Sunday, April 24, 2022

Sumur dan Sedekah

Sumber Gambar: Unsplash
Dari sekian banyak nasihat yang pernah kita terima, pasti ada salah satu atau dua yang menghujam ke hati, menusuk ke palung terdalam dan menjadi kompas kehidupan kita. Begitu juga yang saya alami. Meski realitasnya masih belajar mempraktekkannya, bersedekah ternyata gampang-gampang sulit.

Mari kita perkecil pembahasannya. Sedekah adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun, sedekah mencakup segala amal, atau perbuatan baik.

Bentuk sedekah, umumnya terbagi menjadi tiga: pertama, sedekah materi: memberi uang, makanan, minuman, atau takjil berbuka puasa kepada orang-orang yang berpuasa. Kedua, sedekah Non-Materi: membantu orang yang tertimpa kecelakaan, mengecat masjid atau dengan suka rela membersihkan musholla. Ketiga, sedekah jariyah: mengajarkan ilmu, menyumbang material pembangunan Masjid dan doa anak shaleh.


Dari ketiga bentuk sedekah tadi, menurut saya, bersedekah harta menjadi level sedekah yang paling sulit. Kadang, kita dihantui rasa eman (berharga) mengeluarkan uang hasil jerih payah kita. Lebih senang menabung dan menginvestasikannya.

Dua konsep di atas mengingatkanku pada nasehat Bapak, "Kapitalis mengajarkan kita untuk menabung dan sedekah menganjurkan kita untuk mengeluarkan. Kedua cara itu memiliki satu muara: cara cepat kaya", kurang lebih begitu nasehat dari Bapak.


Nasihat itu, mengingatkanku pada analogi Sumur dan Sedekah. Saya lupa siapa yang menulis, kurang lebih seperti ini.

**
"Jika sebuah sumur ditimba airnya, maka setiap hari airnya jernih dan tidak akan pernah kering selalu ada air di dalamnya.

Namun anehnya, kalau dalam satu hari saja airnya tidak ditimba, ketinggian air yang ada di dalam sumur itu tidak meningkat, sama seperti semula.

Sumur yang tak pernah lagi diambil airnya, bahkan akan cenderung airnya kotor dan beracun sehingga tak layak diminum.

Inilah Hukum Alam


Di mana di dalam alam terdapat misteri yang bertujuan untuk selalu memberi dan keseimbangan.

Sesungguhnya kehidupan kita juga sama dan serupa dengan sumur ini.

Pada umumnya orang berpikir bahwa jika kita memberi apa yang kita miliki pasti akan berkurang dari apa yang dimiliki semula.


Tapi kalau kita mau belajar dari filosofi sumur ini, semakin banyak dan sering kita memberi akan semakin banyak air yang mengalir kepadanya.

Dalam hal memberi tidak harus dalam bentuk uang atau materi

Kita dapat saja memberi dalam bentuk apa saja yang kita miliki.

Sebaiknya kita memberi karena menginginkan orang lain agar bisa bahagia, bisa hidup lebih baik dan layak.


Manfaat langsung yang dapat kita rasakan saat memberi adalah perasaan kepuasan batin.

Dan inilah sebenarnya kebahagiaan sejati."
**

Mbah Nun, dalam ceramahnya ke anak cucu dan jamaah Maiyah, menitikberatkan "apa saja yang kita lakukan wajib atas nama Allah. Hal ini bukan berarti setiap aktivitas yang kita lakukan senantiasa melafalkan kata Takbir. Namun ghirah kita dalam melakukan sesuatu senantiasa diiringi pengharapan rahmat-Nya".

Tetaplah berbuat kebaikan dan jangan lupa bahagia.

Malang, 24 April 2022
Ali Ahsan Al Haris

No comments:

Post a Comment