Sebagai orang yang bergelut di industri Food & Beverage, selanjutnya saya singkat FB. Nyawa utama kita ada pada tiga hal: Produk, Layanan dan Inovasi. Ketiga hal itu kudu berjalan beriringan jika ingin meraup untung yang maksimal. Mungkin beberapa diantara kita pernah berkunjung ke sebuah Cafe atau Restoran (saya sengaja memberikan dua contoh itu selain saya sendiri bekerja pada bidang FB, bidang tersebut banyak memiliki substitusi) ada Cafe yang menawarkan produknya dengan sangat baik, tapi pelayanannya kurang bagus. Ada juga Cafe dengan suasana yang instagramable, namun produk yang dijual biasa saja. Mengunjungi Cafe dengan ciri seperti itu, membuat saya merasa eman. "Tempatnya bagus, interiornya oke banget. Tapi yang dijual itu-itu aja, pelayanannya juga kurang baik". Pernah mengalami hal ini? Lantas, sebagai orang yang bergelut pada industri FB, apa yang seharusnya kita lakukan? Coba lakukan lima hal sederhana ini.
Murah
Guys, di dunia ini siapa yang tidak ingin membeli produk atau menggunakan jasa dengan harga yang murah. Kalau bisa malah murah banyak berkualitas. Tapi memang ada? Ada tapi cuman mimpi. Ada harga ada kualitas, Bos. Kalian yang suka sambat membeli produk dengan harga murah lantas sambat di sosial media. Haiiiii, masalahnya bukan ada di produknya, tapi di dirimu sendiri. Sadaro, Le. Turumu kemiringen.
Cepat
Kalau ini mah, Saya, banget. Terlebih saat jam makan siang. Orang-orang yang sedang jam rehat datang berbarengan dengan rombongan yang lain. Tahu apa yang mereka inginkan? Benar. Mereka ingin pesanannya datang cepat. Kalau bisa maksimal sepuluh menit kemudian pesanan mereka sudah datang. Mungkin? Ya gak mungkin lah, Bray. Teman-teman Kitchen akan memprioritaskan pesanan yang masuk terlebih dahulu. First in First Out.
Situasi seperti itu sering membuat saya dan rekan-rekan frontliner pusing. Bayangin aja dua puluh meja ingin pesanannya datang cepat semua. Padahal kita sudah menjelaskan kalau pesanan akan datang kurang lebih dua puluh menit lagi mengingat banyaknya pesanan yang masuk. Belum lagi beberapa produk yang produksinya cukup memakan waktu. Apakah pelanggan salah? Tentu tidak. Memang itu yang mereka butuhkan dan wajib dipahami pengelola Cafe Resto.
Lantas kita harus bagaimana? Sabar, sabar dan sabar. Karena sabar disayang Tuhan.
Mewah
Pelanggan atau tamu datang ke Cafe Resto atau Hotel karena menginginkan sesuatu yang berbeda. Mereka ingin ada hal yang lebih dari biasanya. Menginap di Hotel karena ingin merasakan empuknya kasur hotel; merasakan hangat dan lembutnya selimut kamar; berendam di kolam renang dan menikmati sarapan hotel dengan menu yang luar biasa. Begitu juga saat konsumen datang ke Cafe, mereka ingin merasakan service yang excellence; menikmati pelbagai hidangan dari western, fusion, oriental dan nusantara. Sudah selayaknya kita melayani mereka dengan baik. Kenyamanan mereka akan berimbas pada usaha kita. Customer is the King.
Berkualitas
Kualitas seringkali diidentikan dengan peralatan dan sarana pendukung yang memadai. Hal ini dapat berupa interior yang mewah atau peralatan produksi yang mahal. Hal tersebut benar adanya namun tidak sepenuhnya benar. Jamak kita temui Cafe yang mengusung industrial design (unfinished). Pengelola memanfaatkan bangunan bekas yang sebelumnya dipandang kurang layak menjadi tempat yang nyaman dan adem. Selain trend, pengelola cukup banyak saving uang. Termasuk untuk meja dan kursi yang rerata menggunakan bahan bekas pula.
Di Malang, Cafe Eatery yang mengusung konsep ini cukup banyak. Segmen pasarnya kebanyakan anak muda. Para pengelola Cafe cukup paham bahwa karakter generasi milenial yang tidak loyal terhadap brand serta sangat jeli terhadap harga. Wajar jika Cafe era sekarang menawarkan banyak produk murah dengan packaging yang travel size sebagai nilai lebih.
Bagi pengelola Cafe Resto dengan modal cupet tak perlu bingung jika peralatan dan interior kita biasa aja. Slow. Kualitas bisa kita kerjar dari sisi produk dan pelayanan prima. Terakhir …
Customer Service
Ini adalah kunci dari keempat hal di atas. Disebut sebagai customer service karena bertujuan sebagai bentuk layanan dari perusahaan kepada pelanggan, baik sebelum dan sesudah membeli produk atau menggunakan jasa. Pak Joko ke Burjo, oleh penjual ditanya "Mau makan dan minum apa?". Taruhlah kita pesan Magelangan dan Es Teh. Oleh penjual ditanya balik, "Magelangannya mau pedes, kering atau nyemek? Es Tehnya manis atau less sugar?". Apa yang dilakukan penjual adalah bentuk dari Customer Service. Terkesan sepele, tapi ini adalah kunci meminimalisir keluhan dari pelanggan.
Selain itu, kita bisa chit chat dengan pelanggan lewat pertanyaan-pertanyaan sederhana. "Kok sendirian aja, Kak. Dari mana? Kuliah semester berapa? Eh boleh tau namanya siapa?". Bommm, rasakan benefitnya.
Di beberapa warung dan Cafe, jamak kita temui perilaku konsumen model beginian. Memilih datang berdesakan dan antri. Salah satu alasanya karena penjualnya ramah, crewnya baik dan empati ke pelanggan yang datang.
Semoga tips sederhana tadi dapat menambah wawasan kita yang sudah terjun di industri FB atau yang berencana coba bisnis FB. Mungkin banyak kalangan yang melihat orang seperti kita cuman jualan makanan dan minuman. Padahal, dibalik itu kompleks banget yang kudu difikirkan.
Sebagai penutup, saya sering membayangkan bapak dan ibu yang bekerja di pemerintahan, terutama yang melayani masyarakat secara langsung dapat menerapkan hal di atas. Ya minimal beliau-beliau itu ramah, empati dan pelayanannya cepat. Apa karena mereka gak di kejar omset ya? Kerjanya kok suantai banget. Hadaahhhhhh
No comments:
Post a Comment