Tuesday, April 19, 2022

16 Tahun Perjalanan MAJ-KZ: Dulu, Saya Kira Tempat Pengobatan Alternatif


Rutinan MAJ-KZ (Sumber Foto: Kafi Kita)
Desa Karangrandu, namanya. Letaknya boleh dibilang ditengah-tengah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dulu dikenal sebagai lumbung padi Jepara, lebih heroik lagi banyak yang bilang sebagai salah satu lumbung padi Jawa Tengah. Kota di pesisir utara Jawa itu beberapa kali mendapatkan gelar sebagai Kota Adipura. Jarak dari Semarang kurang lebih 78 KM, memakan waktu 1 jam 50 menit jika kalian naik sepeda motor ke Kota Ukir atau sebaliknya.

Berbicara Karangrandu, di sebagian benak orang akan mengingat: desa ini dikenal dengan gethuk, pecel, telur asin dan Helikopter. Contoh yang terakhir adalah bukti sejarah desa ku. Alhamdulillah, setidaknya pernah tercatat sejarah meski sebagai bahan bullying.

Jika pembaca berkesempatan datang ke Karangrandu, terutama di malam hari, kalian akan memasuki dunia yang senyap. Sebab, bila kalian tahu, Karangrandu terbelah oleh sungai besar. Jalan utama desa ada di sisi barat sungai, persis bersebelahan dengan tanggul. Sepanjang jalan utama, jarang ada lampu penerangan jalan. Ada pun, terbantu dari lampu para warga yang bermukim di sisi barat sungai. Kesunyian makin terasa di atas jam delapan malam.


Pada saat heningnya malam itu, saya sedang bermain di rumah Islam, ia adalah rekan bermain saya. Adiknya Islam, juga rekan saya, namanya Bashori, mereka berdua adalah orang baik. Momen itu kalau tidak salah ingat, terjadi di tahun 2008/2009.

"San (nama panggilan saya)," Islam berkata, "Ayo melu Alternatifan".

Agak gelagapan dan mikir, saya menjawab pertanyaannya, "Alternatif iku opo?"

"Kumpul-kumpul, ngaji-ngaji", jawabnya sembari memarkir Supra berwarna biru.

Belum meng-iya-kan ajakannya, saya mbatin "Dobollll, iki ono kumpulan jenenge sangar temen".

Jujur, di tahun segitu. Mendengar kata "Alternatif", pikiran saya langsung tertuju ke "Pengobatan Alternatif yang berada di desa Pecangaan Kulon dan Sowan Kidul. Sebuah pengobatan yang sering saya dengar di radio".


"Aduh, gimana ya,..." batinku saat itu. Saya mau minta penjelasan lebih detail kok gak mungkin dijelaskan juga.

"Yowes, aku melok. Tapi tak balek seg ijin neng, Ibuk", aku menerima ajakan Islam sembari mancal sepeda ke rumah.

Sesampainya di rumah, kok pas sekali ibuk sedang di depan pintu, langsung saja saya minta ijin, "Buk, kulo dijak, Islam Alternatifan neng wetan kali".

Jedarrrr, wajah ibuk penasaran.

"Alternatif iku opo, Le?". Tanya Ibuk.

"Mboten semerap, sanjange Islam niku kumpulan ngaji-ngaji"

Melihat wajah Ibuk saat itu, saya yakin di dalam hati beliau juga bingung. Masalahnya, saya mau menjelaskan lebih detail juga ndak paham. Wqwqwq.

Singkat cerita, saya dan Islam sudah berada di lokasi (mohon maaf, saya lupa saat itu Alternatifan di rumah siapa).


Kesan pertama saya, Alternatif saat itu tidak ada perbedaan dengan kumpulan-kumpulan yang pernah saya hadiri seperti tahlilan dan RT-an. Pesertanya mayoritas memang anak-anak muda lintas RT di Karangrandu. Yang membuat saya betah dan selalu ikut melingkar bersama mereka, banyak rekan yang segenerasi dengan saya juga ikut gabung. Jadi, jika saya tidak paham obrolan para senior, saya masih ada teman yang obrolannya satu frekuensi denganku.

Lambat laun, saya mulai tahu kalau yang selama ini saya ikuti bernama "Majelis Alternatif", bukan Alternatif tempat orang berobat mencari kesembuhan. Meski pernah salah sangka, guyonan ini pernah saya utarakan ke Bashori, entah dia ingat atau tidak, "Ada dua jalur agar pemuda tobat. Diajak kumpul Alternatifan atau diajak gabung ke KAFF", begitu kira-kira saya bilang padanya. Konteksnya, agar pemuda-pemuda desa memanfaatkan waktunya tidak hanya nongkrong di pinggir jalan, main PS dan mabuk-mabukan.


Semenjak 2011, saya tidak pernah lagi melingkar bersama mereka. Hanya saat ada kesempatan pulang ke desa, syukur alhamdulillah masih dapat ikut melingkar kembali, dan itu terjadi hanya setahun dua kali. Karena jarang melingkar bersama, ada perbedaan yang cukup fundamental. Dulu, medio 2008-2009, Alternatifan hanya Khataman Al-Quran dilanjut Tahlil kemudian doa, selesai. Palingan habis itu ya ngobrol-ngobrol. Periode 2012-2014, setiap Alternatifan, ada tema yang diusung. Jika dulu selesai doa penutup tidak ada agenda acara. Sekarang, ada tema yang dibahas dan diperbincangkan. Tidak selang seminggu selepas acara, kita dapat membaca resensi pertemuan mereka di official sosial media Majelis Alternatif.

Kini, Majelis Alternatif telah berganti nama menjadi "Majlis Al-Quran Jepara - Kanza ZAD", umurnya sudah menapak keenam belas tahun. Ini jelas bukan waktu yang singkat, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmatnya kepada para penggiat dan jamaah semua.


Ya Rabb, kuatkanlah dan berkahilah aktivitas kami semua. Kita melakukan ini semata-mata dalam rangka "Gondelan Jubah Kekasihmu Rasulullah Muhammad SAW".

Malang, 19 April 2022
Ali Ahsan Al Haris


No comments:

Post a Comment