan meneropong pemahamannya terhadap masa depan dengan tetap berkaca ke masa silam. Berbeda dengan pendidikan konvensional yg peserta didiknya diperlakukan sebagai objek yg dibebani khazanah ilmu terutama dari masa silam.

Part V
Lha terus Maiyah itu apa?
Bagi para pembaca yg belum ngeh apa itu Maiyah, inshaallah tulisan sederhana ini akan mulai menjawab rasa penasaran kawan-kawan.
Dari berbagai sumber yg saya dapat, "Maiyah" dapat disebut juga sebagai "Pengajian", tapi bukan sebagaimana pengajian konservatif pada umumnya. Sebab Maiyah juga melakukan dekonstruksi terhadap model pengajian yang baku.
Mungkin para jamaah sudah banyak tahu pada awal tahun 1993, Maiyah bermula dari pengajian yg diprakasai oleh Cak Dil (Adil Amrullah, adik Mbah Nun) di Desa Menturo, Jombang. Pengajian Padhang Mbulan di Desa Menturo, merupakan embrio dari model pengajian Maiyah yg unik sehingga nomenklatur Maiyah sendiri mengalami evolusi mulai dari istilah pengajian, hamas (Himpunan Masyarakat Shalawat), Tombo Ati, Sinau Bareng, sampai akhirnya dikenal luas dengan sebutan Maiyah.
Bahkan dr. Ade Hashman menyebutkan bahwa Maiyah mirip dengan pesantren virtual atau semacam sekolah gratis terbuka atau universitas jalanan buat banyak orang. Formatnya amat berbeda dari model institusi pembelajaran yg pernah ada. Karena Maiyah seolah menjadi laboratorium sosial dalam melatih logika berpikir dan seni manajemen kehidupan.
Kaos Maiyah Yang Saya Kenakan

Part VI
Di Maiyah, tidak ada yg mutlak menjadi guru atau murid karena semua orang adalah pembelajar. Bahkan Syekh Dr. Nursamad Kamba pun pernah mengutarakan datang ke acara Kenduri Cinta untuk belajar. Jikapun kebetulan seseorang di Maiyah berposisi sebagai penyampai materi, dia tidak lepas dari atmosfer untuk turut belajar sesuai kedudukannya.
Bahkan Mbah Nun sendiri sering tidak berkenan jika dipanggil ustaz, kiai atau syekh. Mbah Nun malah mengatakan, "Aku iki dudu sopo-sopo, aku iki koncomu, Rek. Aku iki gentho".
Bukankah betapa indahnya jika setiap orang yg kita temui dijadikan guru, semua tempat adalah sekolah, dan setiap detik digunakan untuk belajar? Pendidikan itu proses murid belajar, bukan guru mengajari. Mencari ilmu itu dapat kita lakukan kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun sepanjang usia.
Sehingga prinsip di atas dapat mengantarkan kita pada pemahaman menakjubkan bahwa kehidupan dipenuhi oleh samudra hikmah tak bertepi. Setiap jamaah Maiyah merupakan pembelajar kehidupan karena sejatinya hidup sejak lahir hingga mati adalah kuliah tanpa bangku.

Part VII
Dalam era komersialisasi pendidikan zaman sekarang yg ada hak cipta, klaim hak paten atas model pelatihan yg dibuat, training, workshop dll. Maiyah justru menjadi sekolah "Sekolah Kehidupan" atau "Universitas Jalanan" yg dapat diakses siapa saja yg mau mendatanginya. Pembelajaran Maiyah baik secara offline maupun yang terdokumentasi di youtube maupun situs caknun(dot)com dapat diakses gratis oleh siapapun tanpa ada yg di sembunyikan.
Sudah dua dekade ini, Maiyah mengahdirkan pendidikan berkelanjutan soal hukum, politik, teknologi, sains terapan, kesenian, kebudayaan dan agama. Dapat saya katakan seluruh bidang studi yg ada di univesirsitas konvensional juga tersedia di Maiyah.
Seperempat abad umur Maiyah, dan kini jemaahnya membludak luar biasa. "Kader" (Jika boleh disebut semacam itu) dan kegiatannya tersebar di mana-mana, dan inshaallah akan semakin bertambah lagi. Memang sampai saat ini tidak pernah diketahui berapa persis jumlah jamaah Maiyah karena memang tidak ada yg namanya kartu anggota. Hadirin yg datang langsung ke acara Maiyah dapat mencapai puluhan ribu orang.
Silahkan kita bayangkan sendiri, bertahun-tahun Maiyah berlangsung, puluhan ribu orang rutin dan tertib datang mulai pukul 20.00-03.00 dini hari. Mereka duduk tertib menyimak acara, bahkan para anak kecil yg diajak orangtuanya tidak jarang rewel saat acara saat mengikuti Maiyah. Mbah Nun menyebut fenomena ini sebagai, hadiah hidayah dari Allah.

Part VIII (Terakhir)
Perlu ditegaskan bahwa Maiyah bukanlah agama baru, bukan syariat baru, bukan aliran teologi baru, dan tidak akan pernah berkembang menjadi mazhab baru dalam Islam. Yang dicari dan ciba dirumuskan dalam Maiyah adalah jawaban atas pertanyaan, "Bagaimana berislam seperti Islamnya Nabi Muhammad itu!".
Bermaiyah berarti berjuang mencintai Allah dan semakin mendekat kepada-Nya, kepada kekasih-Nya, Muhammad SAW., dan mengikhtiarkan manfaat dalam hidup, termasuk untuk Indonesia.
Mbah Nun rela menjalani lebih dari dua dekade berkeliling Nusantara untuk "Melamar Cinta Allah". Lewat Maiyah, Mbah Nun mengajak anak muda seantero negeri untuk menjadi kekasih Allah.
Maiyah mencetak "Anak-anak muda yang matematika" dalam artian tetap setia pada objektifitas dalam segala kondisi. Matematika, menurut Mbah Nun, adalah ilmu yg paling mendasar dalam Islam dan juga paling suci. Sebab dihadapan matematika, hasil 2 x 2 adalah 4 walaupun kondisi panas, badai, tsunami, miskin, kaya, siang, petang, perang dan damai.
Sampai sini, sudah paham kenapa saya ikut Maiyah?
~ Selesai ~
Terimakasih.


Monday, October 28, 2019

Manusia Adalah Hewan Yang Online

Manusia Adalah Hewan Yang Online

Sebelum menjurus maksud apa yang saya tulis dengan judul di atas, pembaca tentu pernah mengalami kebosanan dalam rutinitas. Pada sela-sela kebosanan itu, saya banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku atau menulis, harapannya tentu agar waktu yang semakin menggerus umur tetap tampak produktif dan bermanfaat.
Ditemukannya judul ini adalah proses kristalisasi saya dari banyak membaca artikel-artikel ber genre saintek, dalam gagasan yang saya tulis ini adalah apa yang saya alami begitu pun pengamatan saya pribadi dalam lanskap sosial kehidupan saya.
Isi daripada tulisan adalah tanggung jawab penulis/ Ali Ahsan Al Haris

Oke, pertama saya akan awali dari obrolan kelompok kecil saya bersama kawan-kawan yang menasbihkan diri dalam WAG semesta. Jika tidak ada halangan, kami biasa kopdar kecil-kecilan seminggu sekali, dalam sela obrolan ngalor ngidul itu sedikit banyak kami membicarakan fenomena sosial kekinian, salah satunya adalah pesatnya media daring dan dampak bagi penggunanya; kita, manusia tentunya.
Kebiasaan kopdar di warung kopi, kami sering mengamati dan terkadang terjebak dalam keasyikan dunia maya lewat gawai yang kita miliki. Jika saya amati betul, kopdar yang memakan waktu kurang lebih tiga jam setiap minggunya, kami efektif ngobrol hanya setengahnya, selebihnya kami asyik dengan gawai maisng-masing.
Pesatnya kemajuan internet memberikan dampak yang begitu besar terhadap kehidupan manusia, utamanya dalam relasi sosial hari ini. Kita serasa memiliki ruang yang sangat luas tanpa batas untuk bertemu maupun berekspresi, bahkan dengan orang yang belum kita kenal. Perkoncoan dunia maya cukup hanya dengan follow, approve, chatting dan online. Relasi perkoncoan semacam itu adalah budaya baru, terbantu dengan adanya jaringan internet yang kemudian saya fahami dengan relasi sosial internet.
Ketika tersambung dengan internet, secara faktual raga kita merasa eksis dengan gawai yang kita pakai, namun kita tidak sadar bahwasanya yang kita rasakan hanyalah realitas maya. Dalam artian saat kita online/mengakses internet, kesadaran kita tidaklah eksis di realitas offline. hal ini dibuktikan dengan berhentinya interaksi kita dengan benda atau lingkungan disekitar kita selain gawai yang kita pakai.
Jika masih belum paham dengan apa yang saya maksud, saat kita sibuk berselancar di dunia maya; keterpautan kesadaran dengan realitas offline terputus. Bahasa gaulnya kita dalam kondisi fana. Bukan fana dalam arti sufistik, melainkan fana sebagai kondisi ketiadaan kesadaran dalam realitas offline.
Masih perlu bukti, bukankah kita sering mengalami ekpresi tiba-tiba tertawa, mengumpat, menangis dll di depan gawai? Reaksi semacam itu muncul dengan spontan dari kita tanpa menyadari secara utuh realitas offline di sekitar kita.
Online juga dapat saya artikan kondisi lenyap nya kesadaran pikiran seseorang dari realitas offline, karena kesadarannya telah masuk ke dalam realitas online dan menyatu dengan dunia yang diciptakan secara imaji bernama teknologi cyber.
Masih belum paham? Tenang, tulisan ini bukan untuk kalian pahami, melainkan untuk kalian caci maki.

Santuyy, jangan lupa ngopi.

Saturday, October 26, 2019

Merespon Tulisan Mbah Nun, Menderita Karena Maiyah


Merespon Tulisan Mbah Nun, Menderita Karena Maiyah


Bismillahirahmanirrahim  . . .

WAG saya sempat geger karena broadcast tajuk dari Mbah Nun yang berjudul “Menderita Karena Maiyah” 25 Oktober 2019. Beberapa anggota WAG mungkin menganggap biasa saja, namun beberapa anggota menanggapi hal tersebut sebagai pertanda kepingan tragedi, termasuk saya.

Pesan berantai itu dimulai dari salah satu penggiat lingkar Maiyah, dalam pesan tersebut; kawan saya itu menambahi pesan untuk mencoba mentadaburi tajuk yang disampaikan oleh Mbah Nun itu. Seratus lebih anggota WAG mulai riuh dengan apa yang kawan saya sampaikan itu dan beberapa dari kami bersepakat untuk mentadaburi tajuk yang si Mbah sampaikan untuk kemudian kita tulis sebagai tanggung jawab moral jamaah Maiyah. Saya sendiri empat kali lebih membaca tajuk yang disampaikan Mbah Nun, dan hasilya tetap, saya masih bingung memahaminya secara utuh. Namun demi tanggung jawab kita sebagai jamaah, pesan ini harus saya sampaikan meski bersifat subjektif.

Ali Ahsan Al Haris

Oke saya coba tulis secara mendetail, semoga pembaca dapat memahami apa yang saya tulis.

Mengapa tulisan itu saya anggap penting?

Bagi saya pribadi, sepengalaman membaca buku-buku yang Mbah Nun tulis; mayoritas berbentuk esai dan tanpa penutup yang klimaks. Dalam artian Mbah Nun sepertinya sengaja membuat pembaca berpikir dengan yang Mbah Nun tulis. Termasuk dengan tajuk yang berjudul Menderita Karena Maiyah itu sendiri, berbeda dengan tulisan-tulisan Mbah Nun yang dapat kita telaah saban harinya di caknun.com, tajuk tersebut adalah tulisan yg sangat gamblang dan jelas daripada tulisan-tulisan Mbah Nun lainya. Mbah Nun dengan jelas dan tegas menyampaikan apa yang beliau maksud, tanpa pesan simbolik dan keabsurdan yang biasa kita kenal dalam tulisan-tulisan Mbah Nun pada umumnya.

And then,

Sebagaimana pada forum-forum Maiyah pada umumnya yang lebih menekankan sinau bareng, saya berharap tulisan ini dapat dikoreksi bersama oleh para jamaah semua. Apa yang saya tulis sangat jauh dari kebenaran, karena yang benar hanya bersumber dari Allah SWT dan Rasul Muhammad SAW.

Bahwasanya tajuk yang Mbah Nun tulis berjudul “Menderita Karena Maiyah” adalah tamparan bagi saya pribadi. Kok bisa tamparan? Mbah Nun dengan jelas menulis geranganya kepada anak cucu beliau (Sebutan bagi para jamaah Maiyah) apakah yang mereka lakukan ber Maiyah disana-sini menjadikan kehidupannya lebih baik, karir pekerjaannya lebih baik, hubungan sosial dengan para tetangga dan bernegarannya menjadi lebih baik atau tidak.

Mbah Nun dalam tulisanya tampak sangat khawatir kepada anak cucunya, apakah selama ini ikut ber Maiyah dapat dengan sadar menanamkan nilai Mayah dalam kehidupan keseharianya atau malah keblinger dengan apa yang di sampaikan Mbah Nun dalam forum-forum Maiyah yang tersebar se antero Nusantara ini.

“Sungguh saya mencemaskan keadaan hidup anak-anak cucu-cucu ku Jamaah Maiyah. Kalau sampai dengan ber-Maiyah mereka justru menjadi menderita, bersedih, sakit, stressed, tertekan dan terhimpit oleh tekanan-tekanan yang mereka tidak kuat menanggungnya — bagaimana kelak saya mempertanggungjawabkannya kepada Allah swt”.

–Dengan membaca petikan tulisan Mbah Nun tersebut, sebagai jamaah Maiyah tentu masih ingat betul bahwa Mbah Nun melarang keras kepada para anak cucunya mengkultuskan beliau, Mbah Nun dalam beberapa forum dengan tegas menyampaikan untuk jangan sampai mempercayai setiap pernyataan yang Mbah Nun sampaikan, karena kebenaran hanya bersumber dari Allah SWT dan Rasullullah Muhammad SAW.

Apapun yang disampaikan Mbah Nun, apa yang kita dapat dari ber Maiyah, harapanya dapat kita tadaburi secara mendalam untuk kemudian kita ambil nilai dan mempertanggung jawabkannya masing-masing.

Lantas, apa benang merah yang Mbah Nun sampaikan dalam tajuk berjudul “Menderita Karena Maiyah”?

Bagi saya, serius pendapat saya pribadi. Mbah Nun mengajak kita semua terlepas jamaah Maiyah atau tidak untuk memiliki jatidiri dan keteguhan hati dalam bersikap agar tidak sengsara dan kesepian dalam hidup.






Wednesday, October 23, 2019

Pomade Merusak Rambut dan Membuat Kebotakan?


Pomade Merusak Rambut dan Membuat Kebotakan?

Cerita ini berangkat dari kisah saya pribadi dan kawan saya. Bagi lelaki, penampilan rambut di zaman sekarang sudah menjadi life style. Demi menjaga penampilan rambut yang rapi, terkesan lembab dan tetap keren meski kena badai sekalipun, saya sering menggunakan minyak rambut yang basicnya membuat rambut menjadi kaku, tampak lembab dan membuat rapi. Karena hasil yang maksimal selepas mengenakan minyak rambut tersebut, hal ini membuat saya dan beberapa kawan saya kecanduan untuk memiliki rambut yang rapi dengan menggunakan minyak tersebut.
Hati-hati dalam penggunaan minyak rambut anda yang bro

Sebelum tulisan ini saya lanjut, kawan-kawan pastinya sudah tahu merk-merk minyak rambut yang maksut disini.

Oke lanjut.

Masalah karena keseringan menggunakan minyak ini mulai bermunculan:
    1.       Kulit kepala saya sangat kering dan menimbulkan bercak putih semacam ketombe. Awalnya saya mengira karena kesalahan memakai shampoo, air yang kurang bersih dan handuk kepala yang saya gunakan berdebu. Ada akibat tentu ada sebabnya, maka dari itu saya mencoba bertanya kesana kemari tentang masalah yang saya alami dan jawabanya allhamdulillah saya temukan dari tukang cukur rambut ber genre Salafi.

Beliau memberikan masukan ke saya untuk mulai berhenti menggunakan Pomade, alasanya karena rambut saya tampak sekali mengalami kerusakan (Kusut, Kering dan Menguning), selain itu penggunaan pomade mengakibatkan minyak yang berasal dari kulit kepala terhalang oleh perekat yang terkandung dalam pomade itu sendiri, alhasil kulit kepala saya menjadi kering, kotor dan fatalnya saya di klaim akan mengalami kebotakan dini karena kandungan yang ada pada pomade menghalangi tunas rambut baru tidak dapat tumbuh.

    2.       Rambut kering, kasar dan menguning.
Sudah saya jelaskan di atas, rambut saya dasarnya memang kasar dan agak kuning. Hal ini bisa berbeda untuk setiap orang. Hal ini diperparah penggunaan pomade yang saya lakukan. Solusi yang terima adalah menggunakan minyak zaitun. Kenapa kok minyak zaitun? Karena yang memberikan saya saran adalah tukang cukur bergenre salafi, beliau menjelaskan bahwa minyak zaitun itu sunah nabi kita. Praktis pada saat itu juga saya mulai menggunakan minyak zaitun sebagai pengganti pomade.

Bagi saya pribadi, kedua alasan di atas adalah benang merah yang saya alami saat menggunakan pomade atau merk lain untuk membuat rambut rapi, terkesan lembab dll. Agar pembaca tahu bagaimana saya menggunakanya, lebih baiknya jika saya buat point per point saja sebagaimana berikut:

    1.       Jika mandi, jangan keseringan membasahi rambut kecuali sekalian untuk bershampo atau mandi besar. Mengapa hal ini saya sarankan, karena keseringan membasuh rambut akan mengakibatkan rambut kita kering karena hilangnya minyak alami yang keluar dari kulit kepala kita.

    2.       Gunakan minyak zaitun alami untuk mengganti pomade yang kalian pakai, hal ini tentu beriringan dengan jangan terlalu sering membasahi rambut terkecuali alasan-alasan mendasar seperti berkeramas atau mandi besar.

    3.       Jangan terlalu sering memakai topi/kopyah atau penutup kepala lainya saaat rambut kita basah. Hal ini adalah kasus paling lumrah yang saya temui bahwa orang yang suka menggunakan minyak rambut cenderung cepat memiliki uban.

    4.       Bicara tentang kebotakan, allhamdulillah saya belum masuk dalam kategori akut, dalam artian versi si bapak tukang cukur; rambut saya sudah ada tanda-tanda kebotakan karena beberapa hal yakni penggunakan pomade dan sering potong sasak. Mengapa kedua hal tersebut sangat berpengaruh ke kebotakan dini? Jawaban beliau karena kandungan yang ada di pomade mengakibatkan tunas pada rambut kita tidak bisa tumbuh maksimal dan diperparah dengan gaya memangkas rambut sasak yang menggunting dasar rambut kita agar hasilnya maksimal.

Bisa kalian bayangkan bukan, tunas rambut yang kesulitan tumbuh karena penggunaan pomade itu harus di gunting lagi setiap dua bulan sekali (Saya pangkas rambut setiap 1,5-2 Bulan).

    5.       Minyak zaitun yang digunakan haruslah yang alami, pastikan keamanan produknya. Saya sering menggunakan minyak zaitun yang bisa saya minum, meski harganya agak mahal dikit. Tapi demi keamanan dan menjaga kesehatan rambut itu bukan lain soal.

    6.       Minyak zaitun yang saya pakai, juga sering saya pergunakan untuk muka saya. sebelum tidur pastikan membersihkan muka dengan sabun, keringkan muka dan lanjut dengan mengoleskan minyak zaitun di permukaan wajah kita. Kalian bisa menggunakanya di alis, lengan tangan bahkan bibir, sesuka kalian sajalah.

Diatas adalah pengalaman dan tips dari saya tentang bagaimana sih menjaga kesehatan rambut tanpa harus menggunakan pomade. Perlu di ingat, tulisan ini adalah pengalaman pribadi saya, belum ada dasar ilmiah namun di beberapa jurnal dan website bisa kalian temukan juga bagaimana manfaat minyak zaitun untuk kesehatan rambut.

Oh iya, tanpa maksut promosi dll. Saya menggunakan minyak zaitun merk “Filippo Berio Extra Virgin Olive Oil”, saya memakai yang kemasan 250 Ml dengan harga Rp. 103.650.


Oke sekian terimakasih.

Monday, September 9, 2019

N'Golo Kante Dibujuk Bergabung Fans Liverpool Berkostum Anfield


N'Golo Kante Dibujuk Bergabung Fans Liverpool Berkostum Anfield

Gelandang Chelsea membuat penampilan kejutan di pesta pernikahan pada hari Minggu karena ia telah melewatkan jeda internasional dengan Perancis karena cedera. Dan sementara di acara tersebut, pemenang Piala Dunia menjadi sasaran beberapa proposal dari pendukung Liverpool. Selama satu pertukaran, penggemar Liverpool menampilkan keyring 'This is Anfield' di Kante dan mengatakan kepadanya: "Di sinilah Anda harus datang, ini adalah di mana Anda harus datang." Tapi tanggapan Kante akan menyenangkan penggemar Chelsea saat dia tersenyum lebar pada pendukung Liverpool dan menggelengkan kepalanya.

Saat kalian bermain PES, Kante adalah gelandang bertipikal Destroyer

Ayah dari pengantin wanita, Frank Khalid, juga mengungkapkan bahwa Kante tetap tinggal sampai akhir pernikahan dan dengan senang hati berfoto bersama dengan tamu lain. "Saya mengundangnya dan pada awalnya dia tidak bisa hadir karena komitmennya pada tim nasional Prancis, tetapi karena cederanya dia mengirim pesan kepada saya mengatakan dia akan datang," kata Khalid kepada The Sun.

 “Keluarga saya dan saya sendiri sangat dekat dengan N'Golo dan dia adalah salah satu orang pertama yang mengunjungi saya ketika saya menjalani operasi tiga kali operasi bypass pada bulan April 2018. "Dia tinggal sampai akhir dan sangat baik untuk semua orang dan menandatangani tanda tangan dan berfoto selfie dengan para tamu."

#NgoloKante
#kante
#chelsea